Liputan6.com, Palu - Keberadaan buaya berkalung ban sepeda motor di Sungai Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) mengundang keprihatinan dari sejumlah aktivis lingkungan dan satwa, termasuk Panji Petualang.
Menurut warga sekitar, buaya berkalung ban di Sungai Palu pertama kali menampakkan diri pada 2016, dan langsung menjadi perhatian banyak pihak. Tidak diketahui pasti bagaimana ban sepeda motor itu bisa menjerat leher hewan tersebut.
Jerat ban motor itu semakin menyiksa si buaya lantaran tubuhnya yang semakin membesar, bahkan saat ini panjangnya sudah mencapai sekitar 5 meter.
Advertisement
Terjerat ban di lehernya selama hampir 3 tahun, banyak masyarakat yang kasihan dengan buaya yang diperkirakan berusia 9 tahun itu.
Upaya penyelamatan buaya berkalung ban yang ada di Sungai Palu mendapatkan dukungan penuh dari Direktorat Polisi Air (Ditpolair) Polda Sulawesi Tengah. Mereka mengerahkan personel beserta perahu karet untuk mempermudah evakuasi di tengah sungai.
Dalam penyelamatan ini dipimpin langsung oleh Wadirpolair, AKBP Yudi Gunawan beserta pasukannya untuk mendukung proses evakuasi yang dilakukan Panji Petualang. Upaya penyelamatan buaya berkalung ban nyaris berhasil pada Minggu sore, 21 Januari 2018.
Namun, kerumunan warga menjadi penghambat begitu Panji mendekat ke buaya, tak sedikit warga yang berteriak-teriak di pinggiran sungai. Sehingga, buaya malang itu pun akhirnya masuk lagi ke dalam air.
Simak Video Pilihan Berikut:
Mencoba Memasang Perangkap Buaya
Pada Minggu, 28 Januari 2018, kembali menyusun strategi untuk penangkapan buaya berkalung ban oleh tim penyelamatan dengan cara memasang perangkap masih belum membuahkan hasil. Perangkap yang sudah disediakan dengan memasang umpan satu ekor bebek hidup tak kunjung membuat buaya itu tertangkap.
Perangkap itu merupakan hasil pinjaman dari Dinas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulteng. Perangkap yang berbentuk hampir mirip perangkap tikus itu memiliki cara kerja persis perangkap tikus.
"Jadi cara kerja perangkap buaya berkalung ban itu sama dengan perangkap tikus. Kalau buayanya bisa masuk dalam perangkap dan memakan umpan bebeknya, maka otomatis pintu perangkap akan tertutup akibat tarikan buaya pada umpan itu," tutur Haruna dari BKSDA Sulteng kepada Liputan6.com, Senin (29/1/2018).
Sedangkan, Panji mempertimbangkan, posisi perangkap akan diubah dari sebelumnya yang berada di darat agar bisa terapung di air.
"Untuk memudahkan buaya itu masuk ke perangkap," ujarnya.
Berdasarkan pantauan Liputan6.com, terhitung buaya tersebut hanya melewati perangkap 4 sampai 5 kali. Bahkan sesekali posisi buaya hampir masuk dalam mulut perangkap. Namun, lagi-lagi belum membuahkan hasil.
Advertisement
Pemanggilan Buaya oleh Paranormal
Aktor, produser yang juga paranormal Ki Kusumo sempat membuat heboh masyarakat Palu, Sulawesi Tengah. Dia berhasil memanggil buaya berkalung ban itu di sungai dan menghebohkan warga Kota Palu.
Seperti diceritakan oleh Fani, warga sekitar mengatakan jika peristiwa terjadi pada Rabu (11/7/2018), berawal saat dirinya melihat Ki Kusumo mendekati Jembatan IV. Merasa penasaran, dirinya pun langsung mengikutinya.
Lanjut Fani, Ki Kusumo kemudian berdiri di pinggir sungai dan seperti sedang memanggil sesuatu. Tak lama kemudian muncul tiga ekor buaya dan mendekat ke tepi sungai, salah satu buaya berkalung ban.
"Tidak lama kemudian buaya-buaya tersebut kembali menyelam ke dalam air," kata Fani.
Kemunculan buaya-buaya tersebut membuat heboh warga yang menyaksikannya. Tidak sedikit warga terkagum-kagum dengan apa yang dilihatnya itu.
"Dia (Ki Kusumo) bisa memanggil buaya itu," ucapnya.
Sayembara pada Awal Januari 2020
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Sulawesi Tengah menggelar sayembara untuk membebaskan buaya liar yang biasa berkeliaran di aliran Sungai Palu hingga Teluk Palu dari ban bekas sepeda motor yang melilit lehernya.
Kemunculan buaya berkalung ban ini tentunya membuat perhatian masyarakat dan pemerhati lingkungan. Tidak ada satu pun yang bisa mengeluarkan ban dari kepala buaya, membuat Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Sulawesi Tengah akhirnya menggelar sebuah sayembara.
"Sayembara ini dimaksudkan untuk mengeluarkan ban bekas yang terlilit di leher buaya," kata Kepala BKSDA Sulawesi Tengah Hasmuni Hasmar di Palu, Senin (3/2/2020).
Selain hadiah uang, pihak BKSDA Sulteng juga akan memberikan penghargaan kepada mereka yang berhasil melepas ban yang sudah 3 tahun lebih berada di leher buaya tersebut.
Advertisement
Sayembara Sempat Menuai Kritik dari Komunitas Satwa
Sayembara yang dilakukan oleh pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah untuk menyelamatkan buaya yang terlilit ban motor bekas sejak beberapa hari lalu, ternyata belum mendapatkan respon serius dari masyarakat.
Hal itu terbukti hingga Minggu (2/2/2020), belum ada satu pun pihak yang menyatakan siap terjun ke Sungai Palu untuk melepaskan lilitan ban motor di hewan reptil tersebut. Oleh karena itu, BKSDA Sulteng akan menutup gelaran sayembara tersebut.
Usai penutupan sayembara penyelamatan buaya berkalung ban, BKSDA Sulteng diminta menjalankan fungsi konservasi dan perlindungan terhadap buaya di Sungai Palu.
Sejumlah kalangan pemerhati dan pencinta satwa liar di Palu menilai bahwa penghentian sayembara penyelamatan buaya terjerat ban merupakan langkah yang tepat. Pasalnya, jika upaya tersebut dilakukan oleh orang awam, risiko ancaman keselamatan baik warga maupun si buaya lebih besar dibanding orang yang punya keahlian.
Koordinator Komunitas Pecinta Reptil Kota Palu, Gunawan, menilai upaya tersebut sebenarnya hanya boleh dilakukan oleh BKSDA yang mengerti soal konservasi dan aturan mengenai satwa liar.
"Tanpa sayembara pun sebenarnya penyelamatan satwa liar harus dilakukan BKSDA. Aturan dan undang-undangnya ada. Bahaya kalau dilakukan orang awam," kata Gunawan, Minggu (2/2/2020).
Membentuk Petugas Gabungan Penyelamatan Buaya
Setelah sayembara ditutup, BKSDA telah berkonsultasi dengan Direktur Jenderal Konservasi Keanekaragaman Hayati, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, dan akan menyiapkan tim khusus, serta peralatanya ke Kota Palu.
"Saya sudah berkonsultasi dengan Pak Direktur. Pokoknya BKSDA tidak akan menyerah. Tim yang dibentuk peralatan telah disiapkan," jelas Kepala BKSDA Hasmuni Hasmar, dilansir Antara.
Rencananya, tim penyelemat buaya yang akan dikerahkan oleh Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan tiba di Kota Palu, Sulawesi Tengah, pada Selasa (4/2).
"Hari Senin koordinasinya, hari Selasa tim dari Jakarta akan turun," tambahnya.
Namun, Hasmuni masih merahasiakan strategi yang akan dilakukan oleh tim penyelemat buaya tersebut.
Operasi penyelamatan buaya berkalung ban di Sungai Palu dimulai hari Kamis (6/2/2020). Operasi dilakukan oleh petugas gabungan dari BKSDA Sulteng dan NTT, Polair Polda Sulteng, dan Petugas dari Kementerian LHK.
Operasi digelar dengan menyisir sekitar Muara Sungai Palu, Kelurahan Lere dengan perahu karet. Petugas juga membawa sejumlah peralatan untuk menangkap buaya yang sejak tahun 2016 dicari petugas untuk diselamatkan.
Kepala Seksi Wilayah 1 BKSDA Sulteng, Haruna, menjelaskan besarnya ombak menyulitkan perahu petugas bergerak mengikuti pergerakan buaya berkalung ban. Skenario yang digunakan kamis siang adalah dengan menombak buaya dan membawanya ke tepi. Haruna memastikan cara tersebut aman dan tidak membahayakan si buaya.
"Tombak yang digunakan itu khusus. Petugas juga melakukan dengan terukur," beber Haruna, Kamis (6/2/2020).
Operasi penyelamatan kali sendiri tampak dikondisikan dengan baik. Selama operasi buaya berkalung ban digelar, personel polisi dan petugas BKSDA terus mengimbau warga untuk tidak mendekat ke area pencarian.
Pihak BKSDA Sulteng berharap warga membantu petugas dengan tidak mendekat area operasi demi keberhasilan pencarian buaya yang dilindungi itu.
"Selama ini salah satu kendala adalah warga yang ingin dekat menyaksikan operasi. Itu malah membuat buaya itu lari. Kali ini kami mohon bantuannya," harap Haruna.
Â
Akhmad Mundzirul Awwal/PNJ.
Advertisement