Liputan6.com, Demak - Dalam agribisnis bawang merah, kegiatan pascapanen sangat berpengaruh terhadap umur simpan komoditas pertanian bernama latin Allium cepa tersebut. Penanganan pascapanen bawang merah ini tentunya tak lepas dari kerja keras para buruh yang menangani pembersihan, sortasi dan grading si mungil kaya manfaat ini.
Di Demak Jawa Tengah, ratusan buruh 'mrotol' bawang merah selalu menantikan datangnya panen raya bawang merah. Sebab bisa dipastikan tenaga mereka akan menjadi bagian penting untuk menangani sayuran beraroma keras ini.
Jika petani bawang merah yang aktif bekerja di sawah adalah sosok berusia produktif, maka para buruh ini rata-rata dipilih orang-orang berusia senja. Sebut saja Ramelah (70), Mastini (60) dan Kadisan serta istrinya yang berusia 81 tahun.
Advertisement
Baca Juga
Kadisan, kakek bercucu 14 orang ini selalu gembira tiap musim panen bawang di Demak tiba. Ia dan beberapa rekan sesama buruh protol bawang merah di Desa Kunir Kecamatan Dempet Kabupaten Demak hanya bisa merasa masih bermanfaat ketika bisa bekerja.
“Kalau tidak ada panenan brambang (bawang merah), kami hanya duduk-duduk di rumah saja seharian. Sudah tidak kuat kerja di sawah lagi,” cetus Kadisan, Senin, (1/11/2021).
Meski sudah renta dan kakinya tak bisa digerakkan karena pernah mengalami gejala stroke ringan namun Kadisan betah duduk lama sambil memisahkan tangkai daun bawang merah dengan umbinya.
Meski berusia senja, pemrotol bawang merah itu tetap terlihat ceria. Sesekali mereka bersenda gurau sementara jemarinya masih sigap bekerja.
Bayangkan, di tengah lautan bawang merah mereka mengiris tangkai daun dengan umbinya. Bagi kita yang hanya mengiris bawang merah beberapa biji saja sampai berurai air mata apalagi mereka yang seharian duduk tak bergerak menghadapi gundukan bumbu serba guna itu.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Harga Bawang Anjlok
Tapi tenang saja, cucuran air mata saat mengupas bawang merah hanya berlaku untuk yang tidak terbiasa, bagi para buruh mrotol ini, tidak ada kamusnya mereka merasakan pedih saking terbiasa.
“La, bagaimana kan memang sudah pekerjaan sehari-harinya seperti ini ya sudah tidak pedih lagi,” ucap Ramelah yang pendengarannya sudah mulai berkurang.
Untuk upah para manula buruh mrotol bawang ini, petani mematok harga Rp500 per kilogram untuk hasil bawang merah yang mereka bersihkan ini. “Sehari maksimal pernah sampai RP25 ribu kalau pas lagi kuat badannya,” tutur Mastini.
Tetapi di tengah kegembiraan mereka terselip juga rasa was-was dan prihatin terhadap nasib petani bawang merah di Kota Wali yang terancam rugi besar jika harga jual masih tetap di bawah standar.
“Takutnya kalau petani tidak mau memanen brambangnya kalau harganya murah banget, tidak cocok harga jual sama biaya panennya. Petani yang rugi, nanti kami tidak bisa mburuh lagi,” keluh Mastini.
Tahun 2020 para petani bawang merah di Demak sudah rugi karena hasil panen tidak bagus. Sementara pada tahun 2021 ini mereka terancam bangkrut dan terjerat utang modal ratusan juta rupiah karena harga jual petani yang menukik tajam.
M. Romli, Kepala Desa Kunir Kecamatan Dempet Kabupaten Demak menyayangkan 80 persen warganya yang berprofesi sebagai petani bawang merah akan kelimpungan dan dikejar setoran bank akibat bawang yang hanya dihargai sekitar Rp4 ribu hingga Rp8 ribu perkilogram.
Angka tersebut sangat jauh dari biaya produksi yang jika dianalisa hitungan kasar hanya mencapai Rp14 ribu per kilogram. Para petani tidak menuntut harga yang tinggi tetapi minimal bisa untuk mengembalikan modal.
Mereka melayangkan surat kepada stakeholder agar segera mengambil kebijakan supaya harga jual bawang merah di tingkat petani tetap stabil.
“Minimal per kilogram bawang merah di petani bisa dihargai Rp14 ribu atau Rp15 ribu supaya tetap kembali modal,” ungkap M. Romli.
Advertisement
Njomplang, Harga Petani dan Pasar
Ditengarai ada permainan tengkulak yang menyebabkan persoalan ini menjadi berlarut. Per 1 November 2021, harga bawang merah di Pasar Bintoro Demak masih pada kisaran Rp24 ribu hingga Rp25 ribu. Harga tersebut tentu saja jauh dari harga di petani yang maksimal hanya Rp8 ribu.
Persoalan harga bawang merah yang menukik tajam menjelang panen raya pertengahan November 2021 di Demak mendapat perhatian dari Dinas Pertanian Demak. Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Heri Wuryanta mengatakan bahwa pihaknya terus berkomunikasi dengan petani dan pemdes di seluruh wilayah Demak serta memonitor perkembangan bawang merah melalui mantri pertanian yang terjun langsung ke lapangan.
Heri Wuryanta memberi beberapa solusi terkait rendahnya harga bawang merah.
“ Rabu nanti akan diadakan rakor terpadu berkaitan dengan harga bawang ini,” terang Heri.
Lebih jauh Heri Wuryanta memberikan tips kepada masyarakat tentang budidaya bawang merah mulai dari penanaman hingga pascapanen. Menurutnya penghematan biaya produksi awal bisa dilakukan sejak mulai pemilihan bibit.
Lalu jika harga saat panen raya sedang anjlok, para petani bisa melakukan tunda jual dengan cara menyimpan hasil panen setelah dikeringkan menggunakan teknologi Solar Dryer Dome sehingga bawang merah bisa tahan lama dalam penyimpanan.
“Perlu juga dipertimbangkan saat pascapanen, bawang merah bisa diolah menjadi bawang goreng atau pasta bawang yang bisa dijual ke industri,“ saran Heri Wuryanta.