Begini Cara Kerja Alat Deteksi Likuefaksi Pertama di Indonesia

Sekelompok akademisi dan mahasiswa Universitas Tadulako (Untad) berinovasi membuat alat deteksi likuefaksi yang rencananya dipasang pertama kali di Indonesia sebagai upaya antisipasi bencana agar kejadian 2018 tak berulang.

oleh Heri Susanto diperbarui 17 Feb 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2021, 08:00 WIB
prototipe alat deteksi likuefaksi karya mahasiswa teknik elektro Untad
Prototipe alat deteksi likuefaksi karya mahasiswa teknik elektro Untad yang ditunjukkan oleh Ketua Tim Riset, Rizana Fauzi, Selasa (16/2/2021). (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

Liputan6.com, Sigi - Sekelompok akademisi dan mahasiswa Universitas Tadulako (Untad) berinovasi membuat alat deteksi likuefaksi yang rencananya dipasang pertama kali di Indonesia sebagai upaya antisipasi bencana agar kejadian 2018 tak berulang.

Alat yang pengerjaannya dimulai dengan riset sejak awal tahun 2020 itu merupakan hasil kerja sama antara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Tengah dengan akademisi dan mahasiswa jurusan teknik elektro Universitas Tadulako.

Secara umum alat itu terdiri dari tiga sensor yang ditempatkan dalam tanah untuk mendeteksi getaran, kelembapan, dan perubahan suhu tanah dengan sumber listrik dari panel surya. Sirene peringatan untuk warga akan berbunyi jika ketiga perameter itu berubah.

Ketua tim riset alat deteksi likuefaksi itu, Rizana Fauzi, menjelaskan semua proses pengerjaannya alat ini dilakukan mahasiswa Untad, dibuat disesuaikan dengan referensi tentang parameter-parameter terjadinya potensi likuefaksi.

"Alat ini akan me-monitoring dan mencatat perubahan yang terjadi dalam tanah dengan sensor yang ada," Rizana Fauzi menjelaskan saat menunjukkan prototipe alat deteksi likuefaksi di laboratorium pengerjaan di Desa Kalukubula, Sigi, Selasa (16/2/2021).

Simak video pilihan berikut ini:

Diklaim Akurasi 85 Persen

prototipe alat deteksi likuefaksi karya mahasiswa teknik elektro Untad
Prototipe alat deteksi likuefaksi karya mahasiswa teknik elektro Untad. (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

Rizana mengklaim bahwa akurasi pencatatan dan monitoring dari alat tersebut mencapai 85 persen. Alat ini bisa beroperasi dan dapat memperingatkan warga di sekitar alat itu. Sejauh ini, kata dia, timnya sedang berusaha membuat koneksi antara alat itu dengan server internet agar data yang terbaca oleh sensor dapat langsung tersampaikan ke pihak yang terkait penanganan kebencanaan.

"Sudah dilakukan pengujian di laboratorium. Kami targetkan di bulan Oktober, 2021, pengujian di lapangan sudah dilakukan bersama BPBD Sulteng," dia mengatakan.

Alat ini juga masih akan dikonsultasikan kepada para ahli kebencanaan terutama parameter likuefaksi lainnya sebelum benar-benar dipasang di 8 titik.

Jika nantinya lolos uji lapangan, pihak BPBD Provinsi Sulawesi Tengah menyatakan alat deteksi likuefaksi tersebut akan menjadi yang pertama dipasang di Indonesia sebagai peringatan dini untuk warga di Kota Palu dan Kabupaten Sigi yang pernah merasakan bencana likuefaksi yang merenggut ribuan korban jiwa pada September 2018 lalu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya