Liputan6.com, Yogyakarta - Kawasan bekas tambang di Yogyakarta dapat menjadi pilihan destinasi wisata geo heritage yang menarik. Setelah berhasil direvitalisasi, kawasan bekas tambang di Yogyakarta ini berubah menjadi destinasi wisata.
Sederet kawasan bekas pertambangan ini tak hanya memiliki nilai sejarah, namun juga memiliki nilai edukasi terutama dalam bidang geologi. Tidak heran apabila kawasan bekas tambang-tambang ini menjadi destinasi wisata yang cukup populer bagi wisatawan yang datang ke Yogyakarta.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut destinasi wisata tambang Yogyakarta yang menjadi geo heritage.
Advertisement
Baca Juga
1. Tebing Breksi
Tebing Breksi menjadi objek penambangan material bangunan, terutama batu kapur sejak 1980-an oleh warga Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tebing Breksi kemudian berubah menjadi sebuah destinasi wisata pada 2015.
Kawasan Tebing Breksi ditetapkan sebagai area geoheritage setelah ditemukan bukti hamparan batu Tebing Breksi merupakan endapan abu vulkanik gunung api purba. Kini kawasan Tebing Breksi dihiasi beraneka ukiran, mulai dari naga hingga tokoh pewayangan Jawa.
Tebing Breksi juga menjadi tempat favorit para wisatawan untuk beburu matahari terbenam. Tiket masuk kawasan Tebing Breksi adalah Rp 10.000 per orang. Lalu untuk parkir, dikenakan biaya Rp 2.000 untuk motor dan Rp 5.000 untuk mobil.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
2. Tambang Mangan Kliripan
Tambang mangan ini dulunya dibangun oleh Belanda pada tahun 1950, lalu ditutup pada 1970. Saat ditemukan, terowongan tambang mangan tidak bisa dimasuki warga.
Seluruh mulut tambang rusak tertimbun tanah dan air. Kini kompleks ini direvitalisasi sebagai bagian dari pelestarian wilayah dan objek wisata.
Kompleks Bekas Tambang Mangan Kliripan-Karangsari ditetapkan sebagai kawasan cagar alam geologi DIY sejak 2018. Kompleks ini tepatnya berada di Desa Hargorejo, Kokap dan Desa Karangsari, Kecamatan Pengasih, Kulon Progo.
Di kompleks ini terdapat terowongan vertikal dan horizontal yang dulunya merupakan jalur lori di eks kawasan penambangan mangaan Kliripan. Selain terowongan, terdapat pula sumur sedalam 90 meter yang juga terhubung dengan terowongan.
Advertisement
3. Watu Giring
Watu Giring adalah sebuah bebatuan alam yang diambil dengan dipotong-potong di tempat oleh para penambang batu alam hingga menjadi anak tangga atau heritage megalitikum. Dulunya Watu Giring ini adalah tempat penambangan Batu kapur.
Batu kapur biasanya digunakan sebagai alas tiang penyangga rumah atau disebut dengan giring. Selain itu kawasan ini juga tempat penambangan batu untuk tembok rumah seperti batu bata yang berbentuk kotak.
Saat ini penambangan batu alam yang ada di kawasan ini sudah dihentikan dan meninggalkan jejak penambangan batu alam. Para penambang batu alam di kawasan ini memotong betuan alam tersebut dengan ukuran yang kecil kecil dan memanjang. bekas tambang yang telah berusia puluhan tahun ini menyerupai bangunan candi kuno.
Lokasi Watu Giring ini sudah termasuk bagus dan mudah untuk ditempuh oleh para wisatawan. Alamat lengkap Watu Giring berada di Padukuhan Jelok, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Untuk masuk ke Watu Giring ini tidak memiliki biaya resmi ini. Sebagai gantinya, para pengunjung dapat membayar biaya seikhlasnya untuk memajukan kawasan wisata Watu Giring ini.
Sedangkan untuk biaya parkir pengunjung yang akan berkunjung di Watu Giring dikenakan tarif sebesar Rp 2.000 untuk sepeda motor, dan Rp 5.000 untuk mobil.
(Tifani)