Kisah Umar bin Khattab Selamatkan Perawan Mesir dari Praktik Tumbal Sungai Nil

Kami hiasi perawan itu dengan baju dan hiasan yang paling indah, kemudian kami lemparkan dia ke sungai Nil ini (sebagai tumbal)

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Mar 2022, 03:30 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2022, 03:30 WIB
Sungai Nil (1)
Ilustrasi matahari terbenam seperti tampak dari El Mansoura pada 4 April 2010. (Sumber Flickr/HuTectShOts)

Liputan6.com, Cilacap - Mesir berada dalam kekuasaan kekaisaran Byzantium atau Imperium Romawi Timur pada zaman Nabi Muhammad SAW, Barulah ketika masa khalifah Umar Bin Khattab RA, Mesir dapat ditaklukkan, dan berada di bawah kekuasaan kaum muslimin.

Mesir dapat ditaklukkan oleh pasukan muslimin di bawah kepemimpinan Amr bin al-'Ash RA pada tanggal 1 Ramadan 21 Hijriah atau tahun 641 M. Berkat keberhasilan itu, Khalifah Umar bin Khattab RA mengangkat Amru bin ash sebagai Gubernur Mesir dan menjadikan Kota Fustad yang sekarang adalah Kota Kairo sebagai pusat pemerintahan.

Suatu ketika penduduk Mesir datang menemui Amr bin Ash pada saat sudah masuk salah satu bulan yang dianggap sakral oleh penduduk setempat. Karena pada bulan sakral tersebut, sudah saatnya penduduk mesir melakukan persembahan untuk sungai nil.

Penduduk Mesir berkata, “Wahai Gubernur, saat ini Sungai Nil sudah kering, sesungguhnya sungai Nil ini tidak akan mengalir kecuali kami melakukan tradisi yang selama ini dilakukan oleh nenek moyang kami”. Amr bin Ash bertanya: “Tradisi apakah itu?”

“Jika masuk tanggal sebelas bulan ini, kami akan mencari seorang perawan ke rumah orang tua mereka. Lalu kami minta kedua orang tuanya untuk memberikan perawan itu kepada kami dengan suka rela. Kami hiasi perawan itu dengan baju dan hiasan yang paling indah, kemudian kami lemparkan dia ke sungai Nil ini,” jawab penduduk.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan Ini:

Hentikan Tradisi Jahiliyah

Sungai Nil
Sungai Nil. (NASA Earth Observatory)

Mendengar penjelasan penduduk Mesir tersebut, Amr bin Ash melarang kebiasaan yang mereka lakukan, sebab hal ini sangat dilarang dalam Islam.

Dengan kecewa, mereka mengikuti apa yang dikatakan oleh Amr bin Ash. Ternyata sungai Nil itu kering dan tidak mengalirkan air sedikit pun. Sehingga kebanyakan penduduk berencana untuk melakukan hijrah.

Tatakala melihat kondisi yang demikian, Amr bin Ash menulis surat kepada Umar bin Khattab yang berada di Madinah. Dalam surat itu dia menerangkan kondisi yang kini dialami oleh masyarakat Mesir yang mengalami kekeringan.

Khalifah Umar membalas surat dari Amr bin Ash dan membenarkan tindakannya menghentikan kebiasaan musyrik tersebut.

Selain itu, Umar bin Khattab juga menuliskan surat khusus untuk sungai Nil dan Amr bin Ash disuruh melemparkan surat tersebut untuk sungai Nil yang sedang kering tersebut. Adapun isi surat Umar untuk sungai Nil adalah sebagai berikut.

'Dari hamba Allah, Amirul Mukminin, Umar bin Khattab. Amma Ba’du. Jika kau (sungai Nil) mengalir karena dirimu maka janganlah engkau mengalir. Namun jika yang mengalirkanmu adalah Allah, maka mintalah kepada Allah yang maha kuasa untuk mengalirkanmu kembali'.

Amr bin Ash kemudian melemparkan surat tersebut ke sungai Nil. Dengan izin Allah SWT, sungai Nil kembali mengalir dengan tinggi air 16 hasta dalam satu malam.

Hingga kini pun sungai nil tetap mengalir meskipun pada musim kemarau. Dengan terjadinya peristiwa itu, penduduk Mesir menghentikan tradisi jahiliyahnya hingga sekarang.

Penulis : Khazim Mahrur

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya