Menjembatani Generasi Digital Immigrant dengan Generasi Digital Native di Zaman Serba Daring

Founder Komunitas Rumah Kita (Koruki) Demak Jawa Tengah tersebut membawakan materi dalam Webinar Literasi Digital Nasional yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk wilayah Kabupaten Demak

oleh Felek WahyuKusfitria Marstyasih diperbarui 03 Sep 2021, 05:30 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2021, 05:30 WIB
Webinar Literasi Digital Nasional yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk wilayah Kabupaten Demak. (Foto: Liputan6.com/Kusfitria Martayasih)
Webinar Literasi Digital Nasional yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk wilayah Kabupaten Demak. (Foto: Liputan6.com/Kusfitria Martayasih)

Liputan6.com, Demak - Istilah digital native dan digital immigrant mulai dikenal sejak 2001. Dua istilah tersebut berlaku bagi masyarakat pengguna digital.

Digital native merujuk pada generasi yang sejak lahir sudah melek teknologi informasi. Mereka tak perlu panduan lagi untuk mengoperasikan perangkat digital.

Sedangkan digital immigrant adalah generasi yang tumbuh dewasa tanpa benar-benar menggeluti perangkat canggih yang terus berkembang dewasa ini. Generasi digital immigrant sangat memerlukan panduan dan belajar mengenai tata cara mengoperasikan perlengkapan digital.

Dua peran tersebut menjadi sorotan utama yang disampaikan oleh Kusfitria Marstyasih, Founder Komunitas Rumah Kita (Koruki) Demak Jawa Tengah saat membawakan materi dalam Webinar Literasi Digital Nasional yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk wilayah Kabupaten Demak.

Kegiatan literasi digital siberkreasi memang diadakan serentak di 34 provinsi di Indonesia. Webinar Literasi Digital di Kota Wali yang dilaksanakan Rabu (1/9/2021) siang tersebut mengusung tema Pentingnya Pendidikan Karakter di Era Digital.

Kusfitria Marstyasih yang juga seorang jurnalis Liputan6.com, didaulat untuk membawakan materi tentang keamanan digital yang merupakan salah satu dari empat pilar yang dikembangkan dalam program literasi digital ini.

Dalam paparannya, Kusfitria mengatakan bahwa orang tua yang masuk dalam digital immigrant sedang menerima tantangan besar menghadapi generasi digital native. Ada kesenjangan yang melingkupi hubungan antara anak dan orang tua jika masing-masing tidak bisa menyadari dan mengikuti perkembangan zaman.

“Orangtua punya peranan yang sangat dominan untuk memastikan keamanan anak dalam aktivitas mereka di ruang digital,” ungkap Kusfitria.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan Ini:

Peran Orangtua

Webinar Literasi Digital Nasional yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk wilayah Kabupaten Demak. (Foto: Liputan6.com/Kusfitria Martayasih)
Webinar Literasi Digital Nasional yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk wilayah Kabupaten Demak. (Foto: Liputan6.com/Kusfitria Martayasih)

Menurut Kusfitria, peran orang tua terhadap keamanan beraktivitas dalam dunia digital anak bisa dilakukan degan berbagai cara.

Misalnya dengan cara berkomunikasi aktif dengan anak tentang bahaya cyberbullying, persekusi online, hoaks, ujaran kebencian, konten radikal, pornografi, kekerasan daring, penipuan daring, pencurian data, serangan siber.

“Pastikan bahwa anak anak tidak menyebarkan informasi pribadi dan rahasia secara bebas ke publik,” tandasnya.

Tips yang lain untuk mengurangi resiko anak terpapar radiasi akibat terlalu lama berada dalam ruang digital juga disampaikan olehnya. Misalnya dengan mengajak anak-anak beraktivitas dalam zona bebas gadget serta membuat kesepakatan bersama anak terkait aktivitas digital.

Selanjutnya yang tak kalah penting untuk memastikan bahwa anak beraktivitas secara aman di dunia digital adalah dengan cara orangtua ikut masuk ke dunia online anak.

Orangtua bisa berteman di media sosial sehingga tahu konten apa saja yang diunggah anaknya sehingga jika ada postingan yang tidak layak atau berpotensi menyebarkan hoaks orangtua bisa mengontrol secara langsung.

Ia juga mewanti-wanti kepada pada orangtua agar menjadi teladan bagi anak. Menurutnya bagaimanapun juga orangtua merupakan role model bagi anak-anaknya.

“Orangtua melarang anak main hp terus, sementara mereka sendiri ke mana-mana tak bisa lepas dari gadget. Bahkan tak jarang ke kamar mandi atau toilet juga membawa hp,” ujar Kusfitria.

Kurang lebih 500 orang peserta menyaksikan webinar melalui di aplikasi Zoom Meeting yang Menghadirkan para pembicara, di antaranya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Bupati Demak, dr. Eistianah selaku Keynote Speaker, Content Creator Anda Denayu, CEO Sempulur Craft Imam, Konsultan Komunikasi dan Sosial Media, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah II Drs Sunoto dan Founder Komunitas Rumah Kita (Koruki) Kusfitria Marstyasih.

Sebelum acara ditutup oleh Moderator Triwi Dyatmoko, ada satu pertanyaan yang terlontar terkait tips agar orang tua yang masuk dalam golongan digital immigrant tetap bisa memantau aktivitas generasi digital native.

“Ya, kuncinya hanya satu. Jangan malu atau malas belajar! Para digital immigrant harus mau mempelajari aplikasi dan tools yang terus berkembang dari hari ke hari. Belajar sama yang lebih muda,” tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya