Cita-Cita Mulia Dwita Okta, Anggota Paskibraka Wakil dari Riau yang Ingin Jadi Polisi

Anggota Paskibraka dari Riau, Dwita Okta Amelia Herdian, bercita-cita menjadi seorang polisi setelah menamatkan sekolahnya.

oleh M Syukur diperbarui 18 Agu 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2021, 07:00 WIB
Paskibraka dari Riau Dwita Okta Amelia Herdian (kanan) saat menjalankan tugas negara mengibarkan bendera merah putih pada HUT ke-76 RI.
Paskibraka dari Riau Dwita Okta Amelia Herdian (kanan) saat menjalankan tugas negara mengibarkan bendera merah putih pada HUT ke-76 RI. (Liputan6.com/Istimewa)

Liputan6.com, Pekanbaru - Heri sudah tak sabar untuk bertemu anaknya, Dwita Okta Amelia Herdian. Sudah sejak akhir Juli mereka tak bersua karena sang anak perempuannya mewakili Riau sebagai anggota pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) HUT ke-76 RI di Istana Negara.

Remaja 16 tahun asal SMA Negeri I Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu itu, masuk dalam Tim Indonesia Tangguh kelompok 8. Dwita bersama rekan Paskibraka lainnya sukses mengibarkan bendera merah putih di hadapan Presiden Joko Widodo, disaksikan jutaan pasang mata melalui televisi.

Haru, bangga, dan sedih bercampur aduk menyelimuti Heri melihat detik-detik berharga bagi anak dan keluarganya itu, serta Indonesia secara umum. Pria 51 tahun ini tak sabar langsung menelepon anaknya usai mengibarkan bendera.

"Tapi tadi belum bisa karena sudah lama tak boleh berkomunikasi, sedih tapi sedih kebahagiaan karena anak saya mewakili Riau untuk Indonesia," kata karyawan PTPN V kebun unit Sei Intan, Rokan Hulu ini, Selasa siang, 17 Agustus 2021.

Pasangan dari Nurdiana Ritonga ini menceritakan, sang anak punya cita-cita menjadi seorang polisi wanita. Heri mendukung penuh keinginan masa depan anaknya dan berharap bisa tercapai.

"Anak saya pernah menyebut ingin jadi polisi, enggak tahu apa bintara atau ingin masuk akademi kepolisian (Akpol)," jelas pekerja pabrik di PTPN V ini.

Heri berharap sang anak dapat mewujudkan cita-citanya. "Mudah-mudahan, saya yakin anak saya bisa meraihnya melihat bagaimana dia lolos seleksi Paskibraka yang diikuti ratusan orang di Riau," imbuh Heri.

Heri menceritakan, Dwita Okta Amelia Herdian merupakan anak yang nyaris jarang keluar rumah sepulang sekolah. Tapi, satu yang pasti, Dwita anak berprestasi karena melahap semua pelajaran dan ekstrakurikuler di sekolahnya dengan baik.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak video pilihan berikut ini:

Anak Kebun

Paskibraka dari Riau, Dwita Okta Amelia Herdian (kanan) saat bersama keluarganya.
Paskibraka dari Riau, Dwita Okta Amelia Herdian (kanan) saat bersama keluarganya. (Liputan6.com/M Syukur)

Heri mengingat, perjalanan panjang Dwita hingga ke Jakarta diawali dari tingkat paling bawah, tingkat kecamatan. Satu persatu tahapan dijalani dengan tekun dan penuh doa. Hingga akhirnya, nama siswa Kelas XI MIPA 1 itu muncul untuk lanjut ke tahapan seleksi kabupaten.

Terdapat ratusan siswa yang mengikuti seleksi itu di tingkat kabupaten. Usaha tanpa lelah dan doa anaknya berbuah manis ketika terpilih untuk lanjut seleksi tingkat provinsi di Kota Pekanbaru.

Pada tahap ini, Dwita kembali berjuang dengan ratusan pelajar terbaik Bumi Lancang Kuning. Heri sempat khawatir akibat pandemi Covid-19, tapi tetap ikhlas melepas putri kesayangannya dari desa ke kota.

Seleksi di Kota Pekanbaru berlangsung selama empat hari, sejak 19 Mei hingga 22 Mei 2021. Pada hari terakhir, teleponnya berdering. Terdengar isak tangis nun jauh di ujung telepon. Dwita terpilih untuk berada di Istana Negara.

Sempat tidak percaya. Namun, dia yakin inilah keberhasilan berkat doa dan usaha. Doa orangtua yang tak pernah putus. Dibarengi usaha yang tak kenal lelah.

"Saya bangga sekali, teman-teman di tempat kerja juga begitu bangga, ada anak kebun yang berhasil lolos ke tingkat nasional," ujarnya.

Anak kebun adalah istilah yang akrab disematkan kepada para anak karyawan PTPN V. Heri mengatakan dukungan perusahaan bagi pengembangan prestasi anak-anak karyawan perusahaan sangat besar.

Dia mengapresiasi kebijakan PTPN V yang tidak melupakan pendidikan anak-anak karyawan dan masyarakat di sekitar perkebunan akan pentingnya pendidikan.

"Jika saya bukan karyawan PTPN V, mungkin tidak akan pernah melihat Dwita berada di sana, saya tidak berhenti bersyukur atas semua ini," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya