Liputan6.com, Bangkalan - Pada 1539, ketika Kadipaten Blega dipimpin Sakatah atau Raden Koro, anak Raja Bangkalan Pangeran Pratanu, dengan istri Ratu Ibu dari Sampang, sungai Blega adalah pusat perdagangan penting.
Baca Juga
Advertisement
Kapal-kapal berukuran besar lalu lalang di sungai itu, mengangkut garam beras dan cabai untuk dikirim ke Probolinggo, Pasuruan, dan Kenjeran, kampung nelayan di Surabaya.
Kini sungai sepanjang 12 kilometer itu tak lagi jadi jalur perdagangan. Sungai itu lebih identik sebagai penyebab banjir. Pada 31 Desember 2022 lalu, banjir besar merendam lima dusun di Desa Blega. Data pemerintah Kabupaten Bangkalan menyebut 3.000 orang menjadi korban banjir setinggi dada tersebut.
Pelaksana tugas Bupati Bangkalan Mohni menyebut banjir yang kerap membekap Blega disebabkan dua hal yaitu penyempitan bantaran sungai karena dibangun pemukiman dan pendangkalan dasar sungai atau sedimentasi.
"Kami akan lakukan pengerukan di beberapa titik, agar banjir tak terlalu parah. Dananya nanti diambilkan dari pos Belanja tak terduga," kata Mohni ketika ditanya solusi banjir di Blega, Senin (9/1).
Sayangnya, kata Mohni, normalisasi Sungai Blega tidak bisa dilakukan Pemerintah Daerah. Sebab secara teritorial wilayah kawasan sungai menjadi ranah provinsi, dalam hal ini, provinsi Jawa Timur untuk normalisasi. Meski begitu, pengerukan dengan inisiatif daerah tetap diupayakan, sambil lalu tetap mengusulkan normalisasi ke provinsi.
"Kalau menunggu dari provinsi akan lama, butuh proses panjang. Beberapa waktu lalu, sudah ada dari pengairan provinsi, melakukan survei, kami belum tahu hasilnya," ujar Muhni.
Data Seksi Sumber Daya Air, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bangkalan tidak hanya sungai yang menyempit dan mendangkal. Sungai Berbeluk di Kecamatan Arosbaya juga mendangkal.
Akhir 2022 lalu, sungai itu meluap dan merendam 11 dusun, diantaranya Dusun Buduran, Ta'anyar, Bunalas, Ranggujang, Segaran, Mor Lorong, Ngantemoran, Lebak Utara, Plakaran, Balung, dan Mong-mong Barat.
"Baru Blega yang sudah pernah dinormalisasi oleh provinsi sepanjang 200 meter, sungai lain belum pernah dinormalisasi," kata Kepala Seksi SDA, Dinas PUPR Bangkalan, Novan Sambina.
Bantuan Sembako
Banyaknya warga di Blega yang menjadi korban banjir, memantik simpati banyak pihak untuk menyerahkan bantuan paket sembako. Salah satunya, PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore yang memberikan bantuan beras dan paket sembako untuk masyarakat terdampak banjir di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Bantuan diserahkan langsung kepada Pelaksana tugas Bupati Mohni, di Pendopo Kabupaten Bangkalan, Senin (9/1/2023).
Bantuan tersebut berupa 625 kilogram beras, 70 kilogram telur, 100 liter minyak goreng, dan 60 dus mi instan yang diberikan dengan dana CSR (Corporate Social Responsibility) PHE WMO.
Sementara PWP Zona 11 memberikan bantuan berupa 400 kilogram beras, 50 liter minyak, 50 dus mi instan, 150 kg telur, alat dan perlengkapan kebersihan.
"Ini bentuk komitmen lingkungan dalam pelaksanaan CSR perusahaan. Pertamina Hulu Energi WMO (PHE WMO) selaku ketua Forum CSR Kabupaten Bangkalan menyerahkan bantuan sembako ini sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat terdampak banjir di Kabupaten Bangkalan," kata Muhammad Arifin, General Manager PHE WMO.
Advertisement