Liputan6.com, Yogyakarta - Sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, Qatar menyiapkan delapan stadion dengan keunikannya masing-masing. Salah satu stadion yang menarik perhatian adalah Stadion 974.
Stadion 974 Qatar terletak di tepi laut. Menariknya, stadion ini bisa dibongkar pasang, sehingga bisa dipindahkan.
Mengutip dari FIFA, stadion ini tersusun dari kontainer atau peti kemas bersertifikat standar dan elemen baja modular. Pemilihan bahan yang digunakan seolah menggambarkan lokasinya yang dekat dengan pelabuhan.
Advertisement
Saat berada di Stadion 974, akan terasa angin sejuk yang berembus dari Teluk Arab. Adapun stadion ini tercatat menjadi stadion pertama yang dapat sepenuhnya dibongkar dan digunakan kembali pascaacara.
Baca Juga
Stadion ini bisa dibongkar dan dibangun kembali dengan kapasitas yang sama di lokasi berbeda. Selain itu, dengan bahan yang sama, stadion ini dapat dibangun menjadi tempat yang lebih kecil.
Usai Piala Dunia 2022 Qatar, kabarnya stadion ini akan dibongkar untuk dipasang di Maldonado, Uruguay. Namun, dengan catatan Uruguay memenangi proposal tuan rumah Piala Dunia 2030.
Nama 974 tidak hanya berasal dari kode panggilan internasional untuk Qatar, tetapi juga merupakan jumlah pasti kontainer yang digunakan dalam konstruksi bangunan stadion ini. Ciri khas lain dari stadion ini adalah warnahya yang sangat modern dan terkesan mencolok.
Konsep stadion piala dunia ini dirancang oleh Fenwick Iribarren Architects. Tempat duduk mangkuk stadion berfungsi untuk menghindari kebutuhan akan AC karena dirancang memiliki ventilasi alami.
Sementara itu, keseluruhan struktur baja stadion 974 dapat didaur ulang dan digunakan kembali usai pertandingan. Adapun metode efisiensi air stadion meminimalisasi penggunaan air sebesar 40% dibandingkan dengan pembangunan stadion konvensional.
Beberapa hal tersebut seolah melengkapi keunikan Stadion 974 milik Qatar ini. Bahkan, desain dan konstruksi dari stadion yang berkapasitas 4.000 orang ini mendapat peringkat bintang 5 dari Sistem Penilaian Keberlanjutan Global (GSAS).
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak