Liputan6.com, Padang - Pacu itiak merupakan salah satu tradisi yang digemari oleh masyarakat di Kota Payakumbuh, Sumatra Barat. Tradisi ini juga mengandung nilai nilai budaya, seperti nilai kejujuran, patriotisme, persaingan, harmonis, kerjasama, dan hiburan.
Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, tradisi pacu itiak terdapat di Kelurahan Aur Kuning, Kecamatan Payakumbuh Selatan, Kota Payakumbuh dan Sikabu-Kabu Lima Puluh Kota. Sejarah kemunculan tradisi ini dimulai pada 1926, yakni saat ada orang Sicincin bernama Burakan yang beternak Itiak (itik).
Ketika kawanan itik tersebut berjalan, terdapat satu itik yang terbang. Burakan pun memperhatikan itik tersebut selama berhari-hari dan ternyata itik tersebut tetap terbang.
Advertisement
Baca Juga
Ia pun merasa heran karena itik yang ia miliki adalah itik tipe petelur. Ketika Burakan bercerita kepada temannya, tidak ada yang mempercayainya.
Ia pun meminta temannya untuk melihatnya sendiri keesokan harinya. Saat melihatnya langsung, barulah temannya percaya pada cerita Burakan.
Ia kemudian mengambil itik lain dan mencoba menerbangkannya, tetapi gagal. Setelah mengamati, ia menemukan perbedaan pada itik yang bisa terbang dan tidak. Beberapa tahun kemudian, Burakan memiliki ide untuk mengadakan pacu itiak. Awalnya, kegiatan ini diadakan di tengah sawah, tetapi akhirnya pindah ke jalan raya.
Pada 1928, diadakanlah pacu itiak ini di setiap acara, seperti alek nagari (pesta rakyat), batagak rumah gadang (mendirikan rumah adat), dan baralek (pesta pernikahan). Pada 1958-1960, kegiatan pacu itiak sempat terhenti karena terjadi pergolakan di dalam negeri.
Selanjutnya pada 1960, pacu itiak mulai digelar kembali di nagari-nagari hingga saat ini. Kini, pertunjukan pacu itiak juga ditampilkan untuk menyambut tamu-tamu penting dalam acara-acara tertentu, seperti menyambut tamu kehormatan, HUT Kota Payakumbuh, hingga HUT Bayangkara di Mapolresta Payakumbuh.
Selain itu, pacu itiak juga diselenggarakan di Festival Kemilau Lembah Harau di Kabupaten Lima Puluah Kota, Tour de Singkarak, Festival PEDATI di Kota Bukittinggi, Ulang Tahun Kota Solok, serta Pekan Budaya di Kota Padang. Lomba pacu itiak pernah dilakukan di lintasan terpanjang, yakni 1600 meter.
Pada lomba ini, para peserta akan melepaskan itik di titik awal, kemudian itik akan terbang menuju garis finis. Dalam perlombaan pacu itiak terdapat beberapa kelas, mulai dari kelas dengan jarak 800 meter, 1.000 meter, 1.200 meter, dan 1.600 meter (terbang boko).
Itik yang digunakan dalam lomba bukanlah itik sembarang. Pasalnya, tak semua itik bisa terbang.
Itik yang dipilih harus mempunyai warna kaki yang sama hitam atau kuning, memiliki sisik kecil diujung jari tengah, memiliki jumlah gigi yang ganjil, dan memiliki sayap panjang yang mengarah ke atas. Ciri-ciri tersebut menjadi ciri khusus seekor itik bisa diikutsertakan dalam pacu itiak.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak