Balada Pasien Covid-19 Meninggal di Parkiran RS dan Maraknya Kematian Isoman di Gunungkidul

Banyak kejadian pasien terpapar Covid-19 yang terlantar dan terlambat penanganannya. Tak hanya minim informasi rumah sakit, anggota keluarga pun tidak banyak mengetahui informasi secara detail mengenai seputar virus ini.

oleh Hendro diperbarui 12 Jul 2021, 00:00 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2021, 00:00 WIB
Pemakaman Jenazah Covid-19
Akibatnya banyak pasien tidak tertangani dengan baik, bahkan diantaranya meninggal dunia karena terlambat mendapatkan pertolongan saat melakukan isolasi mandiri.

Liputan6.com, Gunungkidul Di tengah tingginya penambahan kasus Covid-19 di Gunungkidul, banyak pasien yang tidak memiliki banyak informasi atau pengetahuan seputar virus corona dan penanganannya.

Akibatnya banyak pasien tidak tertangani dengan baik, bahkan beberapa di antaranya meninggal dunia karena terlambat mendapatkan pertolongan saat melakukan isolasi mandiri.

"Ada beberapa kasus yang akhirnya mereka tak tertolong karena kurangnya informasi seputar penanganan Covid-19," ujar Ketua DPRD Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih saat di hubungi melalui telepon seluler ke nomor pribadinya, Minggu (11/7/2021) pagi.

Dicontohkan Endah, pasien terpapar Covid-19 seringkali kesulitan mencari rumah sakit rujukan karena penuh. Mereka tidak bisa langsung ditangani dokter dan tenaga medis lain karena tidak memiliki informasi ketersediaan tempat tidur yang memadai.

Banyak kejadian pasien terpapar Covid-19 yang terlantar dan terlambat penanganannya. Tak hanya minim informasi rumah sakit, anggota keluarga pun tidak banyak mengetahui informasi secara detail mengenai seputar virus ini.

"Kondisi ini dapat memperparah kondisi pasien, karena selain keadaan terpapar virus juga psikis pun sangat terpengaruh saat melihat kondisi rumah sakit yang penuh," ujarnya.

Dalam kasus klaster keluarga, lanjut Endah penularan seringkali cepat sekali terjadi. Penuhnya rumah sakit rujukan membuat banyak pasien yang terpaksa memilih isolasi mandiri (isoman) di rumah.

Namun anggota keluarga tidak memiliki pengetahuan yang cukup dalam melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah secara benar. Alih-alih memutus mata rantai penularan, isoman di rumah justru menambah kasus positif karena penularan yang lingkungan internal keluarga.

Karenanya informasi yang akurat dalam penanganan COVID-19 menjadi satu hal yang mendesak dimiliki masyarakat. Platform yang merangkum informasi yang dibutuhkan secara detail dan lengkap seputar virus yang cepat menular tersebut juga sangat diperlukan.

"Karenanya kami membuat platform yang dapat diakses masyarakat untuk meminimalisir keadaan yang buruk akibat minimnya informasi seputar covid-19," jelasnya.

Endah menambahkan saat ini belum banyak platform serupa yang memberikan informasi lengkap seputar penanganan COVID-19 di Gunungkidul. Sementara masyarakat sangat membutuhan informasi tersebut, termasuk panduan isolasi mandiri di rumah atau informasi lainnya yang dibutuhkan masyarakat.

Terhubung dengan kanal sosial media seperti Instagram, Facebook, dan Twitter, platform ini berisi mengenai informasi penting. Diantaranya agen atau penyedia oksigen, donor plasma, ambulans atau mobil jenazah, rumah sakit, dan rumah sakit lapangan.

"Donasi juga bisa dilakukan untuk membantu pasien yang membutuhkan. Bantuan ini langsung diterima oleh rumah sakit atau pasien yang membutuhkan secara transparan,” imbuhnya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Warga Meninggal Di Parkiran

Sebelumnya Ny H (48) warga Padukuhan Patuk, Kalurahan Patuk, Kapanewon Patuk yang dinyatakan positif Covid-19 meninggal dunia di parkiran rumah sakit. Yang bersangkutan sempat pontang-panting mencari rumah sakit rujukan Covid-19 lantaran sejumlah RS penuh dan tak lagi dapat menerima pasien.

H siang sebelum meninggal dalam kondisi stabil dan sedang melakukan isolasi mandiri karena sebelumnya dinyatakan positif oleh petugas kesehatan. Namun pada malam harinya, kondisi H semakin menurun. Pihak keluarga yang panik lalu melarikan H ke rumah sakit menggunakan mobil pribadi bersama beberapa saudaranya.

Mengetahui hasil tesnya positif, pihak keluarga lantas berusaha mencari rumah sakit untuk merawat H. Sejumlah rumah sakit sempat didatangi oleh keluarga. Namun jawabannya serupa yakni pelayanan sedang penuh sehingga tak bisa menerima pasien baru.

“Yang bersangkutan memiliki riwayat sakit-sakitan lantaran diabetes dan darah tinggi yang sudah diderita sejak beberapa waktu terakhir,” beber endah.

Dikonfirmasi terpisah, Komandan Posduk Operasi Satgas Covid-19 DIY, Pristiawan Buntoro menuturkan, sebelum meninggal, kerabat H telah berkeliling ke sejumlah rumah sakit.

Sedikitnya, ada empat rumah sakit yang telah didatangi. Rumah sakit tersebut adalah RS PKU Muhammadiyah Bantul, RSUD Kota Yogyakarta dan dua klinik di Kota Yogyakarta.

Menurut Pritiawan, lantaran antrean pasien cukup banyak, mereka lalu memutuskan pindah dan membawa H dalam kondisi sakit ke klinik lainnya. H sempat dibawa ke sebuah klinik di Krapyak, Panggungharjo, Sewon Bantul dan kemudian dilakukan tes swab antigen.

Lantaran hasilnya positif, klinik tersebut yang tidak memiliki ruang perawatan Covid-19 kemudian merujuk korban untuk dibawa ke layanan kesehatan yang lebih besar yang menyediakan ruang perawatan pasien Covid-19.

“Klinik tersebut mensyaratkan perawatan pasien negatif covid karena memang tidak memiliki ruang perawatan sehingga akhirnya dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya,” urai Pristiawan.

Tak hanya kesulitan mencari tempat perawatan, pihaknya juga sempat kesulitan untuk mencari tempat pemulasaraan jenazah. Sejumlah rumah sakit yang dihubungi menyatakan bahwa harus antre untuk mendapatkan penanganan lantaran banyaknya jenazah yang harus diurus.

Pun demikian ketika menghubungi RS PKU Bantul. Jenazah korban bisa dipulasarakan saat pagi hari.

“Harus antre sampai pagi baru bisa ditangani lantaran memang banyaknya jenazah yang harus ditangani petugas,” dia mengungkapkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya