Walhi Sebut Proyek Jalan Tol Soreang-Pangalengan Ancam Lintasan Macan Tutul dan Surili

Proyek Jalan Tol Soreang-Ciwidey-Pangalengan di Kabupaten Bandung dinilai berpotensi mengancam kawasan yang menjadi jalur perlintasan macan tutul dan surili.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 20 Apr 2022, 16:00 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2022, 16:00 WIB
Pembangunan Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) sepanjang 60,47 kilometer (km). Dok Kementerian PUPR
Pembangunan Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) sepanjang 60,47 kilometer (km). Dok Kementerian PUPR

Liputan6.com, Bandung - Proyek Jalan Tol Soreang-Ciwidey-Pangalengan di Kabupaten Bandung dinilai berpotensi mengancam kawasan yang menjadi jalur perlintasan macan tutul dan surili. Selain itu, pembangunan tol ini juga berpotensi terjadinya penggusuran lahan garapan warga.

Rencana pembangunan infrastruktur itu pun mendapat penolakan dari kalangan aktivis lingkungan. Di antaranya disuarakan oleh Ketua Badan Pembina Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (BP FK3I) Jabar sekaligus Ketua Dewan Daerah Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat, Dedi Kurniawan.

"Terindikasi akan terganggu di antaranya satwa kunci macan tutul dan surili, sebab Kawasan Hutan Lindung yang direncanakan dibuat jalan adalah areal lintasan dua satwa kunci tersebut," ungkapnya lewat pesan tertulis kepada Liputan6.com, Selasa (19/4/2022).

Di samping itu, pembangunan jalan tol, sambung Dedi, bukan solusi tepat untuk menyelesaikan masalah kemacetan, ataupun distribusi hasil pangan.

"Tegas menolak rencana pembangunan Jalan Tol Soreang-Ciwidey-Pangalengan yang digagas Pemerintah Kabupaten Bandung, bukan hanya itu kami pun tetap pada penolakan pembangunan Jalan Tol Jabar Selatan yang di antaranya melewati bagian Tol Soreang dilanjutkan Pembangunan ke Ciwidey dan Cidaun," katanya.

"Mengancam terhadap penggusuran lahan masyarakat, gangguan tumbuhan dan satwa di Kawasan Perhutani serta berkurangnya luasan perkebunan yang tentunya mengganggu ekologi dan akses kelola lahan masyarakat," kata Dedi menambahkan.

Menurut Dedi, sebaiknya pemerintah fokus untuk membenahi dan lebih memaksimalkan jalan-jalan arteri yang sudah ada, bukan terburu-buru menggarap pembangunan baru, apalagi jika tidak secara serius mempertimbangkan dampak-dampak yang dapat merusak lingkungan.

"Akses jalan tersebut (arteri yang sudah ada) sangat urgen dibutuhkan untuk Peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat, namun jalan tol yang dipilih mengindikasikan kepentingan investor," katanya.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Lebih Baik Menata Jalan Arteri

Presiden Jokowi Resmikan Tol Soroja
Iring-Iringan rombongan kepresidenan saat mencoba tol Soreang-Pasir Koja (Soroja) di Kab Bandung, Senin (4/12). (Liputan6.com/Biro Pers Kepresidenan)

Penolakan program pembangunan Jalan Tol Soreang-Ciwidey-Pangalengan, kata Dedi, akan didistribusikan secara lebih masif dan lebih komprehensif bersama kalangan pegiat lingkungan lain. Tak menutup kemungkinan bakal diikuti aksi-aksi langsung di kemudian hari.

"Kami akan mengawal setiap langkah dan perkembangan rencana tersebut dan solusi yang kami tawarkan adalah menata jalan arteri yang ada," katanya.

Diketahui, rencana pembangunan jalan Tol Soreang-Ciwidey-Pangalengan diluncurkan secara resmi pada 18 April 2022. Bupati Bandung Dadang Supriatna mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII untuk mempersiapkan proyek tersebut sebab berpotensi menggunakan lahan perkebunan di Kabupaten Bandung.

Terkait itu, bakal ada penandatanganan kesepahaman antara Pemkab Bandung, PTPN VIII dan Perhutani. Pemkab berharap program pembangunan tol bisa sukses. Diklaim demi menyelesaikan masalah kemacetan, juga untuk pengembangan pariwisata dan para pelaku UMKM yang ada di wilayah Bandung Selatan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya