Cerita Unik di Balik Busana Adat Tidung yang Menghiasi Uang Kertas Rp75 ribu

Pakaian Adat Tidung yang menghiasi uang kertas Rp75 ribu bernama Sina Beranti, yang artinya Cina Berhenti. Bagaimana ceritanya?

oleh Siti Hadiani diperbarui 21 Agu 2020, 07:27 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2020, 05:00 WIB
Model Pakaian Adat Tidung di Uang Kertas Baru
Muhammad Izzam Athaya memamerkan uang kertas pecahan baru yang berisi foto dirinya mengenakan pakaian adat Suku Tidung. (Foto: Siti Hardiani)

Liputan6.com, Tarakan - Terdapat sembilan pakaian adat dari sejumlah provinsi di Indonesia yang menghiasi uang kertas baru pecahan Rp75 ribu. Salah satunya adalah pakaian adat Tidung dari Kota Tarakan, Kalimantan Utara.

Potret anak berpakaian adat Suku tidung ini sempat menjadi polemik di jagad maya karena unggahan viral yang menyebutkan itu pakaian adat dari Cina. Apalagi posisi foto busana ini tepat berada di tengah-tengah deretan pakaian adat lainnya.

Adat Tidung memiliki beberapa jenis busana pengantin. Salah satunya adalah yang dikenakan Muhammad Izzam Athaya yang wajahnya mewarnai uang kertas pecahan Rp75 ribu.

Menurut Budayawan Tidung, Datu Norbek, Busana yang dia kenakan tersebut, termasuk dalam rangkaian baju yang disebut dengan Sina Beranti.

"Sebetulnya itu bukan baju pengantin, namun memang bagian dari busana pengantin. Jadi yang dikenakan anak itu seperti yang ada di uang baru, adalah baju pengapit pengantin khusus untuk anak-anak," kata Datu Norbek.

Konon dahulu, katanya, dalam acara perkawinan Suku Tidung, saat mengantarkan pengantin laki-laki ke tempat mempelai pengantin perempuan, di perjalanan ada rombongan orang Cina berhenti, pandangan mereka tertuju pada pengantin tersebut.

"Mereka mungkin suka atau heran kemudian berhenti melihat rombongan pengantin. Kejadian itu sepertinya berkesan, kemudian disebutlah sina beranti yang artinya Cina berhenti untuk nama baju itu, karena sebelumnya baju itu tidak memiliki nama," ujarnya.

Meski demikian, Datu menegaskan bahwa hal tersebut tidak ada kaitannya sama sekali dengan budaya Cina, seperti yang sempat rame diperbincangkan di media sosial. Hanya penamaannya saja yang sesuai dengan momen kala itu.

Sementara itu, untuk topi atau mahkota yang dikenakan Izzam, dalam uang kertas yang dirilis oleh Bank Indonesia untuk memperingati HUT ke-75 RI disebut Jamong Punsok Melaka, khusus untuk di kepala.

"Atau biasa juga disebut Jamong Melaka. Punsok artinya puncak, melaka yang dimaksudkan di sini adalah nenas, seperti daun yang ada di buah nanas. Jadi tidak ada juga hubungannya dengan Negeri Melaka di Malaysia," ungkapnya.

Pada Jamong Melaka terdapat pusat ornamen, yang berada didepan berbentuk lonjong yakni seperti telur, tumbuhan daun dan bunga.

"Dalam budaya adat Tidung, telur ini simbol bibit atau keturunan, tumbuhan daun dan bunga ini merupakan simbol pertumbuhan, tumbuh berkembang. Orang kawin akan menghasilkan keturunan yang akan berkembang secara turun temurun," jelasnya.

Simak juga video pilihan berikut

Kuning Warna Utama Suku Tidung

Datu Norbek
Budayawan Suku Tidung, Datu Norbek.

Jika melihat baju yang dikenakan Izzam, tampak didominasi oleh warna kuning. Ternyata dalam budaya Tidung sendiri, warna tersebut merupakan warna utama dari suku tidung.

"Kuning ini adalah warna yang dihormati, dimuliakan, diunggulkan dan diagungkan. Pokoknya yang paling utama biasanya dulu itu yang boleh pakai warna kuning hanya raja dan keluarganya, bisa bermaksud sesuatu yang statusnya sedang ditinggikan," jelasnya.

Adapun perbedaan busana pengantin dan pengapit pengantin dalam budaya Tidung, dapat dilihat dari jumlah punsok yang terdapat pada bagian dari mahkota tersebut. Untuk pengantin memiliki dua susun punsok, sedangkan pengapit hanya ada satu susun punsok.

"Tapi kalau gambar yang ada di dalam uang pecahan baru itu, hanya ada satu punsok makanya itu pengapit pengantin, bukan pengantin," ucapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya