Mengenal Ukiran Rumah Gadang, Warisan Kearifan Lokal Minangkabau

Ukiran tradisional Minangkabau merupakan gambaran ragam hias-timbul yang tercipta dari kreasi seni masyarakat Minangkabau.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 28 Jan 2023, 00:00 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2023, 00:00 WIB
Menginap di Rumah Gadang dan Masak Rendang Khas Desa Wisata Kampuang Minang Nagari Sumpu
Desa Wisata Kampuang Minang Nagari Sumpu, Sumatera Barat. (Tangkapan Layar Jadesta/Desa Wisata Kampuang Minang Nagari Sumpu)

Liputan6.com, Padang - Ukiran rumah gadang merupakan bukti nyata adanya karya agung milik masyarakat Minangkabau. Keberadaan karya seni ini sekaligus menjadi bukti pentingnya kearifan lokal masyarakat matrilineal di Sumatra Barat.

Hal tersebut tampak dari ragam motif ukiran yang terpahat eksotis menghiasi hampir di seluruh bagian dinding rumah. Ukiran tersebut bersifat tradisional dan merekam peradaban leluhur yang senantiasa dilindungi, dimanfaatkan, dan dikembangkan hingga sekarang.

Mengutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, ukiran tradisional Minangkabau merupakan gambaran ragam hias-timbul yang tercipta dari kreasi seni masyarakat Minangkabau. Ukiran tersebut dibuat dengan cara mengorek bagian tertentu dari permukaan sebuah benda, sehingga membentuk suatu kesatuan ragam hias yang harmonis.

Secara umum, ukiran tradisional tersebut dibuat di media kayu dengan menggunakan alat berupa pahat. Teknik mengukirnya pun menggunakan teknik ukir yang bersifat khusus.

Pembuatan ukiran tradisional Minangkabau dilakukan dalam beberapa tahap. Proses awal dilakukan dengan menentukan ragam atau motif yang akan dibuat.

Setelah menemukan motifnya, selanjutnya membuat pola motif ukiran pada kayu, umumnya menggunakan kayu surian. Untuk membuat motif bisa dilakukan dengan cara menggambar langsung pada kayu atau menjiplaknya dengan menggunakan cat semprot.

Proses selanjutnya adalah membuat ukiran dengan menggunakan pahat ukir. Teknik mengukir pun tak bisa sembarangan, yakni dimulai debgan membuat pahatan dasar. Pahatan dasar dibuat dengan cara memahat bagian garis luar motif untuk membedakan antara bagian yang akan dibuang dengan yang ditonjolkan.

Selanjutnya, tahap mengukir lebih dalam dilakukan dengan membuang dasar kayu, sehingga memberi kesan tinggi pada bagian ukiran yang ditonjolkan. Setelahnya, yang tertinggal adalah bagian motif yang disebut dengan corak ukir yang kemudian dibersihkan, dihaluskan, dan diberi warna.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Terinspirasi Alam

Adapun ragam motif ukiran tradisional Minangkabau biasanya terinspirasi oleh alam, seperti tumbuhan, hewan, atau benda-benda yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, tiga motif ukiran yang kerap tampak menghiasi dinding rumah gadang Minangkabau adalah motif ukiran itiak pulang patang, motif ukiran siriah gadang, dan motif ukiran pucuak rabuang.

Motif ukiran itiak pulang patang biasanya dikaitkan dengan cerita tentang itiak (bebek) yang berjalan secara beriringan. Bebek tersebut terlihat seperti barisan yang rapi tanpa ada yang berupaya mendahului.

Selanjutnya, motif ukiran siriah gadang merupakan ragam motif yang sering digunakan sebagai kelengkapan isi carano pada upacara adat. Motif ini melambangkan masyarakat Minang yang teguh, terbuka, bermanfaat, ramah-tamah, serta mementingkan persatuan, kesatuan, dan empati.

Adapun motif ukiran pucuak rabuang sarat akan nilai filosofi kehidupan. Pahatan motif yang mengarah ke atas seolah akan menembus langit ini mengisyaratkan masyarakat Minang harus memiliki tekad yang kuat untuk mencapai cita-cita.

Rabuang yang merupakan tumbuhan bambu diibaratkan bermanfaat sejak kecil hingga tua. Saat kecil, bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan, sedangkan saat tua berguna sebagai bahan utama dalam pembuatan aneka furnitur.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya