Liputan6.com, Jakarta "Perempuan Berdaya! Indonesia Maju!" Itu slogan yang diusung Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, dalam memperingati Peringatan Hari Ibu ke-91, yang puncaknya diadakan pada 21-22 Desember 2019 di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Saat itu, menteri ditemani Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menyerahkan piala dan piagam penghargaan pada para pemenang terbaik dari Lomba Inovasi Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2019.
Salah satu penerimanya dari Raja Ampat, Papua Barat, diwakili oleh Yayasan Maniambyan Raja Ampat (MARA). Tidak hanya masuk 17 besar dari seluruh Indonesia, MARA juga memenangkan The Best 7 dalam lomba tersebut. Mengusung tema 'Ekowisata Berbasis Masyarakat, Fokus Pemberdayaan Perempuan', MARA mengangkat sosok Regina Lapon sebagai perempuan tangguh kebanggaan Raja Ampat, yang juga ikut ke Semarang untuk menerima penghargaan tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Sejak 2018 lalu, MARA, berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Raja Ampat, Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem (BBKSDAE) Papua Barat, dan Fauna & Flora International – Indonesia Programme (FFI-IP) untuk Raja Ampat, secara aktif mendukung berbagai kegiatan ekowisata berbasis masyarakat lokal. Dalam praktiknya berupa pelatihan dan pendampingan.
Pemahaman dasarnya, tidak hanya laki-laki yang bisa bergelut dalam bidang ini, namun perempuan juga bisa terlibat dalam berbagai aspek, di antaranya pengelola homestay dan destinasi wisata, menjadi pemandu trekking hutan, maupun pelaku berbagai atraksi.
Yusdi Nurdin Lamatenggo, salah satu Pembina Yayasan MARA, menyampaikan apresiasinya pada atas capaian ini.
“Pemerintah Kabupaten Raja Ampat sangat mendukung seluruh upaya pemberdayaan perempuan, terutama inovasi yang menarik dan berdampak besar terhadap kesejahteraan para perempuan, khususnya yang bergerak dalam usaha ekowisata,” katanya, dalam keterangan tertulis.
Dua spot kebanggaan MARA yang menjadi bukti keberhasilan keterlibatan perempuan dalam ekowisata adalah Puyau Homestay - Kabare dan Spot Pengamatan Burung Cendrawasih – Warkesi. Puyau Homestay di Kabare, Distrik Waigeo Utara, merupakan homestay pertama di Raja Ampat yang dibangun oleh seorang perempuan bernama Regina Lapon.
Mama Regina, begitu dia biasa dipanggil, begitu termotivasi untuk memiliki homestay dan bekerja di bidang pariwisata karena teringat banyak anak-anak di keluarganya yang kurang beruntung dalam mengenyam pendidikan. Sementara pariwisata adalah sektor yang paling menjanjikan di Raja Ampat. Puyau Homestay akan menjamin kesejahteraan keluarganya.
Adapun spot pengamatan burung Warkesi, yang hanya berjarak tempuh 30 menit dari Kota Waisai, mengenalkan suatu konsep pengelolaan destinasi wisata, di mana perempuan berperan aktif dalam segala bidang. Perempuan Warkesi terlibat dalam mempersiapkan kudapan lezat yang disajikan pada setiap pengunjung, pemandu wisata khusus pengamatan burung, trekking, dan pengamatan satwa liar, pembersih spot wisata, serta berperan aktif dalam konservasi dengan melakukan pembibitan dan penanaman pohon.
Dengan begitu, MARA ingin menunjukkan bahwa perempuan bisa membuka wawasan mereka, sehingga mampu berdaya secara ekonomi, berdaya secara psikologi, bahkan berperan dalam konservasi alam.
“Ke depannya, harus lebih banyak lagi masyarakat lokal yang didukung untuk mengikuti lomba seperti ini. Supaya mereka saling menginspirasi satu sama lain," kata Mirawati Sudjono, mantan Deputi Bidang Pelayanan Publik Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), yang menjadi salah satu juri dalam lomba inovasi tersebut.
"Hal ini akan berdampak secara tidak langsung pada pembangunan daerah. Selain itu, diharapkan pula ke depannya, Raja Ampat jangan hanya dari Waigeo, namun tunjukkan pula potensi-potensi lain yang dimiliki oleh pulau-pulau lain, daerah-daerah lain di Raja Ampat,” katanya menambahkan.
(Ana Septiana / peneliti, kontributor Liputan6.com)