Revitalisasi Pasar Tanah Merah Bangkalan Malah Bikin Pedagang Susah

Para pedagang Pasar Tanah Merah Bangkalan menggeruduk Kantor Dinas Perdagangan setempat memprotes revitalisasi yang menyusahkan mereka.

oleh Musthofa Aldo diperbarui 30 Jul 2022, 01:00 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2022, 01:00 WIB
Audiensi
Para pedagang Pasar Tanah menyerahkan poin-poin keluhan mereka kepada Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Moch Fahri.

Liputan6.com, Bangkalan - Revitalisasi pasar tradisional menjadi pasar modern bertujuan meningkatkan pendapatan. Tapi revitalisasi Pasar Tanah Merah di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, justru menyusahkan para pedagang.

Mereka mengekspresikan kekecewaan itu dengan menggeruduk Kantor Dinas Perdagangan setempat, Kamis (28/7/2022).

Sayangnya, orang mereka yang hendak temui, Kepala Disperindag Roosli Soeliharyono, sedang tidak di tempat. Para pedagang akhrinya ditemui Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan, Moch  Fahri.

Meski kecewa karena Roosli tak ada, sekitar 50 pedagang memanfaatkan pertemuan di lantai dua gedung Disperindag untuk menumpahkan segala unek-unek yang selama ini tidak ada solusi.

Ada 11 poin yang dikeluhkan pedagang. Antara lain, ukuran kios yang terlalu sempit, saluran irigasi yang tak baik sehingga air hujan menggenang, jalan masuk ke pasar yang sempit, hingga tak diperpanjangnya SK penyewaan sejak 2017, namun petugas tetap rutin menarik retribusi dan biaya sewa.

"Walau SK tak diperpanjang, kami bisa apa, kalau petugas menarik retribusi, mau tidak mau pasti kami bayar. Sejak dibangun pada 2019, ada 100 pedagang yang tidak bisa berjualan," kata Rohman, seorang pedagang yang juga juru bicara pedagang.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tiga Tahun Tak Berjualan

Warga memilih harga cabai merah keriting di pasar tradisional.
Warga memilih harga cabai merah keriting di pasar tradisional. (Liputan6.com/M Syukur)

Pasar Tanah mulai dibangun pada 2019 dengan anggaran Rp 25 miliar. Semula, relokasi pasar ini diyakini menjadi solusi untuk menyelesaikan masalah kemacetan parah di pasar itu. Nyatanya, macet masih saja terjadi hingga kini.

Selain macet masih terjadi, masalah lain muncul yaitu banyak pedagang yang tak bisa lagi berjualan. Diperkirakan 100 pedagang, sudah tidak lagi berjualan dalam tiga tahun terkahir. Mereka utama pedagang ternak yang berjualan sekali dalam sepekan di pasar itu. Salah satunya Lukman.

"Bagaiman mau berjualan, sampai sekarang lapak khusus ternak tak kunjung dibangun," Kata dia.

Tak hanya itu, kata Lukman, pedagang harian, umumnya berjualan kebutuhan pokok, justru mengalami penurunan omzet sejak pasar direlokasi. Penurun omzet digambarkan Lukman lewat sepinya pembeli yang datang.

"Dulu di pasar lama, pembeli ramai hingga malam. Sekarang jam 10 pagi sudah nggak ada orang," Tutur dia.

Jawaban Pemda Bangkalan

Audiensi
Suasana audensi pedagang pasar Tanah Merah Bangkalan

Setelah menemui para pedagang, Asisten Administrasi Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Moch  Fahri memaklumi keluhan itu karena memang pembangunan pasar Tanah Merah belum sepenuhnya rampung.

"Waktu itu memang mau diselesaikan secara bertahap, namun terbentur dengan recofusing anggaran akibat pandemi," Kata dia.

Menurut dia, bagian pasar Tanah Merah yang belum rampung yaitu pasar hewan dan pasar sisi selatan.

"Pasar hewan masih perencanaan dan akan dibangun kembali, anggarannya bersumber dari Bantuan Keuangan Provinsi,"  Jelas dia.

Jika bantuan Provinsi itu tidak cair, kata Fahri, maka kemungkinan pembangunan pasar Hewan akan memakai dana APBD atau Dana Alokasi Khusus atau DAK. "Kalau APBD kita tidak mampu mungkin nanti melalui DAK," Ungkap dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya