Liputan6.com, Jakarta - Masjid Jami Hasanuddin Kutai adalah salah satu masjid bersejarah yang menyimpan banyak cerita menarik. Terletak di Tenggarong, Kalimantan Timur, masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan perkembangan Islam di wilayah Kutai.
Sejak dibangun pada 1897, masjid ini telah mengalami berbagai perubahan dan tetap menjadi bagian penting dari komunitas setempat. Dari sejarahnya yang kaya hingga arsitektur yang unik, semua aspek ini menggambarkan betapa pentingnya masjid ini bagi masyarakat Kutai.
Menariknya, masjid ini dirancang permanen dengan arsitektur rumah adat Kalimantan, menggunakan kayu ulin yang kuat dan tahan lama, serta atap sirap. Masih banyak hal tentang masjid bersejarah ini, untuk itu simak enam fakta menarik Masjid Jami Hasanuddin Kutai yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber.
Advertisement
1. Sejarah Masjid
Fakta pertama adalah mengenai sejarah dan pembangunan masjid ini. Mulanya masjid ini dibangun di Tanjung Tangga Arung, namun lokasi tersebut sering terendam banjir.
Oleh karena itu, masyarakat Kutai memutuskan untuk memindahkannya ke lokasi baru yang berjarak sekitar 300 meter dari Kerajaan Kutai. Pembangunan masjid dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat pada 1897 dan selesai dalam dua tahun.
Kutau ini dulu mendapat sebutan sebagai Kota Raja yang dulunya menjadi Ibu Kota Kerajaan Kutai Kertanegara. Kini masuk dalam wilayah Kalimatan Timur, tepatnya berada di jantung ibu kota Kabupaten Kutai, Masjid Jami Hasanuddin Kutai menjadi bangunan yang paling megah kala itu.
2. Nama dan Dedikasi Masjid
Masjid ini dinamai Jami' Hasanuddin untuk menghormati Sultan Hasanuddin, yang memiliki peran penting dalam pengembangan Islam di Kutai. Selain itu, masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid Jami' Aji Amir Hasanuddin atau Masjid Sultan.
Nama tersebut menggambarkan dedikasi dan penghormatan masyarakat terhadap sultan yang berkontribusi dalam penyebaran agama Islam di daerah tersebut. Potret kedua tokoh yang berperan atas pembangunan masjid juga dipajang bada salah satu bagian masjid, sebagai catatan sejarah.
3. Arsitektur Tradisional yang Khas
Arsitektur Masjid Jami Hasanuddin sangat khas dan mencerminkan budaya lokal. Memiliki atap tumpang tiga yang terbuat dari sirap kayu ulin, masjid ini menunjukkan keindahan dan kearifan lokal dalam desain bangunannya.
Kayu ulin, yang dikenal juga sebagai kayu besi, menjadi bahan utama karena kekuatan dan daya tahannya yang luar biasa. Jika mengulik lebih jauh, jenis kayu ini memang kerap digunakan pada masa itu.
Advertisement
4. Lokasi yang Strategis
Masjid ini terletak di Tenggarong, Kutai Kartanegara, yang berdekatan dengan kompleks Kedaton Kesultanan Kutai Kartanegara dan Museum Mulawarman. Lokasi ini sangat strategis dan menunjukkan pentingnya masjid dalam konteks sejarah dan budaya Kesultanan Kutai.
Keberadaan masjid di tengah-tengah situs bersejarah ini menambah nilai lebih bagi pengunjung. Terutama warga di luar Kalimantan yang ingin memahami lebih dalam tentang sejarah Islam di Kalimantan Timur.
5. Perkembangan Islam di Kutai
Masjid Jami Hasanuddin juga menjadi saksi bisu perkembangan Islam di Kutai. Menurut catatan sejarah, agama Islam masuk di Kalimantan Timur sekitar abad-15.
Pada awalnya, agama Islam hanya dianut oleh kalangan keluarga dan kerabat bangsawan di lingkungan istana kerajaan, setelah itu baru tersebar ke tengah-tengah rakyat awam. Masjid ini berperan sebagai pusat pembinaan kaum muslimin dan pengembangan dakwah Islam di wilayah Kutai dan sekitarnya, menjadikannya sangat penting dalam sejarah penyebaran agama di daerah ini.
6. Pemanfaatan Masjid
Saat ini, setelah dibangunnya Masjid Agung Kota Tenggarong, Masjid Jami Hasanuddin lebih banyak digunakan untuk shalat lima waktu. Namun, pada sore hari, masjid ini juga difungsikan sebagai Taman Kanak-Kanak Al-Qur'an (TKA), memberikan kontribusi positif bagi pendidikan agama bagi generasi muda di Kutai.
Meskipun ada beberapa bagian dinding yang tampak keropos, masjid ini tetap menjadi tempat yang dihormati dan dijaga oleh masyarakat setempat. Bangunannya meski lama namun terasa sejuk, apalagi atapnya begitu tinggi pada masa itu dibangun. Akhirnya Masjid Jami Hasanuddin Kutai bukan hanya sekadar tempat ibadah, tetapi juga simbol dari sejarah dan budaya Islam di Kalimantan Timur.
Dengan berbagai fakta menarik yang dimilikinya, masjid ini layak untuk dikunjungi dan dipelajari lebih lanjut. Untuk informasi yang lebih lengkap dan akurat, disarankan untuk melakukan riset lebih lanjut menggunakan sumber-sumber primer dan arsip sejarah.
Advertisement
