Liputan6.com, Palangka Raya - Terkenal sebagai paru-paru dunia, Pulau Borneo kaya akan sumber daya alam sejak zaman dahulu kala. China mencatat pada tahun 977 silam, Bo-ni sebutan untuk pulau Borneo kala itu, kerap terdengar dari para pelaut andal.
Pasalnya, jalur laut Borneo merupakan wilayah yang paling aman bagai para pelaut ketimbang harus melewati Laut China Selatan. Tak heran, jika perdagangan pada era itu sangat maju.
Para pelaut Portugis pada abad ke-18 menyebut Borneo sebagai tanah keberuntungan yang dalam bahasa Spanyol disebut Bona Fortuna. Bahkan, pulau yang didapuk sebagai pulau terbesar ketiga di dunia ini sering disebut pulau Kalimantan.
Advertisement
Kalimantan sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Kalamantha, yang berarti pulau dengan cuaca yang terbakar. Lokasinya yang dilintasi garis khatulistiwa membuat pulau ini memiliki hutan hujan tropis.
Sementara di Sarawak, istilah kelamantan yang mengacu pada masyarakat pemakan sagu di Kalimantan bagian utara. Pada abad ke-15 hingga ke-17 seluruh wilayah Kalimantan pernah dikuasai oleh kerajaan Brunei. Namun, seiring berjalannya waktu, kekuatan kesultanan Brunei terus menyusut hingga pada akhir abad ke-18, seiring dengan datangnya Belanda.
Pengaruh Belanda yang berkembang saat itu hanya menguasai arah selatan pulau dari barat ke timur yang kini jadi wilayah Kalimantan, Indonesia. Sedangkan, Inggris kemudian mendirikan dua wilayah protektorat atau negara di bawah perlindungan Inggris di sisi utara pulau, yang kini jadi wilayah Sabah dan Sarawak, Malaysia.
Pada akhirnya, penyebutan Kalimantan lebih banyak digunakan untuk menyebut wilayah Indonesia. Sedangkan, Borneo sendiri sering disebutkan secara internasional yang mencakup seluruh pulau dengan 4 kota administrasi dari 3 negara di dalamnya.
Borneo yang kini jadi sebagian besar wilayah Kalimantan khususnya Indonesia memiliki lima provinsi, yaitu Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan barat. Mayoritas penduduk yang tinggal di pulau tersebut yakni Suku Dayak, Banjar, Kutai, Bugis, dan Jawa.
Â
Â
3 Negara
Sementara di Malaysia, etnis Melayu paling mendominasi di Malaysia. Selanjutnya, etnis Tionghoa yang menjadi kelompok terbesar kedua dengan sekitar 25Â persen dari seluruh populasi Malaysia.
Negara yang merupakan koloni Inggris ini, membangun wilayah berdaulat di Semenanjung Melayu sebagai koloni barat, sedangkan koloni timur disasar berada di pulau Kalimantan.
Sabah dan Sarawak ini ternyata baru bergabung dengan Federasi Malaya pada tahun 1963, setelah sebelumnya mendeklarasikan kemerdekaan mereka dari Inggris pada tahun 1957 dengan Federasi Malaya.
Setelah bergabungnya Sabah dan Sarawak bergabung, maka terciptalah Malaysia seperti yang kita kenal saat ini. Selanjutnya, pada tahun 1965 Singapura berpisah dari Malaysia dan memantapkan kemerdekaannya.
Pada tahun 1984 Brunei pun yang kalah itu masih jadi wilayah kekuasaan Inggris turut memperoleh kemerdekaannya. Kesultanan Brunei pada dasarnya terbagi menjadi dua wilayah kecil yang independen, yaitu di sepanjang pantai Laut China Selatan dan sebagian lainnya yang berbatasan dengan Sarawak.
Selama enam abad terakhir negeri ini dikuasai oleh sultan dari dinasti yang sama yang dikenal sebagai kesultanan. Tak hanya sebagai kepala negara, sultan yang berkuasa juga menjabat sebagai pemimpin tertinggi Islam di Brunei, serta merangkap jadi perdana menteri pemerintahan.
Dari jumlah penduduk rata-rata sekitar 500.000 orang, etnis Melayu mendominasi populasi Brunei dengan jumlah 66Â persen, diikuti oleh etnis Tionghoa 11Â persen. Umat muslim hampir mendominasi hampir dua pertiga dari populasi dan selanjutnya adalah umat buddha.
Sejarah pun terukir, kini pulau besar itu punya empat wilayah politik di dalamnya, yaitu Sabah dan Sarawak bagian dari Malaysia, Kalimantan bagian dari Indonesia, dan wilayah Kesultanan Brunei.
Advertisement