Kisah Bu Guru Ita dan 12 Siswa, Saling Menyemangati dalam Keterbatasan Fasilitas Belajar

Gedung sekolah Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Al Qalam Nanga Rema, Desa Haju Wangi, Manggarai Timur, NTT sangat memprihatikan. Bangunan yang difungsikan untuk tempat belajar mengajar tampak reyot.

oleh Ola Keda diperbarui 01 Feb 2021, 15:21 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2020, 16:00 WIB
Sekolah Reot
Foto: Ita Purnama Sari, guru di MIS Al Qalam, Manggarai Timur, NTT sedang mengajar di bawah gedung sekolah reot (Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Kupang - Gedung sekolah Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Al Qalam Nanga Rema, Desa Haju Wangi, Manggarai Timur, NTT sangat memprihatikan. Bangunan yang difungsikan untuk tempat belajar mengajar itu tampak reyot.

Selain kondisinya yang tak layak, sekolah ini hanya memiliki satu guru dan 12 siswa dari tiga kelas. Untuk bisa ke sekolah yang lokasinya persis di Dusun Ncarung ini, pelajar dan guru di sekolah ini harus menyeberangi sungai Nanga Rema selebar 50 meter.

Di balik gedung sekolah reyot ini, ada sosok guru yang tak pernah lelah mengabdi. Dialah, Ita Purnama Sari. Semenjak lulus kuliah pada 2019 lalu, guru muda 23 tahun ini memulai karirnya mengajar di sekolah MIS Al-Qalam.

Ia merupakan guru satu-satunya yang mengajar di sekolah ini. Ia harus mengajar tiga kelas dalam sehari.

"Setiap hari saya harus mengajar tiga kelas, semuanya bisa dilalui dengan baik. Dalam banyak keterbatasan anak-anak begitu semangat menerima pelajaran," ujar Ita Purnama Sari kepada wartawan, Sabtu (26/9/2020).

Menurut dia, masih banyak kekuarangan yang dirasakan di sekolah tersebut. Selain gedung yang tak layak, mereka juga tidak memiliki banyak buku bacaan.

Sebagai satu-satunya guru yang mengajar di sekolah itu, mewakili siswa dan orangtua murid, ia berharap agar pemerintah bisa memperhatikan kondisi sekolah ini.

"Mereka adalah generasi yang harus diperhatikan," dia menegaskan.

Dia diberi honor Rp500 ribu sebagai upah mengajar. Honor dari dana BOS ini diterimanya setiap tiga bulan sekali, yang dialokasihkan dari sekolah induk. Selain dari dana BOS, ia juga mendapatkan anggaran dari uang komite siswa, yang dibayar Rp10 ribu setiap orang dalam sebulan. 

Ia berharap agar pemerintah bisa menyalurkan buku pelajaran untuk para siswanya.

"Masalah yang dihadapi sekarang adalah kekurangan buku pelajaran serta buku untuk literasi anak-anak," dia menandaskan.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya