Derita Petani Rumput Laut di NTT Tergerus Pembangunan PLTU Timor 1

Lokasi pembangunan PLTU Timor 1 ini, berlokasi di Dusun Panaf, Desa Lifuleo, yang berjarak kurang lebih 650 meter dari permukiman warga terdekat dan sekitar hampir 1,5 kilometer dari lokasi pertanian rumput laut warga di Pantai Oesina.

oleh Ola Keda diperbarui 27 Jun 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2020, 12:00 WIB
Budidaya Rumput laut
Foto: Petani rumput laut di Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, NTT sedang menunjukkan hasil panen rumput laut yang rusak terkena abu pembangunan PLTU (Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Kupang - Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Timor 1 di pantai Oesina, Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) berdampak buruk bagi petani rumput laut di wilayah itu.

Para petani mengaku mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah akibat debu pembangunan proyek jetty perusahaan itu yang merusak budidaya rumput laut.

"Tahun ini kami tidak bisa panen, semua rumput laut yang kami budidaya rusak. Sudah tiga bulan hasilnya masih sedikit, karena kebanyakan rusak terkena abu," ungkap Sekretaris Kelompok Petani rumput laut Desa Lifuleo, MatheosLaka (49), saat ditemui sejumlah wartawan, di Pantai Oesina, Rabu (24/6/2020).

Menurut dia, sebelum ada pembangunan PLTU, para petani biasa memanen rumput laut sebulan sekali. Namun, saat ini, kata dia, untuk panen rumput laut membutuhkan waktu hingga tiga bulan lamanya.

"Itu pun rumput laut banyak yang rusak dan ukurannya tidak lagi seperti dulu. Pembangunan dermaga ini merusak rumput laut kami," tegas dia.

Debu pembangunan jetty terbawa arus air laut dan menempel di rumput laut. Akibatnya, warna rumput laut menjadi putih. Kalau tidak cepat dipanen, rumput laut akan hancur. Selain merusaki rumput laut, pembangunan Jetty itu juga merusak ekosistem laut yang lain.

Rusaknya rumput laut, lanjut Matheos, selain harga anjlok, produksi rumput laut juga merosot.

"Biasanya hasil panen rumput laut saya 200 kilogram, sejak terkena debu akibat, hanya bisa panen 30 kilogram saja. Kami rugi ratusan juta rupiah," ujar dia.

Ia mengaku para petani rumput laut sudah mengadu ke pihak perusahaan dan ditindaklanjuti dengan menyurvei lokasi pengembangan rumput laut warga. Namun, hingga saat ini, belum ada solusi.

Pihaknya mengancam akan menggelar aksi memblokade jalan menggunakan rumput laut, jika tuntutan mereka tidak dipenuhi. Tuntutan para petani, kata Matheos, yakni mengganti kerugian yang mereka alami.

Dia berharap, pihak perusahaan bisa segera memberikan kompensasi kepada para petani rumput laut.

Dihubungi terpisah, Manajemen Proyek PLTU TIMOR-1 PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk Dian Prihatianto Pamungkas, mengatakan, dalam pelaksanaan pembangunan, pihaknya selalu mengedepankan SOP yang baik, sesuai standar perusahaan dan aturan-aturan yang berlaku.

Pihaknya juga selalu bekerja di bawah pengawasan dan persetujuan tim pengawas dan PT PLN selaku pemilik proyek.

Dian mengatakan, lokasi pembangunan PLTU Timor 1 ini, berlokasi di Dusun Panaf, Desa Lifuleo, yang berjarak kurang lebih 650 meter dari permukiman warga terdekat dan sekitar hampir 1,5 kilometer dari lokasi pertanian rumput laut warga di Pantai Oesina.

"Dengan pertimbangan jarak lokasi yang cukup jauh antara temporary jetty dan lokasi budidaya rumput laut masyarakat sekitar, tentunya sangat minim sekali dampak negatif aktivitas proyek tersebut terhadap pertumbuhan rumput laut petani sekitar," ujar Dian, kepada wartawan Rabu (24/6/2020) malam.

Pihaknya akan tetap berkomitmen untuk selalu menjaga komunikasi dan koordinasi dengan warga sekitar, selama masa pembangunan pembangkit tersebut, serta berharap dukungan masyarakat.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya