Liputan6.com, Purbalingga - Membaca merupakan firman pertama dalam kitab suci Alquran. Perintah pertama bagi umat Islam ini tentu menyiratkan derajat urgensi yang tak sepele, yang bahkan, bisa jadi melampaui sekat-sekat keyakinan itu sendiri. Membaca adalah tugas kemanusiaan setiap manusia.
Maka menjadi agen dari tugas mulia ini pun adalah sebuah kemuliaan. Satu di antaranya yang dijalankan Ridwan Sururi (46). Ridwan merupakan penggagas kuda pustaka, perpustakaan berjalan yang menggunakan kuda sebagai alat transportasinya.
Advertisement
Baca Juga
Tiap pagi Ridwan bersama kuda pustakanya menyambangi anak-anak desa pegunungan di Purbalingga. Ide sederhananya adalah literasi yang mesti merata untuk anak negeri, meski berada di pucuk bukit sekali pun.
"Awal mulanya cari kesibukan daripada nganggur," kata Rudwan ketika ditemui di Wisata Lembah Asri Serang, Karangreja, Purbalingga.
Ridwan adalah pengembala kuda milik majikannya yang tinggal di Ibu Kota. Karena banyak waktu luang terbuang, Ridwan mengajukan proposal Kuda Pustaka. Ia masih ingat betul, ketika itu tahun 2014.
"Memakai kuda karena untuk daya tarik minat baca anak-anak," ujar pria berkumis itu.
Selain mendapat izin dari bosnya, Ridwan juga mendapat dukungan kuda bernama Luna dan koleksi buku anak-anak. Awal berjalan, Kuda Pustaka memiliki 136 buku.
"Pertama saya ke MTQ, anak-anak tertarik karena ada kuda," kata dia.
Â
Diundang Mata Najwa dan Hitam Putih
Karena mendapat sambutan antusias dari anak-anak, Ridwan mulai menyambangi SD-SD di Serang. Ia memulai dengan meminta izin kepala SD.
"Kepala sekolah bilang kalau positif untuk anak, kenapa tidak," ujar dia.
Sejak saat itu, Ridwan keliling ke SD-SD. Ia ke sekolah dari Senin hingga Jumat. Sementara Sabtu dan Minggu ia mangkal di lokasi wisata.
"Selain memelihara kuda, saya juga menyediakan jasa kuda tunggangan di tempat wisata. Jadi dapur tetap ngebul," kata dia disusul tawa ringan.
Setelah berjalan beberapa bulan, Kuda Pustaka menyedot perhatian media. Pemberitaan tentang Kuda Pustaka gencar karena berbarengan dengan gerakan literasi yang dicanangkan pemerintah.
"Saya sempat diundang di acara Mata Najwa, Hitam Putih, dan diundang makan siang bareng presiden, sesuatu yang kuar biasa buat saya," kata dia bangga.
Selain itu, jurnalis dari berbagai negara juga datang mewawancarai Ridwan. Beberapa negara masih bisa ia sebut, sisanya ia menhaku lupa.
Â
Advertisement
Perpustakaan Selalu Diserbu Pelajar
"Dari Jerman tiga kali, Australia, Prancis, Amerika, Jepang, Singapura, Inggris. Ada sembilan, sisanya lupa," ujar dia sambil mengerutkan dahi.
Ia bahkan menerima kuda dari warga Jerman. Nama kudanya Jermanis. Ia juga diberi kuda oleh Bupati Purbalingga, Tasdi, sebelum terjaring OTT KPK.
"Di sertifikat namanya Herzema, tapi sama beliau suruh diganti Arjunawati, karena betina," kata dia.
Ridwan mengatakan, jurnalis asing tertarik menulis kisahnya karena yang ia lakukan sangat membantu warga mengakses buku. Indonesia menjadi negara dengan tingkat literasi yang rendah, bahkan di antara negara-negara berkembang sekalipun.
Maka apa yang dilakukan Ridwan memiliki arti besar bagi upaya meningkatkan minat baca masyarkat, khususnya di Purbalingga. Hal ini ia buktikan dengan banyaknya siswa SD yang datang ke rumahnya sekadar untuk meminjam buku sepulang sekolah.
"Siswa SD yang sekarang sudah SMP dan SMA juga sering ke rumah pinjam buku," ujar dia yang kerap berpakaian ala koboy itu.
Bagi Ridwan, kecintaan anak-anak pada buku menjadi tolak ukur usahanya membangun minat baca tak sia-sia. Bersama si cantik Luna, ia berikrar akan terus melanjutkan Kuda Pustaka hingga buku menjadi kawan bermain anak-anak Desa Serang.
Simak video pilihan berikut ini: