Liputan6.com, Pekanbaru - Puluhan murid Taman Kanak-Kanak (TK) Negeri Pembina 3 Pekanbaru terlihat ceria mendaur ulang kertas. Hasil daur ulang kertas itu dijadikan sebagai wahana untuk melukis serta karya lainnya.Â
Puluhan bocah itu juga diajari memilah sampah organik dan anorganik. Mereka mengantre mendapatkan kesempatan memilah yang dipandu oleh fasilitator Surachman Ponco dan Hardinan Haniel.Â
Advertisement
Baca Juga
Kegiatan ini merupakan kerjasama para guru TK dengan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Riau bersama Mahasiswa Pecinta Alam dari Universitas Riau. Kegiatan ini bertujuan mendidik anak lebih sadar mengelola sampah sejak dini.
Direktur Eksekutif Walhi Riau Even Sembiring menjelaskan, lokakarya ini merupakan rangkaian Voice for Ecological Justice Festival (Vorest Fest) yang sudah berlangsung sejak Senin, 21 November 2022.
Pilihan Walhi Riau mengajak anak usia dini dalam rangkaian festival ini bertujuan memastikan pengarusutamaan isu keadilan antar generasi di setiap level usia kelompok muda.
Sejumlah lokakarya menyasar anak muda sudah dilakukan. Dimulai dari parade anak muda Riau, daur ulang kertas, semiloka muda dan ditutup dengan kampanye digital untuk kelompok muda.Â
"Membangun gerakan cinta dan peduli lingkungan merupakan pekerjaan yang harus diajakarkan kepada anak sejak usia dini," kata Even, Kamis siang, 1 Desember 2022.
Selain mendaur ulang, anak-anak berusia 4 hingga 5 tahun itu diajak menonton film kartun bertemakan sampah. Dari film itu, semua anak diajak berlatih memilah sampah.Â
Â
**Liputan6.com bersama BAZNAS bekerja sama membangun solidaritas dengan mengajak masyarakat Indonesia bersedekah untuk korban gempa Cianjur melalui transfer ke rekening:
1. BSI 900.0055.740 atas nama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)2. BCA 686.073.7777 atas nama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)
Generasi Emas
Dua fasilitator, Surachman Ponco sebagai Manajer Panggalangan Sumberdaya Eksekutif Nasional Walhi dan Hardinan Haniel dari Mapala Suluh Universitas Riau, mengajari anak-anak dengan bahasa yang mudah dimengerti.Â
Surachman Ponco menyebut anak-anak ini merupakan generasi emas yang harus diperkenalkan dengan isu lingkungan hidup dari dini.
Menurut Ponco, mengenalkan isu lingkungan hidup sama artinya menanam harapan agar mereka tumbuh menjadi manusia yang dapat menjaga bumi dengan baik di masa depan.Â
"Walhi tumbuh sebagai organisasi yang menyatakan diri sebagai rumah gerakan rakyat untuk keadilan ekologis, kegiatan ini terbuka untuk semua kalangan, termasuk untuk anak usia dini," sebut Ponco.Â
Proses kegiatan ini berlangsung ceria, sesuai dengan metode belajar anak usia dini. Proses menonton film kartun bertema sampah menjadi panduan bagi mereka untuk berlatih memilah sampah organik dan anorganik.
Setelahnya, 20 murid TK itu dibagi menjadi empat kelompok untuk praktik menghasilkan kertas daur ulang. Masing-masing kelompok didamping Surachman Ponco, Hardinan Haniel, dan dua tim dari WALHI Riau.
"Tidak selesai di situ, anak-anak ini juga diberi kesempatan untuk menggambar imajinasinya di tembok kantor Walhi Riau," jelas Ponco.Â
Sebelum kegiatan ini berakhir, Walhi Riau memberi kenang-kenangan kantong kain dengan pesan keadilan antar generasi kepada seluruh anak.
Sebagai penutup, Ponco dan Dinan memandu anak-anak ini melakukan yel. Ketika kedua fasilitator meneriakkan green children, dengan kompak seluruh anak menjawabnya dengan ceria.
Advertisement