Antisipasi Kebakaran Saat Ramadan, Warga Diminta Hati-Hati Gunakan Kompor Gas

Warga diimbau agar hati-hati dan mewaspadai peristiwa kebakaran pada bulan suci Ramadan. Mereka diminta memeriksa peralatan gas dan instalasi listrik.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Apr 2021, 05:00 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2021, 05:00 WIB
Ilustrasi Kebakaran
Ilustrasi Kebakaran (iStockphoto)​

Liputan6.com, Bandung - Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (PB) Kota Bandung, akhir pekan kemarin, menerima tiga laporan kebakaran. Kobaran api sempat membuat panik tamu sebuah hotel di Jalan Naripan. Beruntung, api yang membakar exhaust fan dan kloset di toilet kamar hotel bisa segera dipadamkan petugas branwir.

Selang beberapa jam kemudian, kebakaran juga melanda ruko berlantai 3 di Jalan Babakan Ciparay dan sebuah rumah Jalan AH Nasution, Ujung Berung. Namun, kobaran api tak sempat meluas setelah berhasil dijinakkan petugas. Tak ada korban jiwa dalam rentetan kejadian tersebut. Penyebab pasti kebakaran masih dalam penyelidikan pihak berwenang.

Terlepas dari tiga peristiwa itu, Dinas Kebakaran mengimbau warga agar hati-hati dan mewaspadai peristiwa kebakaran pada bulan suci Ramadan. Totoy Yuhasmana, Danru Rescue Diskar dan PB Kota Bandung, menjelaskan seiring dengan banyaknya aktivitas, terutama pada malam hingga dini hari, masyarakat sering lalai sehingga memicu kebakaran.

"Pengalaman sebelumnya di bulan Ramadan kejadian kebakaran lebih sering terjadi, dan itu bisa akibat dari faktor kelalaian manusia," kata Totoy kepada Liputan6.com, Senin (12/4/2021).

Diskar PB Kota Bandung memahami jika pada bulan puasa ini, ibu rumah tangga, berkegiatan di dapur lebih sibuk dan tak jarang dilakukan pada waktu yang tak biasa. "Untuk persiapan sahur, misalnya. Mereka memasak sejak malam hingga subuh," kata Totoy. "Kondisi ini kadang-kadang sering mereka lupa memperhatikan peralatan dapurnya, lupa mematikan kompor gas," imbuhnya.

Totoy juga mengingatkan, karena aktivitas pada bulan suci ini makin meningkat, masyarakat diminta untuk memperhatikan lagi komponennya, seperti selang regulator atau kondisi penutup tabung. "Jika perlu peralatannya diganti jika sudah mengalami kerusakan," ujar Totoy.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Standardisasi Listrik

Ilustrasi Kebakaran. (Freepik/ArthurHidden)
Ilustrasi Kebakaran. (Freepik/ArthurHidden)

Selain itu, masyarakat juga diminta untuk selalu menjaga peralatan listrik. Pasalnya, banyak kebakaran terjadi diakibatkan korsleting listrik atau arus pendek. Ini juga sering menjadi pemicu kebakaran akibat kecerobohan warga. "Menurut aturan PLN, setiap 5 tahun sampai 10 tahun, instalasi listrik harus diperiksa lagi," kata Totoy

Seringkali warga memasang instalasi listrik di rumah atau gedung tidak sesuai standar atau bobot voltase. Contohnya, banyak yang semestinya menggunakan kabel tunggal, tapi memakai jenis serabut. "Akibatnya, instalasi atau terminal listrik menjadi panas dan menimbulkan percikan api kemudian merambat pada barang yang mudah terbakar," ujar Totoy.

Petasan

Penyebab lain yang sering menimbulkan percikan api adalah ulah anak-anak. Biasanya pada bulan Ramadan ini, anak-anak memanfaatkan waktu puasa dengan main petasan atau mercon.

"Sering dilaporkan kejadian kebakaran gara-gara mercon masuk ke atap rumah. Karenanya setiap orangtua diminta mengawasi kegiatan anak-anaknya," kata Totoy.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya