Cara Jitu Hadapi Omelan Istri ala Umar bin Khattab, Pelajaran Berharga demi Keharmonisan Rumah Tangga

Liputan6.com, Jakarta Siapa yang tak kenal Umar bin Khattab? Sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal tegas dan pemberani ini ternyata memiliki sisi lain yang jarang terlihat: kesabaran luar biasa dalam menghadapi omelan istrinya. Kisah ini bukan sekadar cerita masa lalu, melainkan teladan berharga bagi para suami di era modern untuk membangun rumah tangga yang harmonis. 

Bayangkan, seorang pemimpin besar seperti Umar, yang disegani banyak orang, justru terlihat tenang dan sabar ketika istrinya, Ummu Kulthum, memarahi beliau. Kontras yang mencolok antara ketegasannya di ranah publik dengan kesabarannya di rumah tangga inilah yang menjadi inti dari kisah inspiratif ini. Sikap Umar mengajarkan kita tentang pentingnya empati dan pemahaman dalam menghadapi konflik rumah tangga, bukan hanya sekedar solusi instan.

Kejadian ini bermula ketika seorang laki-laki hendak mengadu kepada Umar tentang istrinya yang cerewet. Namun, saat menunggu di depan rumah Umar, ia justru menyaksikan sendiri bagaimana Umar menghadapi omelan istrinya dengan tenang dan bijaksana. Pengalaman ini mengubah pandangan laki-laki tersebut dan memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana seharusnya seorang suami bersikap terhadap istrinya. Kisah ini menjadi bukti nyata bahwa kesabaran dan pemahaman adalah kunci utama dalam membangun rumah tangga yang sakinah.

Simak kisah selengkapnya bagaimana Sayyidina Umar bin Khattab menghadapi omelan istrinya dengan sabar dan tenang, sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber,  Kamis (13/3/2025).

Umar bin Khattab, salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang paling berpengaruh, dikenal karena ketegasan dan keberaniannya dalam menegakkan keadilan. Ia merupakan Khalifah kedua setelah Abu Bakar As-Siddiq dan memimpin dengan bijaksana serta adil. Namun di balik sosok pemimpin yang disegani itu, terdapat pribadi yang penuh kesabaran dan kasih sayang, terutama dalam kehidupan rumah tangganya.

Ketegasan Umar dalam memimpin pemerintahan tidak lantas membuatnya menjadi sosok yang keras kepala di rumah. Justru sebaliknya, ia menunjukkan sikap yang lembut dan penuh pemahaman terhadap istrinya. Sikap ini menjadi bukti bahwa ketegasan dan kelembutan bisa sejalan, dan keduanya penting dalam kehidupan.

Perannya sebagai Khalifah kedua setelah Abu Bakar As-Siddiq menuntutnya untuk selalu adil dan tegas. Namun, di rumah, ia memilih untuk menjadi pendengar yang sabar dan penuh empati. Ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin yang hebat tidak hanya mampu memimpin di ranah publik, tetapi juga mampu memimpin rumah tangganya dengan bijaksana.

Kewibawaannya yang disegani oleh banyak orang tidak membuatnya lantas melupakan kewajibannya sebagai suami. Justru sebaliknya, ia menunjukkan rasa hormat dan penghargaan yang tinggi kepada istrinya, bahkan ketika menghadapi omelan.

Suatu hari, seorang laki-laki bernama Abu Abdillah mendatangi rumah Umar bin Khattab untuk mengadukan masalahnya dengan istrinya. Ia menunggu Umar di depan pintu rumah. Namun, yang ia dengar justru suara Ummu Kulthum, istri Umar, yang sedang memarahi suaminya.

Umar, yang terkenal tegas dan tak kenal kompromi, justru diam saja. Ia tidak membalas omelan istrinya, melainkan hanya mendengarkan dengan sabar. Melihat hal tersebut, Abu Abdillah tertegun. Ia tidak jadi mengadukan masalahnya pada Umar.

Abu Abdillah berpikir, "Jika Amirul Mukminin saja menghadapi omelan istrinya dengan sabar, bagaimana mungkin saya bisa menyelesaikan masalah saya sendiri?" Ia pun memutuskan untuk pulang tanpa mengadukan masalahnya.

Umar, yang menyadari kepergian Abu Abdillah, memanggilnya. Ia ingin tahu apa sebenarnya maksud kedatangan Abu Abdillah.

Umar bertanya kepada Abu Abdillah, "Hai, mau ke mana? Ada keperluan apa kamu ke sini?"

Abu Abdillah menjawab, "Sebenarnya saya ingin mengadukan masalah saya dengan istri saya, tapi setelah melihat bagaimana Anda menghadapi omelan istri Anda, saya urungkan niat saya."

Umar kemudian menjelaskan alasannya bersikap sabar. "Istriku memiliki tanggung jawab besar kepadaku. Ia memasak, mencuci, menyusui anak-anakku, padahal itu bukan kewajibannya. Aku bersabar karena itu semua," jelas Umar.

Mendengar penjelasan Umar, Abu Abdillah akhirnya mengerti. Ia menyadari bahwa menghadapi omelan istri membutuhkan kesabaran dan pemahaman, bukan amarah.

Umar menjelaskan beberapa alasan mengapa ia sabar menghadapi omelan istrinya. Pertama, “Istriku adalah benteng penjaga antara aku dan api neraka. Hatiku selalu tenang darinya terjaga dari hal-hal haram,” jelas Umar.

Kedua, “Istriku menjaga hartaku ketika aku keluar rumah,” tambahnya. Ketiga, “Istriku mencuci pakaianku.” Keempat, “Istriku merawat anak-anakku.”

Kelima, “Istriku memasak dan menyiapkan makanan untukku.” Semua ini menunjukkan penghargaan Umar yang besar terhadap peran dan pengorbanan istrinya.

Dari penjelasan Umar tersebut, kita dapat melihat bahwa beliau sangat menghargai jasa dan pengorbanan istrinya. Beliau memahami bahwa omelan istrinya merupakan bagian dari kerja keras dan pengorbanan yang telah diberikan.

Kisah Umar bin Khattab mengajarkan kita tentang pentingnya kesabaran dalam rumah tangga. Dalam Islam, kesabaran merupakan nilai yang sangat penting, terutama dalam menghadapi konflik.

Menahan diri dan tidak terbawa emosi merupakan kunci dalam menyelesaikan konflik rumah tangga. Hadits Nabi Muhammad SAW juga menekankan pentingnya kesabaran dalam menghadapi pasangan. Kesabaran akan membawa ketenangan dan keharmonisan dalam rumah tangga.

Umar bin Khattab memberikan contoh nyata tentang bagaimana kesabaran dapat menyelesaikan masalah rumah tangga. Dengan kesabaran, Umar mampu memahami perasaan dan situasi istrinya, sehingga konflik dapat diatasi dengan baik.

Urgensi kesabaran dalam mewujudkan keharmonisan rumah tangga tidak dapat dipandang sebelah mata. Sikap sabar akan menciptakan suasana yang damai dan penuh kasih sayang dalam keluarga.

Kisah Umar bin Khattab tetap relevan hingga saat ini. Di era modern, memuliakan istri bukan sekadar kewajiban, melainkan juga kunci kebahagiaan rumah tangga.

Menghargai dan memuliakan istri dapat dipraktikkan dengan berbagai cara, mulai dari memberikan perhatian, mendengarkan keluh kesahnya, hingga membantu pekerjaan rumah tangga. Hal ini menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap peran istri.

Tantangan dan kendala dalam menerapkan nilai-nilai ini di era digital cukup kompleks. Namun, dengan komitmen dan kesadaran, hal ini dapat diatasi. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting.

Contoh praktis bagaimana suami dapat memuliakan istrinya dalam kehidupan sehari-hari sangat beragam. Mulai dari mengucapkan terima kasih atas masakannya, membantu pekerjaan rumah, hingga memberikan waktu berkualitas bersama.

Kisah Umar bin Khattab mengajarkan kita tentang pentingnya kesabaran, empati, dan penghargaan terhadap istri. Dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai ini, kita dapat membangun rumah tangga yang harmonis dan bahagia.

Mari kita renungkan kembali kisah Umar bin Khattab dan terapkan nilai-nilai luhur tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga Allah SWT selalu meridai rumah tangga kita dan memberikan keberkahan.