Saring Sebelum 'Sharing', Cara Cermat Tangkal Hoaks pada Masa Pandemi Covid-19

Saring sebelum "sharing" adalah sebuah tindakan penyelamatan bersama dari berita hoaks.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Des 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 23 Des 2021, 12:00 WIB
Saring Sebelum Sharing - Dokumentasi Gung Sofia, Bali
Saring Sebelum Sharing - Dokumentasi Gung Sofia, Bali

Liputan6.com, Jakarta - Facebook, Instagram, Line, Whatsapp hadir untuk memudahkan kita dalam mencari ragam informasi. Selain itu, media sosial tersebut dapat menjangkau khalayak yang lebih luas dibandingkan koran, majalah, atau media cetak pada umumnya. Namun, kita tetap harus mewaspadai dampak yang dapat ditimbulkan dari kemudahan-kemudahan itu. Salah satunya rentan terhadap berita bohong atau hoaks.

Hoaks atau berita bohong bukan lagi sebuah kosa kata baru. Baik di media sosial atau di tengah-tengah masyarakat, tak jarang kita melihat poster dengan tulisan anti-hoaks. Bahkan, badan pemerintahan kerap mengadakan diskusi publik atau seminar umum untuk mencegah menjamurnya penyebaran hoaks. Pihak pemerintah bersama Kementerian Komunikasi dan Informasi dan Polri saat ini berusaha memerangi hoaks. Penyedia layanan media sosial seperti Facebook, Instagram, WhatsApp ikut dilibatkan, tapi nyatanya belum bisa memberikan hasil yang sempurna.

Di sinilah sesungguhnya peran kita para blogger agar tidak mudah tergiring oleh opini yang beredar di media sosial. Tidak mudah percaya pada informasi yang sedang diperbincangkan di masyarakat. Memiliki sikap kritis dalam melihat setiap persoalan yang terjadi di sekelilingnya dengan lebih cermat.

Tidak boleh apatis atau menerima apa adanya tanpa menganalisis, menelaah terlebih dahulu setiap berita sebelum dikonsumsi. Terlebih pada masa Pandemi Covid 19 saat ini, tak dapat dipungkiri, berita- berita hoaks bertebaran di mana-mana. Menjadi sesuatu yang sangat mengganggu kenyamanan dan kepercayaan masyarakat.

Tidak hanya saat pandemi, bahkan sejak dunia internet fasih di kalangan masyarakat, berita hoaks seolah-olah menjadi santapan empuk bagi para pembaca berita. Keadaan diperparah dengan adanya pembaca yang hanya sekadar membaca tanpa kehati-hatian dan membaca atau menoton hingga tuntas, lalu tanpa beban membagikan link berita tersebut tanpa merasa perlu untuk mencari tahu dahulu kebenarannya.

Maraknya pemberitaan seputar pandemi saat ini memunculkan kecemasan, frustasi bahkan, kepanikan di masyarakat. Efek sosial yang mengkhawatirkan timbul karena produsen berita hoaks hendak membuat, menggiring, membentuk opini, dan persepsi tertentu.

Simak video pilihan berikut ini:

Beberapa Jenis Hoaks

- Fake News (Berita bohong)

Berita yang berusaha menggantikan berita yang asli. Berita ini bertujuan untuk memalsukan, ketidakbenaran dalam suatu berita. Penulis berita bohong biasanya menambahkan hal-hal yang tidak benar dan teori persengkokolan, makin aneh, makin baik. Berita bohong bukanlah komentar humor terhadap suatu berita.

- Clickbait (Tautan jebakan)

Tautan yang diletakkan secara strategis di dalam suatu situs dengan tujuan untuk menarik orang masuk ke situs lainnya. Konten di dalam tautan ini sesuai fakta, tetapi judulnya dibuat berlebihan atau dipasang gambar yang menarik untuk memancing pembaca.

- Confirmation Bias (Bias konfirmasi)

Kecenderungan untuk menginterpretasikan kejadian yang baru terjadi sebaik bukti dari kepercayaan yang sudah ada.

- Misinformation (Informasi yang salah atau tidak akurat)

Informasi yang salah dan tidak akurat dibuat terutama dengan tujuan untuk menipu.

- Satire

Sebuah tulisan yang menggunakan humor, ironi, hal yang dibesar-besarkan untuk mengomentari kejadian yang sedang hangat.

- Post-truth (Pasca-kebenaran)

Kejadian di mana emosi lebih berperan daripada fakta untuk membentuk opini publik.

- Propaganda

Aktivitas menyebarluaskan informasi, fakta, argumen, gosip, setengah-kebenaran, atau bahkan kebohongan untuk memengaruhi opini publik.

Untuk mengetahui berita tersebut asli atau Hoaks kita perlu sekali cermat alamat situs yang di-klik. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi-misalnya menggunakan domain blog, maka informasi itu perlu kita kaji ulang.

Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca. Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images.

Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan. Apabila menjumpai berita dengan judul provokatif, sebaiknya kita mencari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya. Saring sebelum sharing akan menyelamatkan kita dari berita hoaks.

 

Gung Sofia, Blogger di Bali, Denpasar Timur

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya