Blora Selatan Darurat Jebakan Tikus Beraliran Listrik

Banyak masyarakat Blora, Jawa Tengah, bagian selatan meregang nyawa gara-gara jebakan tikus beraliran listrik tegangan tinggi. Hal ini menjadi poin keprihatinan anggota DPRD Blora, Achlif Nugroho, lantaran daerahnya darurat aktivitas ilegal tersebut.

oleh Ahmad Adirin diperbarui 07 Agu 2022, 18:08 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2022, 18:00 WIB
Achlif Nugroho saat diwawancarai Liputan6.com di kantor DPRD Blora. (Liputan6.com/ Ahmad Adirin)
Achlif Nugroho saat diwawancarai Liputan6.com di kantor DPRD Blora. (Liputan6.com/ Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Blora - Banyaknya masyarakat Blora bagian selatan yang tewas gara-gara jebakan tikus beraliran listrik tegangan tinggi menjadi perhatian sejumlah kalangan. Salah satunya, DPRD Blora.

Anggota DPRD Blora, Achlif Nugroho, mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Ia bercerita, pernah menyampaikan secara khusus terkait perlunya sinergitas antara ekskutif untuk memberikan imbauan dengan aparat, supaya masyarakat kalangan petani tidak terus-terusan jadi korban. Serta, kegiatan lain juga sempat digalakkan bersama-sama.

"Melihat fenomena itu, saya selain anggota dewan juga ketua forum Karangtaruna Kabupaten Blora. Dulu kami pernah mengadakan event gladak tikus, bahkan per ekor itu kita hargai sekian rupiah lah," ungkap Achlif kepada Liputan6.com, ditulis Sabtu (6/8/2022).

Wakil rakyat ini menjelaskan, upaya tersebut merupakan salah satu alternatif untuk mengajak masyarakat petani dalam memerangi hama tikus yang kian merajalela di Blora bagian selatan.

Namun, kalau masyarakat petani hanya memerangi dengan memasang jebakan tikus secara ilegal dengan listrik bertegangan tinggi, maka resikonya malah bisa kena diri sendiri ataupun orang lain.

"Sudah banyak masyarakat yang jadi korban sampai meninggal dunia, karena lupa mateni (mematikan listrik) dan lain sebagainya, akhirnya wonge mati dewe (orangnya mati sendiri)," jelas Achlif, yang juga mengaku sudah sebanyak dua kali pernah mengadakan kegiatan memerangi hama tikus.

"Yang perlu sebenarnya segera ditindaklanjuti dan ditangani adalah turun tangan pemerintah bahwa hal tersebut masuk kategori ilegal, dan saya pikir harus ada penanganan bersama," tambahnya.

Ia mengakui dilematis mendatangi masyarakat petani. Pasalnya, saat seringkali menyampaikan permasalahan tersebut dan beserta solusinya yang lain malah dianggap yang tidak-tidak.

"Kalau kita sampaikan permasalahan dan ada solusinya yang lain, nyuwun sewu (mohon maaf) kita sendiri mungkin dianggap cuman bisanya maido (mencela karena tidak percaya) saja. Kowe ora ngrasakke (kamu tidak merasakan), kita yang ngrasakan," ucapnya.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Mendorong Pendataan Jebakan Tikus Aliran Listrik

Kolase video amatir tiga orang warga saat mengangkat jenazah korban tersengat jebakan listrik di sawah Dukuh Sudung, Desa Wado, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Kolase video amatir tiga orang warga saat mengangkat jenazah korban tersengat jebakan listrik di sawah Dukuh Sudung, Desa Wado, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Achlif mengatakan, hal itulah yang menjadi satu keprihatinannya bahwa sisi safety dengan setrum listrik bertegangan tinggi sangat membahayakan, dan efektivitasnya juga tidak sebanding.

"Walaupun masyarakat nek ndelok esuk (kalau lihat pagi) itu ada tikus seng mati, tapi apakah populasi tikus seng mati dengan yang terkena jebakan tikus dengan setrum itu berbanding lurus, itukan saya pikir juga nggak," katanya.

Putra daerah asal Blora bagian selatan ini akan berupaya mencari solusi lain lagi, supaya masyarakat di daerahnya tidak terus-terusan meregang nyawa gara-gara tersengat jebakan tikus aliran listrik bertegangan tinggi.

Salah satunya yakni dengan mendorong Dinas Pertanian dan Karangtaruna untuk mendata keberadaan jebakan tikus aliran listrik bertegangan tinggi yang tersebar di seluruh Blora bagian selatan.

Diketahui, merebaknya tikus di sebagian besar Blora bagian selatan tidak sedikit yang menganggap hal itu sangatlah wajar. Karena lahan pertanian setempat sebagian besar mayoritas bisa memanen padi sampai 3 kali selama setahun.

Sebelumnya permasalahan ini juga sempat disampaikan langsung di hadapan Bupati Blora, Arief Rohman, pada bulan ramadan lalu. Saat itu awak media beramai-ramai diundang ngopi bersama di rumah dinas Komandan Kodim 0721/Blora, Letkol Inf Andy Soelistyo. Namun, sampai saat ini belum ada tindaklanjut yang jelas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya