Dinilai Membahayakan, Pemda Garut Larang Peredaran Ciki Ngebul

Akibat efek dinginnya zat nitrogen dikhawatirkan menimbulkan dampak negatif pada tenggorokan dan saluran pernafasan, sehingga menimbulkan gejala seperti mual, muntah-muntah, iritasi tenggorokan, bahkan kebocoran lambung.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 19 Jan 2023, 01:00 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2023, 01:00 WIB
Pemerintah Daerah (Pemda) Garut, Jawa Barat melarang penjualan Ciki Ngebul (Cikbul), termasuk penggunaan zat nitrogen pada makanan yang beredar di masyarakat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Pemerintah Daerah (Pemda) Garut, Jawa Barat melarang penjualan Ciki Ngebul (Cikbul), termasuk penggunaan zat nitrogen pada makanan yang beredar di masyarakat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Pemerintah Daerah (Pemda) Garut, Jawa Barat melarang penjualan Ciki Ngebul (cikbul), termasuk penggunaan zat nitrogen pada makanan yang beredar di masyarakat.

"Ada sebagian kecil yang terjadi kebocoran lambung, atau sifatnya korosi," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Garut, Asep Surachman.

Menurutnya, penggunaan zat nitrogen secara berlebih pada makanan seperti cikbul riskan bagi tubuh. Meskipun belum ditemukan kasus keracunan cikbul di Garut, tetapi penting tidak mengonsumsi makanan ringan tersebut.

"Kabupaten Tasikmalaya ada 24 orang di mana satu orang dirujuk dan yang lainnya baru gejala tapi bisa ditangani. Kemudian di Bekasi ada empat orang, satu orang di antaranya harus mendapatkan penanganan khusus," papar dia.

Kandungan ice smoke dalam zat nitrogen pada makanan, ujar dia, mampu menimbulkan efek asap yang menarik pada makanan, hingga menarik perhatian konsumen terutama anak-anak.

"Tetapi kalau kegunaan zat nitrogen tersebut berlebihan, tidak sesuai dengan standar tentunya ini bisa merusak jaringan tubuh," ujar dia mengingatkan.

Asep mencontohkan, akibat efek dinginnya zat nitrogen dikhawatirkan menimbulkan dampak negatif pada tenggorokan dan saluran pernafasan, sehingga menimbulkan gejala seperti mual, muntah-muntah, iritasi tenggorokan, bahkan perforasi lambung atau kebocoran lambung.

"Ada pada beberapa kasus juga ditemukan luka bakar pada jaringan kulit ya, kalau misalkan penggunaan zat nitrogen ini berlebihan," kata dia.

Untuk mengindari munculnya korban akibat makanan yang mengandung zat nitrogen berlebih, pihaknya meminta pelaku usaha makanan untuk menghindari penggunaan zat tersebut.

"Kemudian dari pihak sekolah, warga, orangtua, siswanya sendiri, atau di kampus juga harus melakukan pemantauan pengawasan jajanan yang ada di tempat jajanan umum," kata dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya