Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 membuat adaptasi tidak lagi bisa ditawar di berbagai sektor, termasuk pariwisata. Upaya yang mesti berjalan selaras dengan penanganan transmisi virus corona baru ini membuat inisiasinya harus serelevan mungkin dengan keadaan terkini.
Dalam salah satu implementasinya, muncul paket isolasi mandiri (isoman), dan Thailand membawa kebijakan ini ke level berbeda. Secara resmi pada akhir tahun lalu, mereka telah merilis paket karantina di golf resort.
Melansir CNN, Jumat, 9 Juli 2021, pelancong yang memilih paket tersebut akan menghabiskan masa karantina dua minggu di salah satu dari enam resor golf bersertifikat. Daripada hanya harus mengisolasi diri di kamar, dengan sebelumnya memenuhi berbagai regulasi, pelancong bisa bermain golf.
Advertisement
Kemudian pada awal Maret, mereka juga menawarkan karantina kapal pesiar. Penyelenggaraannya merupakan hasil kerja sama Badan Promosi Ekonomi Digital (DEPA) pemerintah Thailand dengan grup telekomunikasi Advanced Info Service (AIS) dan Asosiasi Bisnis Pelayaran Thailand.
Baca Juga
Program tersebut menyatakan bahwa wisatawan dapat menghabiskan masa isoman mereka di kapal pesiar selama dapat menunjukkan hasil negatif tes COVID-19. Berkaca pada fenomena itu, mungkinkah paket isoman premium hadir di Indonesia?
"Sangat mungkin," kata Sekjen DPP ASITA, Bahriyansyah Momod, melalui sambungan telepon pada Liputan6.com, Rabu, 7 Juli 2021. "Permintaan ini sebenarnya sudah ada."
Namun, penerapan untuk pelancong dari luar negeri, kata Momod, sekarang masih terbentur regulasi. "Mereka sudah harus memesan hotel karantina. Jadi, setelah landing, akan langsung diarahkan menuju hotel yang sudah dipilih sebelumnya. Sekarang pembedanya baru hotel bintang berapa," ucap Momod.
Pengamat Pariwisata, Taufan Rahmadi, menyambung bahwa potensi paket isoman premium seharusnya tidak dulu bicara secara jumlah pemasukan, namun bagaimana kreativitas sektor pariwisata tetap tumbuh. "Tentunya pemerintah juga harus hadir dengan menawarkan berbagai kemudahan," ucapnya melalui panggilan suara, Jumat, 9 Juli 2021.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Praktik Quality Tourism
Taufan menyebut, inisiasi paket isoman premium ini juga bisa mendorong praktik quality tourism. "Yang pertama harus dipastikan adalah tempat (isoman) sudah lulus secara CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environment)," katanya.
"Pariwisata sebenarnya sudah terbukti punya daya tahan yang kuat. Bencana alam, krisis, teror, selama ini (pariwisata) bisa bangkit kembali. Produk (isoman premium) bisa ada asal jangan dipasarkan setengah hati," ucap Taufan.
Ia menyambung bahwa dalam penerapannya juga harus menanamkan cara berwisata bertanggung jawab, baik oleh pelancong maupun pengelola destinasi wisata, mengingat pandemi belum berakhir.
Sementara, Momod mengatakan, narasi paket isoman premium bisa terus didorong agat pasarnya semakin terbentuk. "Nantinya ada tour operator yang membantu konsumen yang menginginkan hal-hal tersebut," tuturnya.
Advertisement
Zona Wisata Hijau
Soal lokasi pemilihan paket isoman premium, Taufan menyebut, ini sangat tergantung pada kreasi pemegang kebijakan. "Harus ada posko kesehatan dan jauh dari keramaian. Pulau-pulau resor di Kepulauan Seribu, misalnya," kata Taufan.
"Bisa juga bekerja sama dengan provinsi yang punya wilayah kepulauan. Fasilitas bisa saling bantu, saling melengkapi, supaya core utama isomannya, dalam hal ini faktor kesehatan, tetap terpenuhi," ucapnya.
Dalam penerapannya, Taufan menegaskan, harus ada satu suara kompak dari berbagai kementerian. "Menemukan titik temu kebijakan," ucapnya, menyambung bahwa diskusi tersebut juga mestinya melibatkan pelaku sektor pariwisata.
"Kita tidak tahu pandemi sampai kapan, tapi yang kita tahu, selama itu kita harus hidup (punya pemasukan). Makanya berbagai kreasi pariwisata tidak bisa langsung dihitung secara angka. Harus ada mapping. Saran saya tetapkan zona wisata hijau supaya saat mengambil kebijakan bisa tepat sasaran," tandasnya.
Infografis Sertifikat Vaksin COVID-19 Jadi Syarat Bepergian?
Advertisement