Liputan6.com, Jayapura - Semboyan satu tungku tiga batu dari masyarakat di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat, selalu memiliki makna toleransi beragama yang tinggi.
Terdapat tiga agama di Fakfak, yaitu Islam, Katolik, dan Kristen Protestan. Ketiga agama ini dianggap sebagai agama keluarga di Fakfak, sehingga muncul semboyan untuk mempererat harmonisasi antar sesama.
Fakfak menjadi salah satu simbol ketentraman di tanah Papua, dengan berbagai macam etnis di dalamnya.
Advertisement
Kota Fakfak berada di Provinsi Papua Barat. Fakfak menjadi kota tertua di provinsi itu. Fakfak juga penghasil pala, maka itu Fakfak dikenal dengan sebutan Kota Pala dan menjadi penghasil rempah-rempah terbaik di tanah Papua.
Baca Juga
Kabupaten Fakfak terletak di kepala burung bagian selatan, letaknya sangat strategis karena mempunyai hubungan dengan Kota Ambon yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan kota-kota lain di pulau Papua.
Samanhudin Iha, warga setempat menyebutkan kekerabatan di Fakfak usianya lebih tua dibandingkan agama yang dianut warga setempat.
"Kami berasal dari satu rahim, sehingga kami tak pernah terpecah belah hanya kerena perbedaan agama. Tungku adalah simbol dari kehidupan, sedangkan tiga batu adalah simbol dari kau, saya dan dia yang melambangkan agama, suku, status sosial dalam satu wadah persaudaraan," kata Saman, Kamis (23/4/2020).
Kadang satu tungku, tiga batu juga diartikan persatuan di Fakfak tak tergoyahkan karena pemerintah, adat dan agama menyatu bersama. Satu tungku, tiga batu juga dikenal sebagai satu hati satu saudara.
"Kitorang (kami) di dalam satu keluarga ada saja yang berbeda agama dan ini sah saja, kitorang saling menghormati," Saman menambahkan.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Berbeda Namun Berdampingan
Walau berbeda, masyarakat Fakfak selalu memandang dirinya berasal dari satu rumpun kerabat, satu leluhur jauh sebelum ketiga agama itu ada.
Filosofi satu tungku tiga batu juga mengajarkan masyarakat Fakfak tak pernah membedakan agama satu dan yang lain, termasuk suku atau dari mana masyarakat berasal.
"Banyak masyarakat Fakfak kawin campur, dari suku lain, bahkan dari agama lain. Tetap kami satu dan tak pernah pecah," ujar Saman.
Peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebutkan tahun 1870, agama Islam, Kristen Protestan, Katolik sudah menjadi tiga agama yang hidup berdampingan di Fakfak.
Makna agama dalam konsep filosofi satu tungku tiga batu, bahwa ketiga batu itu dilambangkan sebagai tiga agama yang sama kuat dan menjadi kesatuan yang seimbang untuk menopang kehidupan dalam keluarga.
"Masyarakat Fakfak hampir tidak pernah terpengaruh oleh isu-isu, ataupun perselisihan terkait agama. Toleransi hidup beragama di Fakfak sangat kental dan patut untuk dicontoh, sebagai bentuk keberagaman dan kebhinekaan yang ada di Indonesia," Hari menambahkan.
Advertisement