Gangguan Cuaca di Samudra Hindia, Awas Banjir Rob di Pesisir Jawa, Sumatera dan Kalimantan

TReAK PSTA - LAPAN menyatakan saat ini terdapat gangguan cuaca skala besar (sinpotik) di atas Samudra Hindia

oleh Arie Nugraha diperbarui 30 Mei 2021, 20:34 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2021, 20:00 WIB
Banjir Rob Rendam Perumahan Pantai Mutiara Akibat Tanggul Jebol
Warga beraktivitas menggunakan perahu melintasi mobil terendam banjir rob di Kompleks Perumahan Pantai Mutiara, Pluit, Jakarta, Minggu (7/6/2020). (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Bandung - Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan Pusat Sains dan Teknologi Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (TReAK PSTA - LAPAN) menyatakan saat ini terdapat gangguan cuaca skala besar (sinpotik) di atas Samudra Hindia.

Menurut peneliti TReAK PSTA-LAPAN Erma Yulihastin, hal ini menimbulkan seruak badai di laut, sehingga dapat memperparah banjir rob di kawasan pesisir barat Sumatera, barat Kalimantan, dan utara-selatan Jawa.

"Sistem badai skala besar yang awalnya terjadi di Samudra Hindia tersebut, saat ini sudah pecah dan memasuki wilayah Kalimantan dan Jawa. Sehingga dapat mempengaruhi sistem cuaca harian di wilayah tersebut," ujar Erma kepada Liputan6.com, Bandung, Sabtu, 29 Mei 2021.

Erma mengatakan proses pecahnya sistem badai tersebut, menimbulkan dampak pembentukan garis badai (squall line) yang menjalar dari barat ke timur wilayah Indonesia.

Erma menambahkan sementara itu, gelombang Madden Julian Oscillation (MJO) saat ini berapa di Samudra Pasifik.

"SADEWA (Satellite based Disaster Early Warning )LAPAN memprediksi bahwa dampak squall line akan mulai menjangkau pesisir Bengkulu, Lampung, Kalimantan pada 29 Mei," ungkap Erma.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Badai Laut di Pesisir Selatan dan Utara Jawa

Kawasan pertanian di daerah pasang surut air laut 5 kecamatan Cilacap kerap terendam banjir rendaman dan banjir rob. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Kawasan pertanian di daerah pasang surut air laut 5 kecamatan Cilacap kerap terendam banjir rendaman dan banjir rob. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Erma menambahkan selanjutnya, garis badai ini pecah dan menimbulkan seruak badai di laut yang dampaknya menjangkau seluruh kawasan pesisir utara-selatan Jawa.

Potensi memperparah banjir rob ini, Erma menyebutkan juga sejalan dengan prediksi tinggi gelombang oleh Sistem Pemantau Cuaca Ekstrem Laut (SEMAR) LAPAN pada 29 Mei 2021 yang mencapai 1-3 meter.

"Oleh karena itu masyarakat di pesisir utara dan selatan Jawa perlu mewaspadai potensi peningkatan hujan dan banjir rob pada 29-31 Mei 2021" jelas Erma.

Sebelumnya pada tanggal 26 Mei 2021 terjadi fenomena superblood moon yaitu bulan purnama yang lebih besar dari biasanya. Hal itu disinyalir menimbulkan banjir rob di pesisir utara Jakarta sebagai akibat dari pasang air laut.

Pasang laut karena purnama merupakan kejadian rutin setiap bulan efek gaya gravitasi bulan-bumi yang mencapai maksimum.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya