Upaya Penyelamatan Buaya Bombana yang Terjebak dalam Kubangan

BKSDA Sultra bersama pihak Taman Nasional Rawa Aopa melepasliarkan buaya liar sepanjang 3 meter usai terjebak dalam kubangan di sekitar persawahan Bombana.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 14 Apr 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2020, 08:00 WIB
BKSDA Sultra melepasliarkan buaya liar yang ditangkap warga di Desa Biru, Kecamatan Poleang, Kabupaten Bombana, Senin (13/4/2020).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
BKSDA Sultra melepasliarkan buaya liar yang ditangkap warga di Desa Biru, Kecamatan Poleang, Kabupaten Bombana, Senin (13/4/2020).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Kendari - Warga Desa Biru, Kecamatan Poleang Timur, Kabupaten Bombana menangkap seekor buaya muara (Crocodylus palusitris) yang terimpit di antara pepohonan di pinggir sungai, Sabtu (11/4/2020) sekitar pukul 15.00 Wita. Saat itu, warga yang sedang memancing di Sungai Poleang melihat pertama kali buaya jantan sepanjang 3 meter itu.

Kepala Desa Biru, Zainal Abidin menceritakan, warganya kaget dan langsung bergegas memanggil warga dusun. Belasan warga yang bermukim di sekitar sungai, mendatangi lokasi dan mengevakuasi buaya di dalam kubangan bekas empang.

"Bersama kepala dusun, warga mengikat mulut buaya agar aman saat dievakuasi, tanpa dipindahkan dari kubangan air. Setelah itu, kami dibantu pemerintah desa dihubungkan dengan pihak BKSDA," ujar Zainal Abidin.

Keesokan harinya, Minggu (12/4/2020) tim BKSDA Sulawesi Tenggara menuju lokasi untuk mengevakuasi buaya. Kepala Wilayah II Bagian Konservasi BKSDA Sultra, La Ode Kaida membenarkan, tim menuju lokasi bersama warga dan menemukan buaya masih berada di tengah kubangan, Minggu (12/4/2020).

"Warga bersama BKSDA menggotong buaya beramai-ramai menuju ke mobil. Pukul 15.00 Wita tim meninggalkan lokasi tersebut dan selanjutnya berkoordinasi dengan Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai untuk teknis pelepasliaran satwa buaya itu," kata La Ode Kaida.

La Ode Kaida melanjutkan, tim menunda Pelepasliaran buaya pada hari yang sama karena kondisi malam hari yang tidak memungkinkan bagi keamanan. Tim BKSDA yang sudah berkoordinasi dengan Taman Nasional Rawa Aopa, baru menuju ke titik pelepasliaran, Senin (13/4/2020) pagi.

"Buaya dibawa dengan perahu, ke salah satu lokasi," ujarnya.

Saat tim BKSDA Sultra bersama pihak taman nasional melepasliarkan buaya, sempat terekam salah satu anggota BKSDA. Dalam video berdurasi 17 detik itu, 3 orang anggota BKSDA bersama pihak taman nasional menurunkan buaya ke dalam sungai.

Salah seorang petugas sempat mencari buaya yang mulai berenang bebas saat sudah di dalam sungai. Saat itu, seorang rekannya, menunjuk buaya yang mulai terlihat menjauh dari pinggir sungai.

"Manami kasian buaya? Jangan kau ganggu orang PPA (daerah sekitar taman nasional) yaa," teriak salah seorang petugas.

Diketahui, buaya liar kerap muncul di wilayah sekitar persawahan Desa Biru, Kecamatan Poleang, Kabupaten Bombana. Bahkan, karena kurang paham, warga kerap membunuh anak-anak buaya yang dijumpai melintas di sekitar pemukiman.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Cerita Sekdes Soal Buaya Liar

Buaya yang diamankan warga di Desa Biru, Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana, Sabtu (11/4/2020).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Buaya yang diamankan warga di Desa Biru, Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana, Sabtu (11/4/2020).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Sekretaris Desa Biru, Hasman menceritakan, buaya kerap muncul di sekitar Sungai Poleang. Beberapa warga kerap menjadi korban.

"Sekitar tahun 2010, pernah ada seorang yang kakek dan cucunya yang sedang naik rakit menyeberang sungai. Cucunya tiba-tiba hilang, besoknya ditemukan hanya sebagian anggota badannya saja," ujar Hasman.

Dia melanjutkan, 2019 lalu, buaya liar bahkan pernah menerkam kaki kakeknya saat sedang berada di dalam sungai. Saat itu, dia turun membersihkan sampah yang menghalangi air sungai menuju ke sawahnya.

"Jempolnya hilang," lanjutnya.

Dia melanjutkan, buaya mulai sering terlihat warga muncul di sungai sekitar awal tahun 2000. Sebelum itu, dia bersama rekan-rekannya mengaku bebas beraktivitas di sekitar sungai.

"Kami sudah berupaya berkoordinasi dengan warga dan pemerintah setempat. Sebab, masih ada warga yang belum paham soal habitat mereka, kadang langsung membunuh anak-anak buaya karena menganggap hama," ungkap Hasman.

Ketakutan warga, menurut Hasman cukup beralasan. Kadang, warga yang sebagian besar berprofesi sebagai petani, tiba-tiba berpapasan dengan buaya saat mereka sedang bekerja mengairi sawah.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya