Kuliner Ekstrem di Kendari, Dangkot Daging Penyu Hijau

Penyu masih menjadi santapan sebagian warga meskipun masuk dalam jajaran kuliner ekstrem.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 31 Jan 2020, 04:00 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2020, 04:00 WIB
Warga yang berada di pesisir Kota Kendari, saat mengolah penyu menjadi hidangan saat pesta rakyat.(Liputan6.com/Eko Untuk Ahmad Akbar Fua)
Warga yang berada di pesisir Kota Kendari, saat mengolah penyu menjadi hidangan saat pesta rakyat.(Liputan6.com/Eko Untuk Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Kendari - Daging penyu hijau, tak lazim jadi santapan sehari-hari sebagian warga di pinggiran Kota Kendari. Selain dilindungi undang-undang, hewan bercangkang ini memiliki nilai jual yang tinggi karena langka.

Di tangan nelayan yang mengerti peran penyu bagi keseimbangan ekosistem laut, penyu langsung dilepasliarkan. Tetapi, jadi masalah jika di tangan nelayan yang kebetulan belum paham.

Bagi sebagian warga pesisir pantai, mengonsumsi daging penyu masih dianggap wajar. Bahkan, menurut mereka dagingnya lebih lezat dibanding sapi atau kambing. Olahan kuliner daging penyu, kebanyakan dibuat dalam bentuk masakan dangkot.

Dangkot penyu, adalah hidangan dengan bumbu khas. Dia menyerupai rica-rica, dimasak agak kering hingga hampir tak menyisakan kuah.

Di tangan yang berpengalaman meracik bumbu dangkot, kebanyakan penikmat penyu mengaku rasanya lebih nikmat. Biasanya, dangkot dimasak dengan membubuhi banyak cabai.

Banyak yang pernah mencoba meracik sate penyu. Namun, rasanya tak senikmat ketika dimasak dalam bentuk dangkot.

Penyu yang dijadikan kuliner, kebanyakan tak sengaja tertangkap warga. Umumnya, penyu terjerat pukat yang dipasang di dalam laut dan tak bisa meloloskan diri.

La Imank, salah seorang warga di pesisir Kota Kendari menceritakan, harga seekor penyu bisa mencapai sekitar Rp75 ribu hingga Rp150 ribu. Hewan ini, kebanyakan dibawa nelayan yang baru saja datang dari laut.

"Untuk memasaknya, daging dipisahkan dengan cangkang. Nah, itu perlu orang yang biasa karena tidak gampang," ujarnya.

Yang membuat ngeri bagi orang awam, penyu akan menjerit tertahan seperti hewan mamalia umumnya saat dipotong. Jika tak berhati-hati, tukang jagal bisa kecipratan darah penyu.

Hal lainnya yang tak biasa, daging penyu masih tetap bergerak setelah dipotong-potong dalam bentuk kecil. Biasanya, jantungnya yang tetap berdenyut-denyut akan menjadi rebutan.

Memasak Dangkot

Masakan dangkot, hasil olahan daging penyu.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Masakan dangkot, hasil olahan daging penyu.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Memasak dangkot tidak terlalu sulit. Biasanya, potongan daging penyu akan direbus beberapa menit sebelum diolah dalam bentuk dangkot.

Bumbu rempah yang dihaluskan dengan cara blender atau diulek halus kemudian ditumis dengan minyak kelapa.

Campuran bumbu ini, terdiri lengkuas, kunyit basah, cabe merah, daun serai, bawang merah dan putih, kemiri, bumbu penyedap rasa dan daun pandan.

Daun pandan, dipakai untuk menghilangkan rasa amis penyu. Campuran cabai rawit yang banyak, ikut menentukan kualitas olahan dangkot penyu.

Setelah bumbu tumis mulai berbau harum, masukan penyu. Masak penyu hingga matang. Lalu, tambahkan air sesekali apabila air sudah menyusut dan belum matang. terus mengaduk sampai bumbu kering, kemudian angkat dari perapian.

Penyu Hewan Dilindungi

Pelepasliaran tukik, di Pulau Wanci, Kabupaten Wakatobi.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Pelepasliaran tukik, di Pulau Wanci, Kabupaten Wakatobi.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Penyu menjadi salah satu hewan paling dilindungi di dunia. Keberadaan mereka, membantu pertumbuhan karang di lautan yang memiliki dampak besar bagi keseimbang ekosistem di lautan.

Baik pemerintah daerah, aparat penegak hukum dan kelompok pemuda, gencar mengampanyekan pelestarian hewan yang cangkangnya kerap diburu kolektor.

Di Wakatobi, ada salah satu komunitas geng motor bernama Custom Classic Wakatobi. Komunitas ini, bahkan kerap mempromosikan penyu sebagai aset dunia yang banyak terdapat di Wakatobi.

Niat baik geng motor CCW, bukan hanya disambut dari kalangan pemotor. Namun, mendapat respons positif Pemda dan Balai Taman Nasional Wakatobi.

Ketua geng Motor CCW, Romeldin, ditemui beberapa waktu lalu di Wakatobi menyatakan, kelangsungan hidup penyu di Wakatobi terganggu dengan banyaknya sampah dan kurangnya kesadaran warga soal merawat laut.

"Kita merangkul mereka, kami harap ini ditindaklanjuti dengan melestarikan penyu. Paling tidak kesadaran masyarakat soal membuang sampah sembarangan bisa berkurang," ujarnya.

Dia juga menyatakan, pemuda Wakatobi sudah memiliki kesadaran besar tentang pentingnya laut. Namun, sikap ini harus tetap dipupuk dan dijaga.

Di gugusan pulau Wakatobi, ada satu lokasi bernama Pulau Runduma. Disana, menurut pihak taman nasional, ratusan ekor penyu bertelur datang setiap tahunnya.

Sehingga, pihak taman nasional bekerjasama dengan Pemda, membangun konservasi khusus bagi penyu. Dengan adanya taman konservasi, pelestarian penyu bisa terkontrol dan Pemda memiliki data jelas soal keberadaan penyu di wilayah Wakatobi.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya