Liputan6.com, Pasaman - Konflik antara manusia dan harimau kembali terjadi di Sumatera Barat. Kali ini seekor sapi milik warga di Tarantang Tunggang, Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman diserang oleh satwa liar yang diduga harimau sumatra.
Hewan ternak itu digigit pada Minggu 2 Agustus 2020. Dari laporan yang diterima Balai Konservasi Sumbar Daya Alam (BKSDA) Resor Pasaman, terdapat luka cakaran dan gigitan pada kedua paha sapi.
Advertisement
Baca Juga
"Iya ada kejadian konflik antara manusia dan satwa, kami sudah di lokasi sejak kemarin," kata Kepala BKDSDA Resor Pasaman, Ade Putra kepada Liputan6.com, Selasa (4/8/2020).
Pemilik ternak ini bernama Duan, kata Ade, memang biasa melepaskan sapinya di kebun sawit miliknya. Kemudian, pada Minggu ia pergi ke kebun dan mendapati sapinya sudah berlumuran darah di bawah pohon sawit.
Lalu pemilik ternak langsung mengeluarkan sapinya dari kebun sawit itu. Ade menyebut terdapat 13 ekor sapi milik Duan yang dilepaskan di sana, tetapi yang diserang satu ekor.
Saat ini, BKSDA Resor Pasaman melakukan upaya pengusiran satwa yang diduga harimau itu menggunakan bunyi-bunyian dan pemantauan selama tiga hari ke depan.
Pihaknya juga melakukan sosialiasi kepada warga agar waspada dan berhati-hati dalam beraktivitas, serta melakukan pengamanan berupa memasukkan ternaknya ke dalam kandang.
"Kami meminta warga agar tidak mengembala ternak terlalu dekat dengan hutan, dan saat sore ternak sebaiknya dimasukkan ke kandang," dia menambahkan.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Jangan Salahkan Harimau
Sebelumnya Ketua Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra (PR-HSD) Yayasan ARSARI Kabupaten Dharmasraya, Hashim Djojohadikusumo menyayangkan konflik manusia dan kerap terjadi di Sumatera. Menurutnya peristiwa tersebut pasti ada penyebabnya.
"Salah satu penyebabnya adalah kelestarian hutan yang tidak dijaga," katanya.
Menurut Hashim yang merupakan adik kandung Prabowo Subianto tersebut satwa liar tidak bisa disalahkan sepihak karena telah mengganggu hingga pemukiman warga.
"Kita sebagai manusia harus berkaca apakah selama ini hutan tempat mereka tinggal sudah kita rusak," jelasnya.
Oleh sebab itu, Hashim mengimbau semua pihak agar ikut berperan aktif menjaga kelestarian hutan dan tidak merusaknya demi memberikan ruang kehidupan bagi satwa liar.
Selama kurang dari 2 bulan terakhir PR-HSD ARSARI telah merehabilitasi 5 individu harimau sumatra yaitu Ria, Corina, Putri Singgulung, Putra Singgulung, dan Ciuniang Nurantih.
Harimau yang direhabilitasi di sana, tidak hanya berasal dari Sumbar, tetapi juga ada titipan dari Provinsi Riau. Mereka dirawat dan dipantau oleh tim Yayasan ARASI sebelum dilepasliarkan.
BKSDA Sumbar, juga mengakui bahwa salah satu faktor pemicu terjadinya konflik harimau dan manusia terjadi karena adanya alih fungsi lahan.
Advertisement