Liputan6.com, Blitar - Perpusnas bersama Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Kabupaten Blitar menggelar webinar tentang pentingnya menumbuhkan minat baca di desa di tengah pandemi Covid-19. Mengusung tema besar 'Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Dalam Penguatan Kesejahteraan Masyarakat di Masa Pandemi di Kabupaten Blitar, diskusi yang di gelar Selasa (22/9/2020) itu turut dihadiri Bunda Literasi Kabupaten Blitar Ninik Tjatur Anggraen, Pustakawan Ahli Utama Perpusnas, Nelwaty, dan Pegiat Literasi sekaligus Pengurus Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) kabupaten Blitar, R Wening.
Dalam diskusi tersebut diungkapkan, perpustakaan di tengah pandemi Covid-19 diharapkan bisa memberikan kontribusi ke masyarakat. Upaya transformasi perpustakaan sekarang ini suatu keniscayaan untuk membantu meningkatkan kemampuan masyarakat, sehingga dapat mengubah kualitas hidupnya menjadi lebih baik menuju kesejahteraan.
Advertisement
Baca Juga
Untuk itu, peran perpustakaan harus ditingkatkan sebagai wahana pembelajaran bersama untuk mengembangkan potensi masyarakat. Selain menyediakan sumber-sumber bacaan untuk menggali informasi dan pengetahuan, perpustakaan juga memfasilitasi masyarakat dengan berbagai kegiatan pelatihan dan keterampilan, yang bertujuan untuk pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat.
Transformasi perpustakaan ini sudah mulai dilakukan oleh perpustakaan daerah di Kabupaten Blitar. Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Kabupaten Blitar Herman Widodo menjelaskan, transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial sudah mulai sejak dua tahun lalu. Bersama Bunda literasi Kabupaten Blitar, dukungan pegiat literasi dan pengurus gerakan pemasyarakatan minat baca (GPMB), ibu-ibu PKK dan karang taruna di desa-desa.
Di kabupaten Blitar, inklusi sosial telah berjalan dengan membuat berbagai pelatihan mulai dari cara beternak hinggan menciptakan suatu produk yang bisa dipasarkan. Namun saat pandemi Covid-19, konsep inklusi sosial yang bisa dilakukan secara tatap muka, terpaksa harus tidak dilakukan. Dan beralih menggunakan internet atau berbasis online.
Karena itu, selama belum ditemukan vaksin, Blitar mencoba untuk membuat pelatihan dengan tetap terapkan protokal kesahatan ketat. Langkah nyatanya sedang membuat berbagai konten inklusi sosial berbasis video dan digital.
"Perpustakaan daerah akan menyusun suatu sistem yang mampu menampung pengetahuan yang bermanfaat masyarakat tidak hanya buat daerah Blitar saja, tapi juga buat masyarakat lain via video," ungkap Herman widodo.
"Dengan adanya sistem manajemen pengetahuan, masyrakat lain bisa dapat pengetahun kebun coklat, beternak koi, dan banyak pengetahun lain yang akan digali dan tangkap dan kelola dan bagikan kepada masyarakat," katanya menambahkan.
Perpustakaan Nasional mendukung penuh kegiatan inklusi sosial yang telah dilakukan di Kabupaten Blitar. Harapannya, perpustakaan daerah dan para pegiat literasi mau bergerak dan terus berkomitmen untuk mengubah paradigma perpustakaan, yang dianggap sebagai gudang buku dan bertransformasi menjadi perpustakaan yang dapat memberdayakan masyarakat dengan pendekatan teknologi informasi.
Sementara itu, Deni Kurniadi, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan mengatakan, yang paling penting sekarang adalah bagaimana orang diyakinkan bahwa akan ada peningkatan kesejahteraan, keluar dari kesulitan dengan memiliki ilmu-ilmu tertentu yang sesuai dengan potensi yang ada.