Liputan6.com, Malang - Para perempuan berhijab hijau berselempang wisuda guru Alquran turun dari panggung aula Lapas Wanita Klas II A Malang. Saling berjabat tangan dan berpelukan, tangis haru pun menyusul kemudian. Mereka, 32 napi wanita di lapas tersebut.
Di antara para napi wanita itu juga tampak tunduk takzim, duduk bersimpuh mencium tangan dan memeluk orangtua mereka yang hadir di aula lapas. Rasa lega bercampur syukur dari mereka usai menjalani imtihan atau proses ujian secara terbuka di aula.
Saat imtihan, masing–masing diuji secara acak. Bisa ditanya tentang hafalan surah, tajwid, tartil, maupun gharib. Penguji pun bisa dari siapa saja yang ingin bertanya kepada mereka. Ada puji syukur dan tepuk tangan begitu para napi itu mampu menjawab dengan benar.
Advertisement
Baca Juga
Di aula lapas pada Rabu, 20 November 2019, mereka resmi diwisuda sebagai ustazah atau guru belajar Alquran. Setelah sebelumnya lebih dulu dilatih di salah satu lembaga pendidikan Alquran selama lebih dari 4 bulan, serta menjalani serangkaian ujian.
Imtihan sekaligus wisuda yang baru selesai digelar jadi penegas, mereka siap jadi guru. Sekaligus menunjukkan bahwa mereka sudah benar–benar berubah lebih baik. Khususnya dari sisi kesalehan agama.
Eny Parwati, salah satu dari 32 napi wanita yang baru diwisuda turut gembira. Ia bisa belajar lebih dalam perihal agama serta akan mengamalkan ilmu yang didapat ke rekan–rekannya dan masyarakat begitu keluar dari penjara.
"Alhamdulillah sangat senang sekali, karena sebelumnya saya belum mendalami ilmu agama sama sekali," kata Eny usai wisuda.
Eny yang jadi napi wanita karena tersandung kasus narkoba ini mengaku mendaftar belajar Alquran karena keinginan pribadi. Ia tidak kesulitan menerima ilmu lantaran pembelajaran dengan metode UMMI cukup mudah dipahami dan menyenangkan.
Mengamalkan Ilmu
Eny dan 31 orang teman–temannya ingin mengamalkan ilmu yang sudah diperoleh. Bisa dimulai dari lingkungan di dalam lapas, mengajarkan pada mereka yang mau belajar, serta kepada masyarakat luar begitu bebas dari penjara.
"Setelah bisa baca Alquran dengan baik, Insya Allah saya bisa mengajari teman–teman di sini. Serta bermanfaat untuk masyarakat luas," ujar Eny.
Ia sendiri ingin ilmu itu jadi bekal kehidupan sosialnya. Setidaknya, setelah selesai menjalani masa hukumannya yang tinggal enam bulan lagi, ia ingin membantu mengajar di lembaga tempatnya belajar Alquran.
"Lembaga itu kan juga ada perwakilannya di Malang sini. Saya ingin ikut masuk bergabung," ucapnya.
Panitia wisuda guru Alquran di Lapas Klas II Malang, Arga Prasetya mengatakan semula ada 87 warga binaan lapas yang mendaftar jadi peserta belajar. Namun, setelah diseleksi dan diuji, pada akhirnya tinggal tersisa 32 peserta.
"Di antara peserta yang wisuda hari ini sebenarnya ada yang sudah bebas. Tapi tetap kami panggil dan mau ikut hadir untuk wisuda," tutur Arga.
Wisuda guru mengaji ini sendiri baru kali pertama digelar di Lapas Wanita Klas II Malang. Ini jadi salah satu program untuk pembekalan mental dan spiritual para warga binaan lapas, sekaligus mengkikis stigma negatif di masyarakat.
"Ini jadi bukti siapa saja bisa berubah jadi lebih baik," kata Kepala Wanita Klas II Malang, Ika Yusanti.
Advertisement
Bekal Sosial
Ika Yusanti berharap ilmu yang sudah diperoleh para wisudawan ini sekaligus jadi bekal sosial begitu mereka menghirup udara bebas. Sebab mereka bisa diterima jadi guru mengaji misalnya di taman baca Alquran di sekitar tempat tinggal mereka.
"Tentu bisa sangat bermanfaat untuk masyarakat. Syukur–syukur itu juga bisa menghasilkan secara ekonomi secara pribadi ke mereka," ujar Ika.
Salah satu tahap awal untuk menyiapkan ke arah itu, para ustazah ini akan mengajari rekan–rekannya sesama napi. Ini jadi pondasi awal untuk mematangkan metode pembelajaran sebelum benar–benar di dunia luar.
"Tidak semua warga binaan bisa baca Alquran. Ustazah yang baru diwisuda ini sudah punya bekal untuk mengajar pengucapan sampai tajwid ke rekannya," kata Ika.
Sebanyak 32 napi wanita yang baru diwisuda ini juga bisa memotivasi rekan–rekannya agar tetap gigih belajar. Meski demikian, para ustazah baru itu akan tetap didampingi lembaga yang sejak awal mengajari mereka.
Â