Cerita Rahman, Penderita Kusta yang Berburu Kaki Palsu di Kendari

Rahman, seorang penderita kusta, berburu kaki palsu di Kota Kendari agar bisa tetap bekerja.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 01 Des 2019, 00:00 WIB
Diterbitkan 01 Des 2019, 00:00 WIB
Rahman (42) seorang penderita kusta yang mendapatkan bantuan kaki palsu di Kendari, Jumat (29/11/2019).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Rahman (42) seorang penderita kusta yang mendapatkan bantuan kaki palsu di Kendari, Jumat (29/11/2019).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Kendari - Mendapatkan kaki palsu, menjadi mimpi bagi orang seperti Rahman (42). Dia kehilangan kakinya usai diamputasi 2016 lalu, akibat digerogoti kusta sejak lama.

Jumat pagi (29/11/2019), Rahman yang berprofesi sebagai pembuat cutting sticker (stiker manual) di Desa Akuni Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan, memulai ceritanya. Sebelum mendaptkan kaki barunya, Rahman bahkan harus memotong batang pohon untuk membantunya agar tetap bisa berjalan.

Dia menuturkan, sebelum pindah ke Kota Kendari awal 2016, dia tinggal di Desa Uloe, Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Disana, dia dan beberapa orang penduduk desa sempat terjangkit penyakit kusta.

Rahman berkisah, sempat dikucilkan karena penyakitnya. Keluarga dan kerabatnya, kadang ogah mendekat berlama-lana, bahkan hanya untuk berjabat tangan.

Puncaknya, awal 2016, dokter memutuskan mengamputasi kaki kanan Rahman karena kusta di kakinya sudah parah. Sejak kehilangan kakinya, dia harus memutar otak menghidupi seorang istri dan empat anaknya.

"Saya harus kerja, istri dan anak saya harus makan. Maka saya pindah, keluar kampung, saya pindah ke propinsi lain," tutur Rahman, ditemui di Kendari.

Saat sudah berada di Sulawesi Tenggara, Rahman bertemu dengan seseorang yang memberinya kaki palsu bekas. Namun, rahman masih harus memutar otak atas pemberian itu.

"Dia berikan saya kaki kiri. Padahal, kaki kanan saya lah yang perlu pakai kaki palsu," ujarnya.

Dibantu seorang kerabatnya, dia merancang ulang kaki bekas itu. Alasnya diganti dari batang pohon nangka. Kayu pohon nangka dipotong, diiris membentuk tapak kaki lalu diperhalus dengan golok dan kertas gosok.

Sejak tiga tahun lalu, kaki palsu bekas itu dipakai Rahman bekerja sehari-hari. Meski kakinya tak akan bisa terganti, namun Rahman mengaku bersyukur bisa mendapatkan kaki palsu meskipun bekas orang lain.

Setelah menanti selama tiga tahun sejak diamputasi, Rahman dan delapan orang rekannya mendapatkan bantuan kaki palsu dari pihak UPDK PLN Kendari. Bantuan ini, salah satu program pemerintah memberikan 1.000 kaki palsu kepada warga kurang mampu.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Kisah Fudin dan Kaki Palsu Baru

kaki palsu milik Rahman yang dibuat dari kayu pohon nangka, sempat dilepas saat akan menerima kaki baru, Jumat (29/11/2019).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
kaki palsu milik Rahman yang dibuat dari kayu pohon nangka, sempat dilepas saat akan menerima kaki baru, Jumat (29/11/2019).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Fudin (23), seorang pemuda di Kota Kendari yang menerima bantuan kaki palsu, memiliki cerita pilu saat dia kehilangan kakinya. Saat itu, sekitar 2017 dia bertugas di kamar mesin salah satu kapal angkutan di Kota Kendari.

Malang tak dapat ditolak, saat berada di dekat mesin yang berputar, kaki kirinya terjepit roda mesin yang menghubungkan ke baling-baling kapal.

"Sejak saya keluar rumah sakit, pekerjaan saya hanya bolak-balik rumah dan masjid," cerita Fudin.

Padahal, di usianya yang masih muda, Fudin sempat bermimpi memiliki pekerjaan layak. Sebab, dia memiliki sejumlah saudara yang masih harus dibantu.

Saat mendengar ada bantuan kaki palsu dari salah satu badan usaha milik negara, Fudin langsung bergegas menjemput. Bahkan, sebelum memakai kaki palsu baru miliknya diluar rumah, dia sempat mencoba menggunakan itu di depan para penerima kaki palsu lainnya.

Manajer engineering PLN UPDK Kendari, Wisnu Aji Wibowo mengatakan, pemberian kaki palsu kepada delapan orang warga Kota Kendari merupakan program nasional. Bekerjasama dengan lembaga Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) Kendari, program ini bertujuan meringankan beban warga yang membutuhkan.

"Harga tiap kaki palsu berkisar Rp 10 juta lebih. Dari program kaki palsu pemerintah, Sulawesi Tenggara tahun ini dapat delapan buah dari seluruh Indonesia," ujar Wisnu Aji Wibowo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya