Bukan Minat Baca Orang Indonesia yang Rendah, tapi Ketersediaan Akses

Bukan bahan bacaan yang kurang, tapi ketersediaan akses terhadap bahan bacaan. Apalagi mayoritas penduduk tinggal di daerah pelosok dan terpencil.

oleh Liputan Enam diperbarui 26 Feb 2020, 10:30 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2020, 10:30 WIB
Foto Bersama Rakornas Perpustakaan Nasional 2020
Foto Bersama Rakornas Perpustakaan Nasional 2020

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia. Namun, potensi demografi dan geografi tidak menjadikan Indonesia negara yang kaya.

Dukungan dan perhatian yang kurang dari pemerintah daerah dianggap salah satu kendala perkembangan perpustakaan dan minat baca belum membaik.

"Banyak daerah yang belum paham persoalan tentang minat baca," terang Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian saat membuka kegiatan Rapat Koordinasi Nasional Perpustakaan Nasional 2020, Selasa, (25/2/2020).

Mendagri Tito menyayangkan hal tersebut. Padahal Rakornas ini penting. Menentukan arah dan keberhasilan bangsa. Bukan sekadar kegiatan lips service. Namun demikian, tidak lebih dari lima persen dari 34 provinsi dan 514 kabupaten atau kota yang diundang yang hadir.

Sudah banyak penelitian internasional yang mengatakan minat baca orang Indonesia rendah. Itu adalah alarm. Semacam wake up call. Meski terakhir, world culture indeks menampilkan update terbaru bahwa angka minat baca Indonesia berada di posisi menengah.

Dalam berbagai kesempatan, Perpustakaan Nasional menegaskan bahwa bukan bahan bacaan yang kurang, tapi ketersediaan akses terhadap bahan bacaan. Apalagi mayoritas penduduk tinggal di daerah pelosok dan terpencil.

"Kepala Daerah harus mulai sadar dan berupaya untuk menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya," terang Tito.

Pengetahuan menjadi sangat penting. Kunci untuk memunculkan sumber daya yang unggul. Selain faktor kesehatan, SDM unggul juga harus terdidik dan terlatih.

Semakin banyak bahan bacaan tersedia, maka makin terbuka inovasi yang bisa dihasilkan, mengembangkan ide, dan juga opsi-opsi sehingga mampu menghasilkan keputusan yang cepat. 

 

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Perpusatakaan Jantung Pendidikan

Arahan Presiden Jokowi di periode kedua pemerintahan adalah menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul Indonesia maju.

Senada dengan itu bahwa, Perpustakaan Nasional adalah salah satu yang diharapkan mampu menaikkan indeks pembangunan manusia, khususnya di level Asia.

Indeks pembangunan manusia bisa dicapai jika manusia Indonesia cerdas. Hal tersebut merupakan bagian dari tujuan negara didirikan.

"Indonesia bukan bangsa dengan budaya baca rendah. Tapi fakta di lapangan disebabkan karena belum cukup akses yang memadai. Jangan terjebak opini internasional tapi mari kita perbaiki bersama," kata Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando saat memberikan laporan pada Rapat Koordinasi Nasional Perpustakaan Nasional, Selasa, (25/2/2020).

Kehadiran Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian sebagai pembicara kunci adalah untuk menyakini seluruh pemerintah daerah agar punya kesadaran menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan penduduknya.

Pendidikan dan perpustakaan tidak bisa dipisahkan karena perpustakaan jantungnya pendidikan.

"Tidak ada guru tentang kedaerahan, tapi banyak buku yang menginformasikan asal usul, adat istiadat. Ini bisa dikelola oleh daerah. Daerah harus benar-benar tumbuhkan literasi," terang Syarif Bando. (Akhmad Mundzirul Awwal/PNJ)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya