Kisah Lansia Bertahan Hidup di Tengah Pandemi Covid-19

Sepasang suami istri lanjut usia di Kota Tarakan, Kalimantan Utara bertahan hidup di tengah pandemi dengan mengandalkan ikan pemberian nelayan.

oleh Siti Hadiani diperbarui 10 Mei 2020, 14:51 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2020, 05:45 WIB
Pasangan Lansia
Sepasang lansia di Kota Tarakan bertahan hidup dengan mengandalkan pemberian ikan dari nelayan. (Foto: Siti Hardiani)

Liputan6.com, Tarakan - Zahara (80) dan suaminya Harun (75) adalah Pasangan suami istri lanjut usia yang tinggal di daerah pesisir Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Keduanya tinggal di RT 24 Kelurahan Selumit Pantai dan kini sedang berjuang bertahan hidup di tengah pandemi Covid-19.

Di usia senja, keduanya sudah tidak bisa lagi bekerja, sehingga tidak memiliki pekerjaan atau penghasilan tetap. Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, pasangan kakek nenek ini berharap pemberian ikan dari nelayan sekitar.

Biasanya dikumpulkan untuk kemudian dijemur menjadi ikan kering. Tujuannya agar dapat disimpan lebih lama.

"Dari tetangga kadang ada yang bantu. Baznas juga biasanya antarkan sembako setiap bulan. Tapi sekarang belum ada lagi," ujar Zahara saat ditemui di rumahnya, Sabtu (9/5/2020).

Meski saat ini ada bantuan dari pemerintah pusat, provinsi dan kota bagi warga yang terdampak Covid-19, namun hingga kini belum diterima. Padahal Ketua RT sudah pernah melakukan pendataan.

Meski demikian, Zahara enggan menuntut haknya. Sebab baginya, jika memang rezeki pasti akan dapat.

"Katanya disuruh sabar aja menunggu. Kalau memang ada dan dapat bantuan itu ya alhamdulillah," ujarnya.

Masa tua yang harusnya dinikmati dengan tenang dan berharap kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi. Terlebih di tengah pandemi Covid-19 ini, tubuh keduanya harus tetap mendapatkan asupan yang bergizi.

Namun hal itu tidak dirasakan Zahara dan Harun. Bisa makan dalam sehari saja sudah lebih dari cukup bagi mereka.

Zahara mengaku tidak memiliki perasaan takut terkait pandemi. Karena jauh sebelum Covid-19 melanda dunia, mereka sudah terbiasa menjalani hidup dalam keterbatasan.

Kondisi tempat tinggal keduanya sangat miris. Zahara dan suami menempati rumah sangat kecil dari kayu lapuk dan seng bekas, serta dinding dari tripleks.

Sejak rumahnya ludes akibat kebakaran hebat yang terjadi beberapa tahun silam, tak ada lagi rumah yang layak untuknya. Meski jauh dari kata layak, keduanya merasa bersyukur masih punya tempat tinggal.

Rumah, idealnya disebut gubuk, yang ditempati saat ini hanya berukuran sekitar 1 kali 5 meter. Berdiri menumpang di lahan kosong yang bukan miliknya. Nyaris dua tahun keduanya menghabiskan hari tua bersama di tempat tersebut.

"Dulu waktu rumah terbakar kami mengungsi di masjid. Terus numpang dirumah orang lain, pemilik rumahnya meninggal dan rumah yang kami tempati saat itu dibongkar. Sekarang ini juga numpang karena ada warga yang baik hati bolehkan kami tinggal disini," ungkapnya.

Walau banyak keterbatasan dan hidup seadanya, senyum cerah masih tetap terpancar di wajah lusuh mereka. Bagi nenek Zahara, apa yang ia rasakan saat ini adalah perjalanan hidup yang tetap harus dia syukuri.

Pasangan ini sebenarnya mempunyai lima orang anak, namun empat diantaranya telah meninggal dunia. Sedangkan anaknya yang tersisa tinggal di Kabupaten Bulungan, ibukota Provinsi Kalimantan Utara, bersama istri dan anaknya.

"Anakku yang di Bulungan sudah menikah hidupnya juga susah hanya ikut orang kerja bengkel. Kalau dapat rezeki lebih biasa dia kirimkan uang juga untuk kami," ucapnya.

Jumlahnya kiriman sang anak pun tidak besar. Hanya Rp200 ribu.

Pasangan yang sudah beruban ini mengaku tetap senang karena sang anak masih memperhatikan dan turut membantu kehidupan mereka.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Simak juga video pilihan berikut

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya