Perjuangan Pasutri Difabel di NTT 'Menjahit' Masa Depan Keenam Anaknya

Pasangan suami istri difabel, Yosef Loku (48) dan Albina Abong Wadan (41). Warga Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini mengaku kesulitan mendapatkan pesanan jahitan sejak pandemi covid-19 di NTT.

oleh Ola KedaDionisius Wilibardus diperbarui 14 Mei 2020, 04:00 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2020, 04:00 WIB
Pasutri Difabel
Foto : Pasangan suami isteri difabel saat berada di lapak jahitan menunggu pelanggan (Liputan6.com/Dion)

Liputan6.com, Kupang - Pandemi corona covid-19 melanda Indonesia membuat banyak orang kehilangan pekerjaan hingga kehilangan penghasilan.

Hal ini juga dirasakan pasangan suami istri difabel, Yosef Loku (48) dan Albina Abong Wadan (41). Warga Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini mengaku kesulitan mendapatkan pesanan jahitan sejak covid-19 mewabah di NTT.

Tak seperti hari-hari sebelumnya. Pesanan jahitan di tempat usaha kedua pasangan ini yang sebelumnya ramai, kini berangsur sepi.

Sebulan terakhir, tak ada satu pun orang datang meminta jasa jahit di tempat usaha mereka yang terletak di lantai dua Pasar Tingkat Maumere, Kabupaten Sikka. Padahal, mereka biasa mendapatkan banyak pesanan jahitan.

"Bulan ini kami hanya mendapatkan pesanan jahitan masker mulut dari pusat pastoral keuskupan Maumere sebanyak 585 masker. Tanpa pesanan masker ini, kami tidak tahu harus berbuat apa," ujar Yosef kepada Liputan6.com, Selasa (12/5/2020).

Meski sepi pengunjung, pasutri ini tetap setia menunggu saban hari di tempat usaha mereka, demi menghidupi enam anak.

"Ada enam anak, makanya kami harus berjuang memenuhi kebutuhan hidup mereka, ditambah lagi biaya pendidikan anak," katanya.

Istri Yosef, Albina mengaku meski sudah 19 tahun bekerja sebagai penjahit di Pasar Tingkat Maumere, ia belum pernah menerima bantuan baik pemerintah maupun lembaga swasta.

Penderitaan pasutri difabel ini semakin bertambah tatkala tempat usaha mereka pernah digembok petugas karena menunggak pembayaran sewa. Padahal, saat itu, suaminya sedang tidak bisa beraktivitas karena mengalami sakit selama dua bulan.

"Ketika kami mau datang beraktivitas lagi ternyata lapak kami digembok oleh petugas. Kami tunggak belum bayar biaya sewa lapak, karena suami sakit. Inikah bukti perhatian pemerintah terhadap fakir miskin dan difabel? Kami tidak menuntut untuk dibebaskan biaya, tetapi kondisi suami sakit, apalagi kami ini difabel. Mohon dipahami," dia mengharapkan.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya