Geliat Investor Milenial di Sulawesi Tenggara, Jumlah Transaksi Pasar Modal Melonjak

Perkembangan pasar modal di wilayah Sulawesi Tenggara mulai tampak setelah mencapai 14.635 investor dan transaksi sebesar Rp448 miliar.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 24 Jun 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2022, 21:00 WIB
Pasar saham di Sulawesi Tenggara menunjukan perkembangan signifikan dalam jumlah transaksi.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Pasar saham di Sulawesi Tenggara menunjukan perkembangan signifikan dalam jumlah transaksi.

Liputan6.com, Kendari - Perkembangan pasar modal Sulawesi Tenggara menunjukkan peningkatan signifikan. Jumlah investor tercatat tumbuh makin besar, terjadi sejak awal Januari hingga Mei 2022.

Pada kuartal pertama, ada penambahan 1.312 investor baru di pasar modal Sulawesi Tenggara. Hingga akhir April, investor saham di Sulawesi Tenggara, mencapai 14.635 orang.

Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia Sulawesi Tenggara, Ricky mengatakan, jumlah ini mengalami kenaikan 9,8 persen dari Desember 2021.

"Kemudian, nilai transaksi permodalan rata-rata tahun 2021 yakni Rp206 miliar, sekarang memasuki kuartal 1 sekitar Rp448 miliar atau ada kenaikan 116 persen," ujar Ricky, Jumat (20/5/2022).

Peningkatan jumlah peminat investor di pasar modal, menurut Ricky terjadi setelah berbagai terobosan dilakukan, mulai dari memanfaatkan media sosial, pertemuan online dan offline serta laboratorium pasar modal di sejumlah kampus-kampus pada beberapa wilayah kabupaten di Sulawesi Tenggara.

"Data kami, dari Januari 2022 sampai April, ada 97 kegiatan dalam 4 bulan, bisa dibilang setiap hari ada satu kegiatan soal edukasi pasar modal di wilayah Sulawesi Tenggara," jelas Ricky.

 


Kaum Milenial Peminat Terbanyak

Pasar saham di Sulawesi Tenggara menunjukan perkembangan signifikan dalam jumlah transaksi.
Pasar saham di Sulawesi Tenggara menunjukan perkembangan signifikan dalam jumlah transaksi.

Dari data yang ada, kaum milenial memainkan peran penting dari total keseluruhan investor di Sultra. Sebanyak 66 persen jumlah investor atau 8.683 berasal dari milenial atau warga di bawah usia 30 tahun.

"Ini tidak tidak lepas dari peran galeri investasi yang sudah kami bangun dan resmikan di kampus-kampus, yakni semacam laboratorium pasar modal di kampus sehingga mahasiswa bisa belajar dan mengetahui lebih banyak keuntungan dan risiko investasi di pasar modal," jelas Ricky.

Penyebab lainnya, milenial saat ini lebih mudah berinvestasi. Saat ini, investasi bisa dilakukan hanya dengan modal Rp100 ribu lalu melakukan pembukaan rekening saham.

Pembukaan rekening, juga tidak sulit cukup datang di kantor perwakilan sekuritas, atau mengunggah aplikasi dan melengkapi dokumen secara online. Sehingga, dengan alasan ini, milenial lebih mudah mengakses pasar modal di mana saja di wilayah Sulawesi Tenggara.


Jenis Investasi Paling Diminati

Instrumen pasar modal yang paling familiar saat ini di Indonesia yakni ada empat jenis. Keempatnya, saham, reksadana, obligasi, Exchange Trade Funds (ETF).

Reksadana, lebih diminati karena setelah dibeli, bisa ditinggalkan tanpa perlu banyak dipantau. Sedangkan saham, ketika sudah membeli beli maka mesti dipantau karena ada perkembangan setiap menitnya.

"Untuk platform sekuritas, ada banyak yang bisa didownload secara online di gadget," ujarnya.

Di wilayah Sulawesi Tenggara, ada empat perwakilan sekuritas saham yang sudah memiliki kantor perwakilan, yakni, RHB sekuritas, Indopremier, MNC Sekuritas, dan Pintraco sekuritas.

Keempat perwakilan ini, masih bergabung di Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia Sulawesi Tenggara. Masyarakat yang tertarik membuka rekening, bisa langsung datang ke perusahaan dan mengunggah aplikasi.


Masyarakat Sering Salah Paham

Perbedaan antara saham dan aplikasi trading, sering salah dipahami masyarakat. Saham, merupakan bukti kepemilikan perusahaan. Yakni, seseorang bisa memiliki sejumlah saham di perusahaan, mulai dari nilainya kecil hingga besar.

Sedangkan, trading, yakni kontrak berjangka. Tidak ada kepemilikan saham di perusahaan saat seseorang mengeluarkan modal untuk transaksi.

Kabid Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan OJK Sulawesi Tenggara, Maulana Yusup mengatakan, perbedaannya sangat jelas. Kalau pasar modal itu, kewenangan nya di OJK setempat.

"Sedangkan forex di Bapebti (Badan pengawas perdagangan dan komoditi). Satu hal yang harus diingatkan masyarakat sebelum berinvestasi, pastikan bahwa perusahaan yang menawarkan investasi terdaftar di otoritas yang berwenang," ujar Maulana.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya