Mengenal Sukatani, Band Punk Asal Purbalingga yang Menuai Polemik

Band punk asal Purbalingga, Sukatani, mencuri perhatian dunia lewat lagu kontroversial 'Bayar Bayar Bayar' yang mengkritik polisi.

oleh Tim Regional Diperbarui 24 Feb 2025, 07:26 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2025, 07:21 WIB
Unggahan Mira Lesmana soal band Sukatani. (Foto: Dok. Instagram @mirles)
Unggahan Mira Lesmana soal band Sukatani. (Foto: Dok. Instagram @mirles)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Grup musik punk Sukatani, berasal dari Purbalingga, Jawa Tengah, telah berhasil menarik perhatian nasional dan internasional berkat lagu kontroversial mereka, "Bayar Bayar Bayar." Dibentuk pada tahun 2022, band yang digawangi oleh Twister Angel (vokal) dan Alectroguy (gitaris dan produser) ini berada di bawah naungan label Dugtrax Records. Lagu "Bayar Bayar Bayar", yang berisi kritik sosial terhadap aparat kepolisian, menjadi pemicu polemik dan sorotan media.

Lagu tersebut, dengan liriknya yang lugas dan menohok, menimbulkan kontroversi dan menarik perhatian berbagai kalangan. Banyak yang mengapresiasi keberanian Sukatani dalam menyuarakan kritik sosial melalui musik, sementara yang lain mengecamnya karena dianggap menghina institusi kepolisian. Polemik ini bergulir hingga Sukatani sempat diperiksa pihak berwajib. Namun, band ini kemudian mencabut surat kuasa hukum mereka dan menyampaikan permohonan maaf atas kontroversi yang ditimbulkan.

Meskipun sempat menarik lagu "Bayar Bayar Bayar" dari peredaran, Sukatani tetap konsisten berkarya dan tampil di berbagai panggung musik. Mereka aktif berkolaborasi dengan band-band punk lainnya, menunjukkan komitmen mereka terhadap genre musik yang mereka usung. Keberadaan Sukatani menjadi bukti bahwa musik punk di Indonesia masih hidup dan terus berevolusi, menawarkan ruang bagi ekspresi dan kritik sosial.

Lagu "Bayar Bayar Bayar" dan Polemiknya

Lagu "Bayar Bayar Bayar" menjadi titik balik perjalanan karier Sukatani. Lirik lagu ini secara eksplisit mengkritik praktik-praktik yang dianggap tidak adil dan korup di lingkungan kepolisian. Hal ini tentu saja memicu reaksi beragam dari masyarakat, termasuk dari pihak kepolisian sendiri. Beberapa pihak menilai lagu tersebut sebagai bentuk penghinaan, sementara yang lain melihatnya sebagai bentuk kritik yang perlu didengar.

Polemik yang ditimbulkan lagu ini bahkan sampai terdengar di media internasional, menunjukkan betapa besarnya pengaruh musik dalam menyampaikan pesan dan memicu diskusi publik. Meskipun kontroversial, lagu ini juga berhasil memperkenalkan Sukatani kepada khalayak yang lebih luas, baik di dalam maupun luar negeri.

Reaksi dari pihak kepolisian terhadap lagu ini beragam. Ada yang memilih untuk mengabaikan, sementara yang lain merasa perlu untuk mengambil tindakan. Proses pemeriksaan yang sempat dialami Sukatani menjadi bukti nyata bagaimana karya seni dapat berbenturan dengan hukum dan norma sosial yang berlaku.

Keputusan Sukatani untuk mencabut surat kuasa hukum dan meminta maaf menunjukkan kesadaran mereka akan dampak dari karya mereka. Hal ini juga menunjukkan komitmen mereka untuk tetap berkarya tanpa harus menimbulkan konflik yang berkepanjangan.

Sukatani: New Wave Musik Punk Indonesia

Sukatani kini dianggap sebagai salah satu 'new wave' di skena musik punk Indonesia. Mereka berhasil membangkitkan kembali semangat perlawanan dan kritik sosial melalui musik, sekaligus menunjukkan bahwa musik punk masih relevan di era modern. Keberanian mereka dalam menyuarakan pendapat melalui lagu-lagu mereka patut diapresiasi.

Dengan gaya musik punk yang khas dan lirik-lirik yang tajam, Sukatani berhasil menarik perhatian banyak penggemar musik punk. Mereka bukan hanya sekadar band, tetapi juga menjadi representasi dari generasi muda yang berani menyuarakan aspirasinya melalui karya seni.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan dan kontroversi, Sukatani tetap konsisten berkarya dan tampil di berbagai kesempatan. Mereka terus berinovasi dan mengembangkan musik mereka, sekaligus memberikan inspirasi bagi musisi punk lainnya di Indonesia.

Keberhasilan Sukatani dalam menarik perhatian dunia menunjukkan bahwa musik, khususnya musik punk, masih memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan dan memicu perubahan sosial. Mereka membuktikan bahwa musik dapat menjadi alat yang ampuh untuk menyuarakan perlawanan dan kritik terhadap ketidakadilan.

Meskipun kontroversi "Bayar Bayar Bayar" telah berlalu, warisan yang ditinggalkan oleh lagu tersebut tetap ada. Sukatani telah menunjukkan kepada dunia bahwa musik punk Indonesia memiliki potensi untuk bersaing di kancah internasional dan terus menyuarakan aspirasi generasi muda.

 

Disclaimer: Artikel ini dibuat menggunakan Artificial Intelligence (AI)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya