Cerita Pengabdian Guru Honorer di Blora, Tetap Semangat Meski Cuma Digaji Ratusan Ribu

Awal pertama kali mengajar ibu guru Rita hanya digaji Rp150 ribu per bulan, enam tahun mengabdi honornya cuma naik Rp200 ribu.

oleh Ahmad Adirin diperbarui 25 Nov 2022, 16:00 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2022, 16:00 WIB
Hari Guru Nasional
Rita Latifah Yunita, seorang guru honorer mengajar di Sekolah Dasar Negeri 1 Tempel, Kecamatan Jepon, Blora. Ibu guru Rita mendapat kado Al-Qur'an dari para siswanya di momen Hari Guru Nasional 2022. (Liputan6.com/ Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Blora - Tahun 2016 masih diingat betul oleh Rita Latifah Yunita (32), warga Kelurahan Jepon, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Saat itu, dirinya izin ke sang suami supaya diperbolehkan ikut mengabdi jadi guru honorer.

Terhitung sejak tahun itu, ibu dari dua anak ini sudah mengabdi selama 6 tahun mengajar di Sekolah Dasar Negeri 1 Tempel, Kecamatan Jepon, dengan statusnya saat ini menjadi Guru Tidak Tetap (GTT).

"SK pertama saya mengajar tanggal 16 desember 2016. Itu di masa kepala sekolah atas nama Sudarman, sekarang sudah jadi pengawas sekolah," ujar Rita, kepada Liputan6.com, Jumat (25/11/2022).

Dia mengampu mata pelajaran Agama Islam di tiga kepala sekolah yang berbeda, yakni mulai kepala sekolah Sudarman, Budi Riyanto, dan Taman. Suka dukanya tentu sangat banyak dan panjang jika diceritakan lika-likunya.

Antara tugas dan kewajibannya menjadi seorang guru honorer sekaligus ibu rumah tangga terkadang dirinya sendiri bingung untuk mengatur. Kendati begitu, tetap mampu menjalankan semuanya dengan baik.

"Kalau pagi sebelum ke sekolah ya tetap tugas dulu menjadi ibu rumah tangga, masak, dan lain sebagainya. Sementara, suami yang nganterin anak-anak ke sekolah tiap hari," ucap Rita

"Kalau malamnya sebelum tidur, saya gunakan untuk nyiapin materi bahan ajar, sambil ngajari anak-anak saya sendiri. Kadang juga dibantu suami," imbuhnya, yang juga mengaku awal pertama mengabdi honornya Rp150 ribu per bulan, dan saat ini sudah Rp350 ribu per bulan.

Di momentum Hari Guru Nasional (HGN) yang setiap tahun diperingati tanggal 25 November ini, Rita mengaku sebagai guru Agama Islam mendapatkan kejutan dari anak didiknya di SD Negeri 1 Tempel, Jepon.

"Ini baru saja dikasih Al-Qur'an sama murid. Alhamdulillah, semoga barokah manfaat," ucapnya.

Harapan Rita di momen HGN 2022 tidak banyak, dirinya hanya ingin pemerintah lebih memperhatikan nasib guru-guru honorer, khususnya yang ada di daerah.

 

Kata Disdik Blora

Kadisdik Blora
Kadisdik Blora Aunur Rofiq (Liputan6.com/ Ahmad Adirin)

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Blora Aunur Rofiq kepada Liputan6.com, Senin (25/11/2022), memberi penjelasannya terkait kesejahteraan guru honorer. Bagi yang sudah mengabdi minimal satu tahun, akan diupayakan sebisa mungkin masuk data pokok pendidikan (dapodik)

"Kalau sudah masuk ke dapodik, guru tersebut bisa dibiayai oleh Bantuan Operasional Sekolah (BOS)," ujar Aunur Rofiq, saat di ruangannya juga ada Kasi Disiplin dan Kesejahteraan Guru dan Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan Kabupaten Blora, Yusuf Fitri.

Terkait kesejahteraan guru honorer yang sudah mengabdi lebih dari 5 tahun, Yusuf Fitri kemudian juga turut memberikan penjelasan.

"Ada standarnya yang sudah ditetapkan, mereka (yang mengabdi lebih dari 5 tahun) akan mendapatkan honor gabungan antara BOS dan bantuan Pemkab," jelasnya.

Yusuf Fitri mencontohkan guru honorer SMP yang standarnya Rp1 juta. Kata dia, kalau dapatnya dari BOS hanya Rp500 ribu, maka ditambah Rp500 ribu dari bantuan Pemkab Blora.

"Kalau lebih silahkan nggak apa-apa, artinya Pemkab berupaya membuat standar minimal, walaupun belum standar UMK karena keterbatasan anggaran yang ada," katanya.

Pada HGN 2022 ini, Dinas Pendidikan Kabupaten Blora berharap kepada guru-guru honorer untuk menambah semangatnya mendidik.

"Karena pemerintah sudah mulai memikirkan dengan difasilitasi lewat P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Ini adalah upaya pemerintah untuk memikirkan teman-teman guru," kata Aunur Rofiq lagi.

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Blora, masa kerja 4 tahun ke atas dimulai sejak 12 Maret 2019 lalu, GTT SD mendapatkan honor Rp750 ribu per bulan. Sedangkan GTT SMP mendapatkan honor Rp 1juta per bulan, serta PTT (Pegawai Tidak Tetap) SD dan SMP mendapatkan honor Rp500 ribu per bulan

Untuk yang masa kerja 4 tahun ke bawah dimulai sejak 12 Maret 2019 lalu, GTT SD mendapatkan honor Rp600 ribu per bulan. Sedangkan GTT SMP mendapatkan honor Rp800 ribu per bulan, serta PTT SD dan SMP mendapatkan honor Rp400 ribu per bulan.

Peningkatan Kualitas Guru

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di kalangan pendidik dan sekolah vokasi provinsi itu agar mampu bersaing dengan tenaga kerja asing.

“Kualitas guru ditingkatkan, jangan sampai nanti orang banyak protes kenapa banyak tenaga kerja asing karena kita tidak menyiapkan,” katanya usai memimpin upacara Peringatan Hari Guru di Museum Ranggawarsita, Semarang, Jumat.

Terkait dengan hal itu, dirinya menyebut sekolah vokasi memiliki peran dalam meningkatkan keterampilan SDM sehingga mendorong berkolaborasi dengan industri.

“Karena dekat dengan kawasan industri sebenarnya ini bisa dimatch-kan, apakah kurikulumnya, kualifikasinya dan sebagainya,” katanya.

Di sisi lain, kata dia, para siswa di sekolah vokasi harus terbiasa dengan mesin-mesin baru sehingga ketika lulus bisa diserap lebih cepat.

“Umpama Batang, kita akan punya pabrik baterai kendaraan terus kemudian pabrik kaca besar. Siapa yang bisa mengisi kalau kemudian tidak disiapkan,” katanya.

Ia mengatakan bahwa berbagai upaya menyejahterakan guru bukan hal yang mustahil, tapi memerlukan keberpihakan dari para pemangku kepentingan, bukan soal hitung-hitungan anggaran.

“Maka saya selalu mewanti-wanti teman-teman bupati wali kota. Tolong dong perhatikan guru-guru di bawah naungan pemerintah kabupaten/kota itu, minimal menerima gaji sesuai UMK,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, ia menyatakan dua cara yang bisa dilakukan untuk menyejahterakan kalangan guru honorer, yakni melalui perbaikan sistem dan menambah jumlah guru.

Saat ini jumlah guru honorer banyak, tapi masih belum mencukupi kebutuhan guru di Jawa Tengah.

“Maka ada dua cara, satu sistemnya diperbaiki, apakah peralatannya ditambah sehingga satu orang mesti menggunakan atau punya keterampilan yang cukup banyak bahkan multiplatform bisa dikerjakan,” katanya.

Cara kedua, kata dia, dengan menambah sumber dayanya dan ini dinilai sebagai salah satu prioritas karena guru mempunyai peranan kunci mendidik generasi bangsa.

Sampai hari ini, ia telah melantik sedikitnya 5.788 guru PPPK, bahkan pada 31 Oktober 2022 kembali dibuka penerimaan PPPK dengan jumlah kuota sebanyak 4.361 lowongan untuk para guru dari total 4.600 lowongan.

“Kalau guru tidak menjadi prioritas, maka mohon maaf nasib anak-anak kita diserahkan kepada orang-orang yang mungkin tidak terampil,” demikian Ganjar Pranowo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya