Liputan6.com, Balikpapan - Kota Balikpapan memiliki beragam pilihan destinasi wisata edukasi yang bisa dikunjungi, salah satunya Rumah Dahor Heritage. Rumah panggung peninggalan Belanda ini menyimpan berbagai kisah sejarah, khususnya tentang pekerja kilang minyak di Zaman Belanda.
Rumah Dahor Heritage berlokasi di Jalan Dahor Nomor 1, Baru Ilir, Balikpapan Barat, Kota Balikpapan. Pada zaman penjajahan Belanda, rumah ini menjadi rumah dinas para pekerja kilang minyak yang didirikan Bataafsche Petroleum Matschappij (BPM) pada 1920.
Rumah ini menjadi bagian dari kompleks perumahan yang dikelola langsung oleh Pertamina karena menjadi saksi bisu cerita para pekerja kilang minyak pada masa kolonial Belanda. Saat ini, rumah antik ini dijadikan sebagai museum atau perpustakaan yang menjadi salah satu wisata edukasi yang menarik sekaligus cagar budaya.
Advertisement
Dibangun sekitar 1900 oleh kolonial Belanda, dulunya kawasan wisata ini hanya difungsikan pada tahun 1920. Selebihnya, rumah ini dibiarkan kosong dan tidak berfungsi.
Baca Juga
Rumah ini menjadi salah satu saksi bisu perebutan wilayah Balikpapan oleh Belanda dan Jepang pada masa Perang Dunia II. Sehingga, pada museum di Rumah Dahor Heritage ini, pengunjung akan banyak menemui foto-foto terkait zaman kolonial hingga perkembangan kota Balikpapan pada masa lalu.
Meski dinamakan sebagai Rumah Dahor Heritage yang merujuk pada satu rumah saja, sebenarnya tempat wisata ini merupakan sebuah kompleks perumahan yang terdiri dari beberapa rumah. Saat ini, terdapat sembilan dari Rumah Dahor Heritage yang dikelola oleh pihak Pertamina.
Kesembilannya, dimanfaatkan sebagai museum, taman baca mini, dan perpustakaan yang membahas tentang sejarah Balikpapan, dan sejarah migas di Balikpapan. Dalam beberapa kesempatan, biasanya Pertamina Unit Pengelolaan V Balikpapan akan memamerkan rumah Dahor pada beberapa pameran agar masyarakat luas dapat melihat sejarah eksplorasi minyak dan keadaan Balikpapan di masa kolonial.
Pertamina sebagai pengelola mengajak komunitas Dahor Heritage untuk merawat rumah museum ini. Rumah tersebut pun memiliki daya tarik tersendiri bagi warga Balikpapan.
Melihat adanya potensi, dijadikanlah Rumah Dahor Heritage menjadi salah satu destinasi wisata edukasi kota Balikpapan. Kini, rumah tersebut kerap dikunjungi oleh para wisatawan lokal atau dari berbagai daerah yang penasaran dengan tempat ini.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Ciri Khas Rumah Adat
Bangunan Dahor Heritage berbentuk rumah panggung yang merupakan salah satu ciri khas rumah adat di pulau Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur. Alasan dipilihnya model rumah panggung ini karena dulunya wilayah ini berada di sekitar pesisir laut.
Dahor Heritage memiliki tinggi yang melebihi tanah bangunan, kemudian berbentuk kotak dengan atap berbentuk kerucut dengan bahan sirap. Karena sudah ada sejak zaman Belanda, maka arsitektur dari rumah ini pun menyesuaikan dengan model rumah khas bangunan Belanda, meskipun rumah panggung adalah rumah tradisional Balikpapan.
Bangunannya sudah berumur lebih dari 100 tahun, tetapi masih terlihat sangat kokoh karena dibuat dari kayu-kayu besar pilihan. Begitupun dengan pengamanan rumah.
Dulunya, rumah ini hanya ditutup menggunakan kayu besar sebagai palang pintu.Jendela rumah ini dibuat dengan ukuran tinggi mencapai hampir 2 meter atau lebih dari dua kali ukuran manusia dewasa.
Untuk menambah ciri khas ornamen Belanda, jendela dan pintu rumah panggung ini memiliki banyak kaca di seluruh sisinya. Di depan rumah, terdapat pagar kecil yang dibuat dari bilah-bilah bambu ataupun kayu yang dihias dengan ciri khas rumah panggung.
Seluruh rumah di kawasan ini dicat dengan warna senada, yakni warna hijau dan kuning gading. Kayu dipilih sebagai material utama rumah panggung karena sifat kayu yang lebih ringan tetapi kokoh.
Namun, pondasi rumahnya tetap dibuat dari konstruksi batu setinggi satu meter agar lebih memperkuat bangunan rumah. Biasanya, bagian bawah rumah akan dijadikan tempat bermain untuk anak-anak, yang pada zaman dahulu masyarakat sekitar akan memanfaatkan ruang tersebut sebagai gudang.
Sudah terlalu lama dibiarkan kosong, Rumah Dahor ini akhirnya resmi dijadikan sebagai cagar budaya di Balikpapan pada tahun 1997. Cagar budaya ini diharapkan dapat menjadi pengingat berupa jejak penemuan sumur minyak pertama, Mathilda, di Balikpapan pada kisaran tahun 1897 silam.
Sumur minyak inilah yang akhirnya diperebutkan oleh Belanda dan Jepang pada saat masa Perang Dunia II. Namun, hanya dioperasikan sekitar 1920 selama 20 tahun.
Awalnya, pada daerah wisata ini terdapat 27 bangunan berupa rumah panggung yang serupa dan akan dijadikan lokasi cagar budaya di daerah Balikpapan. Namun, terhitung sejak tiga tahun silam, sebagian rumah di lokasi itu harus diratakan dengan tanah.
Pasalnya, sebagian rumah tersebut terkena dampak program pembangunan dan perluasan kilang minyak Pertamina Balikpapan. Sehingga, saat ini rumah yang tersisa untuk dijadikan cagar budaya hanyalah sembilan rumah.
Sembilan rumah ini kemudian terus dibenahi dan juga dipercantik untuk menarik minat masyarakat sekitar Balikpapan. Kesembilan rumah ini, kemudian dialihfungsikan menjadi museum, taman baca, dan perpustakaan mini.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak
Advertisement