Liputan6.com, Denpasar Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono melihat langsung panen lobster hasil budidaya dikelola PT. Lautan Berkah Perkasa (LBP) yang tergabung dalam asosiasi Gabungan Pengusaha Lobster Indonesia (GPLI) di Sumberkima Buleleng Bali. Hasil panen ini langsung diekspor ke China dan merupakan ekspor perdana lobster budidaya dari asosiasi GPLI.
"Ini adalah satu bukti, saya menyakini budidaya itu berkesinambungan, menjaga kelestarian lingkungan, kelestarian sumberdaya lobster," kata Menteri Trenggono di Sumerkima Buleleng Bali, Rabu (20/01/2021).
Menurutnya, jika budidaya lobster bisa dikembangkan di beberapa wilayah yang lain akan sangat bagus, akan meningkatkan ekonomi nelayan daerah tersebut.
Advertisement
Baca Juga
"Tadi saya melihat beratnya ada yang sampai satu kilo lebih dan itu waktunya satu tahun, ada juga 4 bulan sudah bisa panen. Satu luas sekotak ini nilainya bisa 24 ton, kalau rata rata 1 juta, itu sudah Rp 24 miliar dan itu sangat besar," ucap dia.
Menteri KKP melanjutkan, pemerintah akan ambil bagian dalam melakukan pembinaan kepada masyarakat khususnya nelayan. Apalagi nelayan adalah bagian yang harus mendapat pembinaan untuk meningkatkan kualitas hidu para nelayan itu.
"Tuhan sudah memberikan alam kita yang begitu luar biasa. Pesan saya jelas, budidaya ini akan kita kembangkan. Itu bukan menjadi tanggungjawab Dirjen budidaya. Saya akan all out ini akan dapat dikembangkan di dalam negeri," ucap dia.
Â
Potensi Negara Pengekspor Lobster Terbesar Dunia
Sementara itu Ketua GPLI Gunawan Suherman mengatakan Indonesia memiliki semua potensi untuk menjadi negara pengekspor lobster terbesar di dunia.
"Kami akan jadikan Sumberkima sebagai lobster estate pertama di Indonesia dan berikutnya akan kami kembangan sampai ke seluruh pelosok nusantara. GPLI menargetkan ekspor lobster hasil budidaya sebesar 30 ribu ton per tahun yang kami capai dalam waktu 10 tahun. Sehingga ke depan semakin banyak benih yang terserap untuk dibudidayakan di dalam negeri," kata Gunawan.
Ia berharap dalam pelaksanaannya GPLI juga akan bermitra dengan nelayan menggunakan sistem inti plasma. Dampak positifnya adalah berkembang pula budidaya kerang yang menjadi pakan utama lobster. Ratusan ribu nelayan budidaya dan tangkap akan semakin meningkat kesejahteraannya.
"Bisa dibayangkan 30 ribu ton lobster memerlukan 360 ribu ton pakan kerang. Bila diasumsikan harga kerang Rp 10 ribu setiap kilogram maka potensi pendapatan nelayan pembudidaya kerang saja mencapai Rp 3,6 triliun per tahun. Bukankah ini juga merupakan potensi pendapatan sangat luar biasa untuk nelayan," tuturnya.
Advertisement