Mengenal Tradisi Pemakaman Tionghoa, Membanting Semangka hingga Pecah

Tradisi pemakaman Tionghoa ini dilakukan saat mengantar sanak keluarga menuju ke peristirahatan terakhir

oleh Switzy Sabandar diperbarui 07 Mar 2023, 04:00 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2023, 04:00 WIB
Makam Tionghoa
Makam Tionghoa (dok.instagram/@bram_luska/https://www.instagram.com/p/CLAoX7rngNe/Komarudin)

Liputan6.com, Yogyakarta - Masyarakat Tionghoa memiliki tradisi tersendiri saat pemakaman, yakni membanting semangka hingga pecah. Tradisi ini termasuk ke dalam rangkaian tradisi panjang yang biasa dilakukan masyarakat Tionghoa.

Tradisi pemakaman Tionghoa ini dilakukan saat mengantar sanak keluarga menuju ke peristirahatan terakhir. Sebagai masyarakat yang masih memegang teguh tradisi leluhurnya, membanting semangka saat pemakaman juga dianggap sesuatu yang sakral dari rangkaian pemakaman yang ada.

Tradisi ini dipercaya bisa membantu melancarkan nasib orang yang telah meninggal di akhirat nantinya. Biasanya, tradisi ini dilakukan saat peti jenazah akan diantarkan menuju peristirahatan terakhir.

Mengutip dari tionghoa.com, tradisi ini berawal dari cerita legenda Kaisar Li Shimin dari Dinasti Tang yang mengalami mati suri. Konon, roh sang kaisar dijemput untuk dibawa ke neraka oleh Juikak.

Juikak adalah malaikat penjaga neraka yang berteman baik dengan perdana menteri kaisar bernama Gui Tin. Saat sang kaisar tiba, Juikak justru menganggapnya terlalu cepat masuk neraka karena masa jabatannya baru berlangsung selama 13 tahun.

Akhirnya, ia mengantarkan Kaisar Li Shimin kembali ke dunia. Sang kaisar yang bersyukur bisa kembali pun diberi kesempatan untuk hidup dan memberikan pertanyaan kepada Juikak.

Kaisar Li Shimin meminta izin untuk membawakan sesuatu yang mereka inginkan sebagai ucapan terima kasih. Juikak pun menginginkan buah besar, empuk, dan memiliki kandungan air yang banyak.

Kaisar Li Shimin kemudian berjanji akan menghadiahi buah semangka jika sudah kembali ke dunia. Sekembalinya ke dunia, kaisar mencari orang yang dapat membawa buah semangka ke akhirat. Syaratnya, pembawa buah tersebut juga harus rela meninggal dunia untuk melaksanakan tugasnya.

Sejak saat itulah, tradisi memecah semangka dimulai. Dengan melakukan tradisi membanting semangka sebelum peti jenazah dimakamkan, maka orang yang meninggal akan dapat membawa semangka tersebut untuk diberikan ke Juikak.

Tradisi tersebut sekaligus menandakan selesainya kehidupan manusia di dunia. Selain itu, tradisi ini juga bisa mempermudah jalan roh manusia saat dihitung perbuatannya di akhirat.

Hingga kini, tradisi membanting semangka ini masih dipegang teguh. Namun, jumlah masyarakat Tionghoa yang melakukan tradisi ini tidak sebanyak dulu.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya