Liputan6.com, Garut - Operasi Zebra 2022 yang dilakukan serentak di seluruh wilayah Indonesia sejak 3-16 Oktober 2022, menjadi hal menakutkan bagi pengendara yang tidak tertib berlalu lintas. Namun, kondisi itu tidak berlaku bagi masyarakat Garut, Jawa Barat.
Pola pendekatan 'Kopdar' alias Kopi Darat menjadi penawar rasa takut itu. Diplomasi Kopdar merupakan upaya para anggota Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Garut agar bisa lebih dekat dengan masyarakat. Secangkir kopi dan teh hangat, plus camilan gorengan mencairkan suasana pengedukasian tertib berlalu lintas.
Berderet di salah satu sudut jalan dekat Pos Polisi (Pospol) di bilangan Bunderan Suci, Kecamatan Karangpawitan, pola diplomasi Kopdar ala polres Garut mendapat sambutan positif dari warga.
Advertisement
"Saya kira mau ditilang ternyata diberikan edukasi mengenai cara tertib berlalu lintas," ujar Ahmad Sahid, salah satu pengendara asal kecamatan Karangpawitan yang terjaring di wilayah Bunderan Suci, Kamis (13/10/2022).
Menggunakan sepeda motor matic berkelir hitam kesayangannya, Ahmad lupa membawa STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan), setelah sebelumnya bergantian penggunaan kendaraan dengan saudaranya.
"STNK-nya ada, tapi lupa diminta sebab saya buru-buru mau berangkat ke pasar, STNK-nya masih dibawa saudara saya," ujar dia, sesaat setelah melakukan komunikasi dengan saudaranya untuk mengantarkan STNK yang dimaksud.
Dan benar saja, tak lama kemudian STNK yang dimaksud segera diperlihatkan kepada polisi. "Terima kasih Pak, Pak polisinya juga tidak menilang, saya sebenarnya takut juga ditilang," ujar dia dengan polosnya.
Ahmad menyatakan, pola pendekatan Kopdar" yang dilakukan petugas saat operasi zebra 2022 kali ini, tidak membuatnya ciut menghadapi petugas, tetapi sebaliknya, mampu menghadirkan keakraban dengan mereka.
"Mereka memberikan edukasi mengenai pelanggaran apa saja yang tidak boleh, kami mendapatkan pemahaman mengenai tertib berlalu lintas, suasananya sangat cair tidak kaku," kata dia.
Hal yang sama disampaikan Wawan, pelanggar lalu lintas lainnya. Ia mengaku melanggar melawan arus sebab jarak yang ia tempuh dinilai lebih cepat.
"Sugan teh teu aya petugas ari pek aya (Saya kira tidak ada petugas ternyata ada)," ujar lelaki paruh baya dengan logat khas Sunda sambil tersenyum tipis.
Awalnya, Wawan bersama rekannya yang bekerja sebagai buruh lepas itu, mengaku pesimis kendaraan yang ia tumpangi bisa kembali mengaspal. Maklum, selain melawan arus, rekannya ternyata tidak menggunakan helm penutup kepala.
"Sebenarnya saya pasrah (ditilang), tapi ternyata masih diberikan kesempatan, SIM dan STNK ada, petugas hanya memberikan kami teguran sambil ngopi bersama yang lainnya," ujar dia.
Â
Kopdar Ala Polres Garut
Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasatlantas) Polres Garut AKP Undang Syarif Hidayat menyatakan, terobosan diplomasi kopdar dengan menyediakan kopi dan teh hangat bagi pelanggar lalu lintas diharapkan mampu menyadarkan mereka tertib berlalu lintas dengan pendekatan lebih humanis.
"Dalam operasi zebra 2022 kali ini kita mengedepankan preemtif dan preventif, namun tetap ada pencegahannya atau penegakan hukumnya juga," ujar dia.
Dalam praktiknya, para pelanggar yang terjaring razia kemudian dikumpulkan dalam satu meja memanjang, lengkap dengan camilan gorengan dan minuman kopi dan teh hangat, untuk mendapatkan edukasi berlalu lintas yang baik.
"Kita juga tetap melakukan peneguran dan penindakan hukum (penilangan), namun bagi mereka yang melakukan kesalahan ringan, kita cukup berikan edukasi, pemahaman untuk selanjutnya kita persilahkan melanjutkan perjalanan," ujar dia.
Dengan upaya itu, para pelanggar diharapkan sadar telah melakukan kesalahan, hingga akhirnya mau mengubah kebiasaan buruk dalam berlalu lintas. "Semakin tinggi kesadaran berlalu lintas yang baik, kami berharap semakin rendah tingkat kecelakaan lalu lintas di masyarakat," dia mengharapkan.
Advertisement