Liputan6.com, Yogyakarta - Tari Angguk menjadi salah satu kesenian tari khas Kulon Progo. Tarian unik yang legendaris ini menceritakan kisah tentang Umarmoyo-Umarmadi dan Wong Agung Jayengrono dalam Serat Ambiyo.
Tari Angguk diperkirakan muncul sejak zaman Belanda, yang digambarkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan setelah panen padi. Untuk merayakannya para muda-mudi bersukaria dengan bernyanyi dan menari sambil mengangguk-anggukkan kepala.
Penamaan Angguk yang diambil dari gerakan tariannya yang sering menganggukkan kepala. Konon, gerakan angguk tersebut terinspirasi dari gerakan berbaris serdadu Belanda.
Advertisement
Kostum tarian ini juga mirip seperti serdadu Belanda zaman dahulu. Kostum yang dikenakan penarinya berupa baju lengan panjang yang di beri hiasan unik bermotif dan celana pendek yang juga diberi hiasan warna-warni.
Baca Juga
Di bagian kepala menggunakan topi berwarna hitam yang juga dihiasi pernak pernik berwarna-warni. Selain itu juga menggunakan kaus kaki dan selendang pada pinggang berwarna merah atau kuning. Tidak lupa, keberadaan kacamata hitam yang akan dikenakan penari pada saat penari kesurupan.
Mulanya Tari Angguk bertujuan sebagai permainan atau hiburan, dalam perkembangannya Tari Angguk mulai disisipi hal-hal mistis. Konon, Tari Angguk juga dianggap bisa mengundang roh halus untuk ikut bermain dengan menggunakan medium tubuh sang penari.
Alhasil pada babak tertentu, akan ada penari yang mengalami ndadi (kesurupan) sehingga dia bertingkah aneh. Lantaran itu pula, Tari Angguk ini menjadi pertunjukan yang menarik bagi penonton.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Dua Jenis Tari Angguk
Musik pengiring tarian ini, awalnya hanya terdiri atas kendang, terbang, kacer dan jedor. Namun saat ini kesenian Angguk modern sudah mulai disisipi alat musik seperti rebana, beduk, kendang, simbal, snare drum bahkan juga kibor.
Keunikan lain dalam pertunjukkan Tari Angguk ini adalah adanya lantunan pantun oleh para vokalis. Dinyanyikan menggunakan cengkok tembang Jawa, pantun yang dilantunkan berisi nasihat tentang kehidupan.
Dahulu Tari Angguk ini hanya dimainkan oleh penari lelaki, yang berusia antara 30 sampai 45 tahun. Para penari ini tidak menggunakan riasan muka.
Sedangkan kostum yang dipakai terdiri dari blangkon, jamang, kacamata dan juga srempang, para penarinya juga membawa kepet atau kipas. Namun seiring dengan perkembangannya, Tari Angguk kini biasa dimainkan oleh penari perempuan.
Tari Angguk ini ada dua jenis, yaitu Tari Ambyakan dan Tari Pasangan. Jika Tari Ambayakan dilakukan oleh banyak penari, Tari Pasangan dimainkan secara berpasangan.
Dalam pertunjukan, Tari Ambyakan terbagi menjadi tiga macam yaitu Tari Bakti, Tari Srokal dan Tari Penutup. Sedangkan Tari pasangan terdapat delapan macam yaitu Tari Mandaroka, Tari Kamudaan, Tari Cikalo Ado, Tari Layung-layung, Tari Intik-intik, Tari Saya-cari, Tari Jalan-jalan, dan Tari Robisari.
Tari Angguk biasa dipentaskan 10 sampai 20 orang penari. Tarian ini biasanya digelar dalam acara syukuran, perkawinan, atau acara daerah dan festival budaya di Yogyakarta, khususnya kabupaten Kulon Progo.
Waktu pementasan biasanya pada malam hari mulai pukul 21.00, dengan diawali bunyi instumen musik. Pertunjukan tarian ini terbilang lama, karena bisa berlangsung tiga hingga tujuh jam. Namun kini tarian ini bisa lebih singkat menjadi 15-30 menit saja.
(Tifani)
Advertisement