Senja Kala Industri Bordir Primadona Tasikmalaya di Ambang Kepunahan

Kenaikan bahan baku bordir menjadi salah satu batu penyebab, 'memble'-nya usaha bordir Tasik. Kondisi itu, diperparah tidak adanya formula penyelamatan yang dibuat Pemerintah Daerah (Pemda) Tasikmalaya.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 18 Jan 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2023, 18:00 WIB
Salah satu pegawai bordir Tasik tengah membetulkan mesin di salah satu sentra UMKM bordir Tasik, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Salah satu pegawai bordir Tasik tengah membetulkan mesin di salah satu sentra UMKM bordir Tasik, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Tasikmalaya - Menjadi kebanggaan Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat sejak lama, perlahan perajin Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Bordir Tasikmalaya, kini malah di ujung kepunahan.

Penasihat Paguyuban Bordir Tasikmalaya Alfie Akhmad Sa’dan Hariri, mengatakan hantaman Covid-19 dua tahun lalu, serta perlambatan ekonomi akibat resesi global saat ini, membuat kalangan pelaku usaha UMKM Bordir Tasikmalaya berguguran.

"Lihat mesin mesin bordir komputer Tasik hampir tiap hari ada yang di jual dan diduga dikirim ke daerah lain di luar pulau Jawa," ujar dia.

Menurutnya, kenaikan bahan baku bordir menjadi salah satu batu penyebab 'memble'- nya usaha bordir Tasik. Kondisi itu, diperparah tidak adanya formula penyelamatan yang dibuat Pemerintah Daerah (Pemda) Tasikmalaya, hingga membuat kalangan UMKM Bordir Tasik meradang.

"Akankah Pemda Tasik membiarkan primadona ekonomi pindah ke daerah lain karena di tempat kelahiranya kurang mendapat perhatian," ujar dia.

Padahal, dalam perjalanannya, ujar dia, kehadiran usaha bordir Tasik mampu membantu pemda dalam penyediaan tenaga kerja bagi masyarakat hingga menjadi ikon daerah.

"Tahun 2021 lalu, para perajin dan pengusaha bordir Tasikmalaya dinobatkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) tapi sekarang malah sudah koma dalam artian hampir punah," kata dia.

Bupati Tasikmalaya Ade Sugianto menyatakan hingga kini Pemda Tasik belum mendapat laporan secara resmi, persoalan kenaikan bahan baku bordir menjadi persoalan pelik gulung tikarnya 50 persen perajin bordir Tasik.

"Sebelum melakukan langkah-langkah, paling tidak tahu dulu 'penyakitnya' seperti apa," ujar dia.

Tak ayal, hingga kini, Pemda Tasik belum melakukan investigasi dan pola yang tepat untuk menyelamatkan keberlangsungan usaha bordir Tasik.

"Seandainya nanti ternyata ada urusan dengan transportasi, saya kan nanti bisa memberikan bantuan subsidi transportasi, sehingga harga kembali normal," ujar dia.

Untuk menghindari ancaman punahnya perajin dan pelaku UMKM bordir Tasik, Ade meminta dinas terkait menginventarisir persoalan itu dan segera menyiapkan upaya penyelamatan.

"Saya akan merespon sekecil apapun keluhan masyarakat," ujar dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya