Liputan6.com, Jakarta - Dua kelompok pelajar putri di Nunukan, Kaltara, terlibat tawuran yang dipicu unggahan di media sosial. Kapolsek Nunukan Iptu Supangat mengatakan, peristiwa tawuran itu terjadi di Jalan Lingkar Nunukan Selatan yang selalu sepi. Supangat mengatakan, kedua kubu pelajar perempuan itu kemudian saling lapor ke polisi dan sama-sama menyebut sebagai korban. Meski begitu, masing-masing kubu mangaku melibatkan sejumlah orang lain untuk tawuran tersebut.
Untuk menyelesaikan kasus ini, polisi membuka ruang mediasi. Pihaknya, kata Supangat, juga telah memeriksa sejumlah orang termasuk sosok yang dianggap provokator dalam perkelahiana tersebut. Meski sudah ada opsi mediasi dari pihak kepolisian, nyatanya kedua kubu ogah berdamai, dan memilih melanjutkan kasus ke pengadilan.
Â
Advertisement
Â
Simak juga video pilihan berikut ini:
Gadis Remaja Diperkosa 6 Pria
Seorang remaja putri usia 15 tahun di Banyuwangi menjadi korban rudapaksa 6 pria bejat. Bahkan korban sempat dicekoki minuman keras dan obat keras sebelum diperkosa. Kapolsek Wongsorejo AKP Sudarso mengatakan, kasus itu terungkap saat Unit Reskrim Polsek Wongsorejo melakukan penyelidikan kasus penyalahgunaan narkoba di kawasan Wongsorejo. Dari selentingan warga setempat didapat info, ada rumah yang kerap digunakan untuk pesta miras.
Saat itulah polisi langsung mendatangi lokasi, dan menemukan ada 5 pria dan korban di rumah tersebut. Dalam penggerebekan itu, polisi menemukan sisa obat keras. Polisi juga menyita barang bukti pakaian korban dan sisa miras. Penggerebekan itu dilakukan sehari setelah aksi pemerkosaan. Kelimanya kini telah diamankan.
Â
Â
Advertisement
Tak Ada Jembatan, 3 Siswa Terseret Arus Sungai Saat Pulang Sekolah
Malang betul apa yang dialami 3 siswi di Seram Timur, Maluku. Mereka pingsan terseret arus Sungai Mandar saat ingin menyeberang usai sekolah. Akses jembatan yang tidak ada membuat mereka terpaksa nekat menyeberangi sungai berarus deras tersebut. Tiap hari puluhan anak-anak dari Desa Urung itu selalu menyeberangi aliran sungai itu untuk sampai ke sekolah. Nahas, karena kelelahan lanataran perjalanan yang jauh, tiga siswi tak kuat menahan arus sehingga terseret. Beruntung semuanya bisa diselamatkan.
Astati seorang warga Desa Urung mengatakan, para siswa ini setiap hari memang harus rela berjalan menempuh perjalanan yang jauh untuk sampai ke sekolah. Bahkan ada empat sungai yang harus mereka seberangi, dua di antaranya sungai besar dan berarus deras. Sebagai warga negara Indonesia, Astati yang mungkin juga mewakili warga setempat, hanya bisa berharap pemerintah mau turun tangan membangun jembatan yang layak agar para siswa bisa pergi dan pulang sekolah dengan aman.