Liputan6.com, Kendari - Rencana kedatangan 500 TKA China pada 5 Mei 2020 di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, mendapat sorotan luas.
Sempat memancing kritikan dari tokoh nasional dan kalangan legislatif, pemerintah menunda kedatangan mereka hingga waktu yang tidak ditentukan.
Sepekan setelah TKA tertunda masuk dan bekerja di wilayah Sultra, pihak perusahaan mulai angkat bicara.
Advertisement
External Affairs Manager PT VDNI dan PT OSS Indrayanto mengatakan, 500 TKA China yang akan masuk, merupakan karyawan kontraktor yang memiliki skill keahlian khusus.
Baca Juga
"Mereka merupakan orang-orang terlatih yang sudah bekerja dan berkecimpung dalam dunia konstruksi skala besar di sejumlah pabrik di China," ujar Indrayanto.
Dia mengatakan, 500 TKA China ini akan memasang alat produksi pabrik di PT OSS dan PT VDNI. Keduanya merupakan perusahaan dengan status produksi nikel terbesar di Asia pada 2019.
"Setelah memasang alat produksi pada 33 tungku pembakaran ore nikel, mereka akan kembali ke China pada 3 sampai 4 bulan kedepan," jelasnya.
Â
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
3 Ribu Karyawan Baru
Indrayanto menjelaskan, untuk mengoperasikan 33 tungku baru yang akan dibangun oleh TKA, pihak perusahaan sudah menyekolahkan 150 putra daerah ke China. Mereka yang akan menjadi tenaga teknis pengoperasian selama perusahaan ini berproduksi dan mengoperasikan 32 tungku pembakaran nikel.
"Perusahaan juga sudah merekrut 3000 karyawan lokal untuk bekerja di perusahaan baru jika tungku ini sudah dibangun," jelasnya.
Dia menyatakan, saat ini PT VDNI dan PT OSS memiliki karyawan sekitar 11 ribu orang. Dia juga menjelaskan, ada 1800 lebih karyawan yang dirumahkan dan tetap mendapat gaji.
"Kami menghindari PHK dengan semua kondisi ini, namun untuk tetap menggaji karyawan tentunya kehadiran TKA China menyelesaikan produksi 33 tungku ini memang dibutuhkan," pungkasnya.
Sebelumnya, rencana kedatangan 500 TKA China sempat ditolak Gubernur Sultra Ali Mazi dan Ketua DPRD Sultra, Abdurrahman Saleh. Bahkan, Abdurrahman Saleh nekat akan memimpin demonstrasi jika TKA ini masuk.
Â
Â
Advertisement
Sorotan Tokoh di Sultra
Sebelumnya, Gubernur Sultra Ali Mazi menolak kedatangan TKA China. Dia menyatakan, sebaiknya pemerintah menunda kedatangan TKA ini ke Sultra.
Ketua DPRD Sultra, Abdurrahman Shaleh bahkan menyatakan penolakan secara terang-terangan. Dia menyampaikan akan memimpin demonstrasi jika TKA nekat datang.
"Saya akan pimpin demonstrasi, jika intel-intel saya di bandara mengatakan ada TKA masuk," ujar Abdurrahman Shaleh di Kantor DPRD Sultra.
Wali Kota Kendari, Sulkarnain bahkan siap memasang palang yang di perbatasan Kota Kendari dan Bandara Halu Oleo. Dia berjanji, akan menunjukkan sikap tegas terkait larangan tegas TKA China masuk di wilayah Kota Kendari.
Anggota DPD-RI Dapil Sultra, Wa Ode Rabia Al Adawia Ridwan juga menyatakan penolakan kedatangan 500 TKA China.
"Saat ini harusnya kita fokus dalam penanganan pandemi Covid-19, abaikan yang bisa menimbulkan polemik," ujar Rabia, Minggu (3/5/2020).
Menurutnya, 49 TKA China yang pernah datang saat pandemi Covid-19 di Sultra sudah sangat meresahkan. Apalagi, akan masuk 500 TKA saat Sultra sudah dikategorikan sebagai daerah rawan terpapar Covid-19.